Jam 7 malam Cross baru sampai dirumah dengan perasaan yang campur aduk.
Dia harap bisa cepat-cepat mengistirahatkan hati dan pikirannya, namun Cross hanya bisa berkhayal sepertinya.
"Lagi ngapain?"
Eya yang sedang duduk disofa dengan wajah tak bersahabat nya itu menoleh menatap tajam ke arah Cross.
Tadinya Eya ingin bicara sesuatu tapi sayangnya Eya keburu kesal karena Cross telat datangnya.
Alhasil dia pun malah langsung pergi ke kamar di lantai atas, tanpa menjawab pertanyaan Cross atau sekedar bertanya gitu kenapa pulang malam, seperti isteri-isteri kebanyakan.
"Eya?"
Cross mengikuti Eya dan terus memanggil namanya, tapi Eya malah mengacuhkan Cross. Membuat Cross membuang napas kasar dan spontan menarik lengan Eya kasar.
"Eya! Gue manggil lo dari tadi yah!" Kesal Cross.
Eya dengan wajah sinisnya hanya menjawab. "Gak denger," lalu melepaskan lengan Cross kasar.
Sikap Eya benar-benar jutek.
Cross yang pusing tambah pusing karena sikap Eya. "Lo kenapa sih? Kalo ada masalah ngomong! Gue gak suka yah sama sikap lo barusan, gak sopan tau gak." Omel Cross, berharap Eya mau bicara.
Tapi Eya tetap tak menjawab, malah menutup tubuhnya dengan selimut sampai kepala.
Cross mendecak dan lalu menghampirinya. "Eya, bangun." Titah Cross menahan emosinya.
"Eya, jangan buat gue kesel deh. Lo gak tahu apa gue capek abis pulang kerja, dan lo tetiba kayak gini. Bangun gak!"
"Yaudah sih! Biasanya juga gini, gak usah berisik deh gue mau tidur." Sentak Eya dengan suara serak.
Cross terdiam, dan tanpa ba-bi-bu lagi dia langsung menarik selimut itu sampai Eya mau bangun.
"Cross!"
"Lo nangis? Kenapa?"
Eya langsung mengusap matanya yang sudah beraninya mengeluarkan air mata didepan Cross. "Bukan urusan lo!"
"Jelas urusan gue lah, lo kan istri gue."
Cross lalu mendekat, menatap wajah polos Eya. "Kenapa? Gue punya salah sama lo, hum?"
Eya menepis lengan Cross yang menyentuh pipinya. "Gak usah pegang-pegang!"
Cross membuang napasnya kasar dan lalu kembali menatap Eya.
"Lo kenapa? Kalo gua ada salah ngomong Ya, jangan kayak gini."
Eya masih enggan untuk menjawab, tapi juga masih terisak. Membuat Cross bingung.
"Ck, gue telepon Mami deh—"
"Jangan."
Cross tak jadi beranjak saat Eya malah mencegahnya. "Kenapa? Gue gak ngerti lo kenapa, lo juga gak mau bilang."
"Nggak,"
Cross mengacak rambutnya frustasi. "Astaga Eya! Lo kenapa sih, gue bilang Mami ajalah."
"Gue bilang enggak ya enggak! Kenapa sih lo gak ngerti, gue tuh lagi marah sama Mami." Pekik Eya tak tahan.
Membuat Cross hanya bisa mematung menatap gadisnya itu menangis lagi.
"Lo tuh sama aja kayak Mami; pemaksa. Mami juga belain lo terus, sebenarnya yang anaknya tuh gue atau elo! Hiks." Eya menutup wajahnya dengan tangan, tidak mau Cross melihatnya sebagai wanita lemah. "Papi gak pernah tuh maksa-maksa gue, hiks. Dia selalu nurutin apa kata gue, gak pernah bentak-bentak. Nggak kayak lo sama Mami, bisanya marah-marah doang, gak sayang sama gue...."
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFECTED - End 2019 | Proses Revisi
RandomEya Rodriguez adalah satu - satunya perempuan yang paling cuek mengenai penampilan, dia tidak pernah make up, keramas pun bisa dihitung oleh jari dalam sebulan. bahkan Eya cuek jika ada satu atau dua jerawat mampir diwajahnya, rasanya tingkat percay...