......."
"Hm".
"....."
"15 menit".
".....".
Lalu dengan kecepatan tinggi ia pergi mengarah ke tempat yang di sebutkan penelpon tadi. Meninggalkan cafe f4, meninggalkan thalia. Dan lainnya.
Aku janji, kamu akan kembali ke aku lagi seperti dulu thalia. Batin valen.
--------------------
Valen memarkirkan mobilnya di halaman rumah dengan desain klasik. Megah. Pilar-pilar tang tinggi seakan menantang cakrawala. Dengan sentuhan lukisan dan guci-gucu mahal sebagai interiornya. Ia masuk dengan wajah yang dingin, rahangnya mengetat. Tanda bahwa dia benar-benar marah.
Brak.
Pintu ia buka dengan kasar. Valen melepas jasnya melemparnya ke sofa dan duduk di sofa lainnya. Mengacak-acak rambut, dan bersender. Matanya terpejam, deru napasnya tak beraturan.
"Lo kenapa?". Tanya Erik, Erik Dwi Prasetyo. Teman valen.
Yaps, rumah tadi adalah rumah erik. Setelah mendapat telpon dari sahabatnya itu. Ia langsung bergegas kerumahnya.
"Hm..". Jawab valen dengan gumaman dan mata yang tetap terpejam.
"Ck, gak ada akhlak emang. Masuk rumah orang itu permisi kek. Salam. Bukan dobrak pintu kayak nagih utang. Untung mahal tuh pintu. Coba kalo murah, udah rusak deh". Cerocos erik yang mengambil tempat duduk di sebrang valen. Sehingga posisi mereka berhadapan sekarang.
"...."
Tak ada respon dari valen membuat erik jengah. Sahabatnya ini benar-benar berubah.
"Lagian gue heran. Udah 2 tahun loh.. val. Masak lo tetep gini-gini aja. Gue yaqin, thalia mungkin lebih baik dari keadaan lo sekarang. Walaupun konteknya dia yang di sakitin sih". Ungkapan erik membuat valen membuka mata. Menatap erik tepat di matanya. Pandangannya menajam.
"Gue ketemu".
"Hah?. Ketemu siapa?. Rena?. Yaelah. Cewek cabe gitu lo suka?. Nih yaa val walaupun rena cantik, sexy dan you know lah.. berduit. Tapi tetap aja. Gue tau standar lo itu kaya apa". Erik
"Thalia, gue ketemu dia". Ucap valen dalam satu kali napas.
Byur.
Sontak saja perkataannya membuat erik yang sedang menengguk minumnya terkejut. Matanya mengerjap beberapa kali.
"L- ll-lo, serius?". Ucap erik yang langsung di beri tatapan tajam oleh valen.
"Ma-ma-maksud gue. Lo serius itu thalia?. Bukan orang yang mirip dia?. Salah liat kali?". Ucap erik berusaha menyakinkan dirinya sendiri bahwa yang diliat sahabatnya itu mungkin orang lain.
"Gue ketemu dan bicara sama dia". Ucap valen dengan menguyar rambutnya.
"Terus gimana?. Dia sehat?. Bahagia nggak?. Atau udah taken?. Bawa pasangan?. Masih jomblo?. Tambah cantik?". Cecar erik.
"Tetap sama, dan dingin". Helaan napas dari erik membuat valen sadar. Itu semua karena dia. Gadisnya berubah karena dia.
"Lo udah dewasa, udah paham apa yang harus lo lakuin sekarang. Kalo lo emang niat minta maaf, yaa ngomong jangan jadi penguntit. Jangan kira gue gak tau kelakuan lo 2 tahun ini". Ucap erik dengan pandangan lurus. Matanya menajam, rahangnya mengeras.
KAMU SEDANG MEMBACA
IT'S ME
Science FictionHalo.. ini cerita kedua aku. Yang pertama masih sedikit sih. Gk tau eh nemu ide lagi.. jadi ya ini dia. It's me. Ini hanya kisah dari seorang gadis manis. Dengan takdir yang ribet. Dia Thalia Farkana. Gadis manis yang tengah menempuh pendidik...