|Selamat Membaca AIGLE|
Semoga Suka:)
---"Ken, kakak udah sehatan kok" bujuk Aiden Adhymasta Aigle, kakak Keenan.
"Kakak masih harus dirawat di sini" Keenan tetap mempertahankan pendapatnya.
"Kakak kangen rumah Ken. Kakak kangen ibu. Kakak kangen Chella Chelli. Enam tahun Ken. Kakak udah cukup tersiksa di sini" tatapan Aiden telah berubah menjadi sendu. Meratapi kemalangan dirinya selama ini. Merasa tidak berguna. Dirinya hanya bisa berbaring di tempat ini selama enam tahun. Sungguh tersiksa batinnya.
"Tapi Kakak masih butuh perawatan di sini Kak" Keenan masih mempertahankan pendapatnya. Ia tahu bahwa kakaknya ini masih sangat bergantung pada alat-alat rumah sakit. Apalagi keadaan kakaknya saat ini belum bisa menggerakkan badannya. Hanya bisa berbicara.
"Sampai kapan kakak harus mendekam di sini? Kakak kesepian" Aiden mulai menyerah. Tidak akan bisa melawan adiknya itu.
"Sampai aku bilang kakak boleh pulang" ucap Keenan yang kemudian keluar dari ruangan.
Dari luar, Keenan dapat melihat kakaknya mulai meneteskan air mata lewat kaca pintu. Hati Keenan teriris melihat itu. Ia merasa tidak becus menjadi adik. Ia tidak becus menjalankan janjinya.
Ayah, maafkan Keenan. Keenan anak yang nggak berguna. Seharusnya Keenan aja yang sakit-lirih Keenan dalam hati.
"Tuan, meetingnya akan dimulai 30 menit lagi" suara seorang sekretaris menyadarkan Keenan bahwa ia tidak sendirian. Ia segera merubah mimik wajah sendunya menjadi seperti biasanya. Datar. Dingin. Tidak berperasaan.
"Hm" balas Keenan sembari berjalan meninggalkan sang sekretaris.
Sekretaris yang melihat tuannya sudah berjalan keluar rumah sakit, ikut berjalan di belakang Keenan. Sekretaris itu harus berjalan setengah berlari agar bisa mengejar ketertinggalannya.
"Kau pulang ke kantor sendiri saja. Saya mau singgah ke tempat lain dulu. Tunda meetingnya sampai saya tiba di sana" ucap Keenan datar sambil meninggalkan sekretarisnya sendirian. Sang sekretaris hanya menggerutu tak jelas.
"Antar saya ke cafe" titah Keenan saat ia sudah memasuki mobilnya.
Ia duduk di kursi belakang. Sedang yang mengemudi adalah supir pribadinya.
"Siap Tuan" mendengar perintah tuan mudanya, pak supir langsung menjalankan mobilnya menuju cafe favorit tuan mudanya, Cafe Bintari. Cafe milik perusahaan AIGLE.
"Selamat datang tuan muda" para pelayan berjejer di pintu masuk untuk menyambut Keenan.
Keenan hanya mengangguk dan berjalan menuju ruangannya. Tapi sebelum ke atas, ia membelok ke toilet. Ia memasuki lorong toilet. Namun kemudian langkahnya terhenti saat mengingat bahwa di ruangannya juga ada toilet. Lantas kenapa ia di sini? Saat hendak berbalik, tubuh keenan menabrak troli besar yang berisi piring-piring.
"Maaf tuan, saya tidak sengaja. Tuan berhenti secara tiba-tiba, jadi saya tidak dapat menghentikan troli ini" ucap sang pelayan sambil menunduk dalam.
"Kau menyalahkanku?" tanya Keenan datar seolah tidak ingin disalahkan. Mata elangnya menatap tajam pada pelayang yang masih menundukkan kepalanya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
AIGLE|ON GOING|
Teen FictionKeenan Adhymasta Aigle-Hanya dengan tatapan matanya saja bisa mengiris ginjal seseorang. Kehidupan pribadinya begitu tertutup. Tidak akan ia beri celah sedikit pun. Kau berani mengusik hidupnya satu inci, maka kau akan menyesalinya seumur hidup. Be...