"Eh kenapasi lu masuk ips kaga masuk mipa aje? padahal kan lu pinter!" tanya Zye kepada Nathan.
Hari ini adalah hari pertama Nathan pindah ke Jakarta dan sekaligus ia pindah sekolah. Nathan menduduki bangku di kelas XI IPS salah satu SMA di Jakarta. Disana ia memiliki teman dekat di kelasnya yaitu Zye dan Brian.
"Emangnya bener anak-anak yg ada di jurusan IPS itu ngga sepinter mereka yang di MIPA ye?" tanya Brian.
Brian sama seperti Nathan, tetapi ia pindahan dari Bandung, beda dengan Nathan yang pindahan dari Bogor.
"Ngga dong, anak MIPA dan IPS kan punya ranahnya masing-masing. Tapi kalo kita balik ke realita, ngga bisa dipungkiri bahwa emang ada fenomena ganjil dalam dunia pendidikan kita, yaitu dimana jurusan IPS dinilai lebih inferior dibandingkan jurusan MIPA. Bahkan kalo dibedah, jurusan MIPA seolah-olah dipandang sebagai jurusan yang berisi anak-anak yang rajin belajar, suka ngitung, anak bae-bae, pekerja keras, tapi kurang banyak bergaul karena kebanyakan waktunya dihabisin untuk belajar di tempat les ato bimbel. Sedangkan anak-anak IPS dipandang sebagai kumpulan anak yang males belajar, tukang yang sering maen, lebih jago hafalan, punya kemampuan bergaul yang lebih okee dibandingkan dengan anak-anak MIPA." jawab Nathan.
"Ohh gitu ye." balas Brian sambil mengangguk-angguk tanda mengerti.
"Ah elu gitu aja masa gatau lu." tanya Zye sambil meminum minumannya.
"Wkwk, emang awalnya kamu udah tau?" tanya balik Brian kepada Zye.
"Belom si, tapi kan gw sedikit ngerti yang kek gituan tapi semenjak Nathan ngejelasin tadi, gw jadi tambah ngerti aja gitu." jawab Zye sambil menatap Nathan.
Nathan pun tersenyum melihat tingkah laku sahabatnya itu. Ia sekarang berada di kantin sekolah nya itu. Lalu Nathan pun tak sengaja melihat sosok wanita yang ada di sebelah mejanya.
"Ahh elu, oh iya Nat rumah lu sekarang dimana?" balas Brian.
Nathan hanya bengong sambil melihat seorang perempuan tersebut yang sedang makan bakso di meja samping yang ia duduki bersama Zye dan Brian.
"Itu namanya Anya, orangnya cantik, manis, baik, pinter, dan murah senyum. Dia kelas X MIPA" sigap Zye yang melihat Nathan bahwa Nathan sedang memperhatikan Anya.
"Udah punya pacar?" tanya Nathan yang matanya masih saja memandang Anya.
"Banyak si yang ngeceng dia, tapi ya gitu dia nolak dan katanya si dia gasuka yang berbau pacaran gitu" balas Zye.
"Lu bogoh, suka, like ye? asekk aselole prikitiw." balas Brian sambil mengambil makanan Zye dan memakannya.
Nathan hanya ketawa dikit dan menampakkan raut wajah yang malu.
"Ehhhhh lu ngapain ngambil makanan gw!" ucap Zye yang mengambil kembali makanan yang sudah dimakan Brian meskipun tinggal sedikit.
drttttt drtttttt drttttt bel masuk pun berbunyi.
Selama jam pelajaran berlangsung, Nathan mengikuti dan belajar dengan sangat baik, Nathan sosok orang yang dianggap cerdas dan aktif di dalam kelas oleh guru dan teman-teman sekelasnya, dan ia juga jago dalam bermain basket. Tubuhnya pun cukup tinggi.
Ketika bel pulang berbunyi ia dan teman-temannya itu berniat untuk pergi ke rumah Zye. Untuk bermain dan mengerjakan tugas sekolah untuk besok.
"Lu pada duluan aja ke parkiran gw mau ada urusan dulu, nih kuncinya." ucap nathan, lalu memberikan kunci mobilnya kepada Zye. Dan langsung berjalan menuju mading.
"Ehh nattt lu mau kamanaa!" teriak Brian.
"Yauda mungkin dia mau ke Toilet." balas Zye dan langsung berjalan menuju parkiran.
Pada saat keluar kelas Nathan sudah melihat Anya yang sedang ada di dekat Mading yang terletak di pinggir lapangan. Lalu Nathan pun berniat untuk menghampirinya.
"Hai, gw Nathan Axelle Anggara kelas XI IPS." ucap Nathan yang sedang menghampiri Anya.
"Eh, hai kak, aku Anya Felicia Surya Angelina kelas X MIPA kak." balas Anya dengan menampakkan senyum tipis di wajahnya.
Nathan menatap muka Anya lalu melihat Anya dari atas ampe bawah. Dan muka Anya pun tentu saja heran dan terlihat sedikit takut dan cemas karena Nathan dimata Anya hanya sosok kakel yang baru saja ia kenal. Namun tak lama ketika mereka sedang saling menatap dan saling melihat penampilan tiba-tiba teman Anya memanggil Anya.
"Anyaaa, cepet ayo nanti bus nya keburu ngga ada yang lewat lagi." teriak temannya Anya yang bernama Fyzra.
"Eh, kak sorry aku duluan ya." ucap Anya kepada Nathan, lalu pergi dan berlari menuju buss yang dipakai oleh Anya untuk pulang.
Perasaan Nathan pada saat itu tentu saja sangat senang dan ia pun senyum-senyum sendiri.
"Oiiii Nattt!! Lu ngapain disitu, buru kesini!" Teriak Brian sampai-sampai membuat murid yang masih ada di lapangan sekolah menengok kepada Brian lalu menatap ke Nathan.
Nathan pun langsung pergi ke mobilnya itu dan langsung menuju rumah Zye.
"Lu tadi ngapain Nat?" tanya Zye dengan raut wajah yang kesal plus kepo.
"Emmm ohh emmm anu emm oh itu gw tadi abis ngeliat mading." balas Nathan dengan gugup.
Selama ia pindah ke sekolah barunya ini dan semenjak kejadian ia pertama kali melihat Anya di kantin dan kejadian pada saat awal mereka kenalan, ia terus mencari tau tentang sosok yang bernama Anya. Tetapi Nathan berusaha menutupi ini semua supaya Zye dan Brian tidak mengetahui tentang hal ini.
Keesokan harinya
brakkkkkkkkk
"Eh sorry." ucapan yang keluar dari mulut Anya dan langsung buru-buru membereskan buku-buku serta kertas-kertas yang berceceran di lantai karena tadi ia menambrak seseorang.
────────────ஓ๑∗๑ஓ────────────
"Manusia akan selalu takut akan ketidakpastian, kehilangan, dan juga kematian. Nyatanya, mereka tidak akan pernah lepas dari ketiganya." 🍦🥛
𖧧 ∘𖥸∘ 𖧧-', (hii!¡) ꒱ ↷🖇🥛
twitter: @jennisrya_
instagram: @jennisrya_jangan lupa comment and vote ya untuk chapter selanjutnya!🖤
Thanks for reading!
i hope u like it!
YOU ARE READING
My Father Is Strangers
Non-FictionKepergian adalah pilihan. Kekecewaan adalah pelajaran. Mereka berhak untuk memilih. Tapi setelahnya, kau akan berangsur pulih serta terlatih. Nathan Axelle Anggara seorang laki-laki yang tampan dan memiliki sifat sangat baik, pantang menyerah, pinta...