1. Kembali

11 0 0
                                    

Hari minggu memanglah hari yang menyenangkan untuk semua orang. Oke ralat, mungkin hanya sebagian karena nyatanya tidak untuk gadis manis dengan jilbab toskanya.

Thalia Farkana.

Ia harus tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Walaupun mendapat beasiswa dari Univ, tetap saja ia tetap membutuhkan makan, pakaian dan jalan-jalan. Ayahnya meninggal karena kejadian dari masa lalu yang bahkan ia sendiri enggan untuk mengingatnya. Mengingat kenangan dan orang itu. Orang yang membuat nya seperti sekarang. Kehilangan ayah dan ibunya dalam kurun waktu yang berdekatan membuatnya lelah dengan hidup. Ditambah sahabatnya malah menusuknya.  Entahlah, bahkan untuk menyebutnya namanya saja thalia enggan.

Sekarang ia menata hidupnya kembali. Di bantu Allisa, Ariana, dan Maria. Ke-3 sahabatnya itu yang membantunya saat sulit. Bahkan mereka rela belajar mati-matian untuk masuk ke univ yang sama dengan thalia. Karena takut thalia akan kembali depresi seperti dulu. Walaupun beda jurusan.

Thalia bertemu ketiga temannya itu saat dirinya kebingungan. Dan tak punya tujuan hidup. Mereka adalah teman thalia saat di SMA. Dan yah... semakin dekat hingga sekarang. Tidur dalam satu atap yang bisa di bilang lumayan untuk sebuah kosan. Tak perlu membayar karena itu milik orang tua Ariana. Mereka sebenarnya berasal dari semarang. Karena keinginan thalia yang mau menjauh dari masa lalu paling kelam, mereka memutuskan untuk pindah ke yogya. Karena thalia mendapat beasiswa prestasi dari salah satu univ disana. Dan jadilah sekarang mereka merantau. Meninggalkan masa lalu yang penuh dengan intrik keji. Memuakan.

Tapi, jauh dari orang tua juga membuat mereka harus bisa kerja dan mencari uang tambahan. Mereka bukan dari anak dari konglomerat atau bilioner yang bisa meminta uang banyak dalam sekejap. Mereka hanya anak dari orang tua yang sederhana dan berkecukupan. Walaupun terkadang saldo rekening mereka tetap diisi oleh orang tua masing-masing. Minus thalia karena yatim piatu. Padahal orang tua allisa sudah menganggap thalia anaknya sendiri. Tak jarang mengirim uang. Tapi itu semua tak pernah thalia pakai. Ia sadar, walau bagaimanapun ia tetaplah orang asing di keluarga itu.

Jadi, disinilah thalia sekarang. Dengan baju khas pelayan salah satu cafe, jilbab tosca dan apron senada. Memandangi para remaja seusianya yang tengah menikmati weekend bersama teman dan juga pasangannya. Ia terus melihat sekelilingnya. Sambil beranagan jika suatu saat nanti ia bisa menikmati harinya seperti mereka bersama teman dan juga pasangannya. Ah, mendengar pasangan membuatnya muak. Luka itu masih ada.

Lonceng yang tergantung di pintu berbunyi. Menarik thalia dari khayalannya. Itu berarti tandanya pelanggan baru datang. Ia tersenyum ramah terhadap pelanggannya ini. Seorang pemuda, dengan jas hitam terbuka dan kemeja putih didalamnya, rambut acak-acakan. Khas orang  kantoran.

"Chocolate lava, macaron, jus strawbery dan alpukat". Ucap pemuda tersebut. Sambil menunduk, jadi thalia tak tau bagaimana parasnya.

Deg. Suara ini. Thalia hapal. Sangat hapal malah. Ia mencoba menetralkan detak jantungnya. Pikirannya kacau. Masa lalunya.. tidak, tidak  boleh. Sudah 2 tahun. Dan thalia tidak boleh terus memikirkan hal itu.

"Baik di t-tt-tunggu sebentar ya". Ucap thalia dengan gugup.

Pemuda itu langsung menolehkan kepalanya ke thalia. Dan thalia langsung pergi ke dapur untuk menyiapkan pesanan pemuda tadi.

Huft, untung masih sempet kabur. Alhamdulillah, semoga dia gak liat wajah aku. Batin thalia. Wajahnya sudah pucat pasi.

"Kamu kok disini tha?" Ucap allisa. Dia koki disini. Sebenarnya cafe ini milik mereka berempat. F4. Cafe mereka. Dimana allisa koki, ariana kasir, thalia waiters dan maria pengantar pesanan.

"Ooh.. mmm it-tt-itu, mau ngasih ini. Cepetan yaa.. oh ya nanti suruh maria aja yang ngasih ke pelanggan yang ini". Ucap thalia cepat. Intonasinya gugup. Dan mencurigakan.

IT'S METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang