Part 2

31 8 0
                                    

Hai reader!
Masih setia kan sama cerita gue wkwk

Langsung baca aja!
Terlalu banyak ngomong, bisa bikin kalian badmood wkwk

Selamat membaca, sorry typo bertebaran..😀😁

*****


.
.
.
.
.

Author POV

Dilain tempat, dimana semua orang sedang berkumpul. Menanti kedatangan si Duo kembar 'Sterla Sterly'. Bagaimana tidak, mereka berdua selalu bisa menghangatkan suasana. Ya walaupun dengan tingkah konyol dan kocaknya.

"Bulan! Kenapa mereka lama sekali?" ucap Mahesya, mama mereka.

"Mana Bulan tau ma," jawab Bulan malas meladeni mamanya. Mengendikkan bahu, hanya itu yang ia bisa lakukan.

Membuat sang mama naik darah merupakan hobby mereka. Bahkan Bulanpun tidak merasa bersalah dengan ucapannya tadi. Yang Bulan tahu dia berkata benar.

Sang mama sudah berasap. "Bagaimana bisa dia memiliki anak seperti ini?!" grutu Mahesya. Dia hanya bisa medengus kasar. Mengelus dada. Malas memperpanjang masalah dihari bahagianya.

~~~~~

Sedangkan disisi lain. Mereka 'si duo kembar' tidak merasa dinanti dan asyik dengan pikiran dan pekerjaan masing-masing.

Si sterly asyik dengan memikirkan kakaknya 'sterla'. Dia bingung bagaimana bisa kakaknya itu sibuk dihari kepulangannya. Tidak bisakah dia beristirahat sebentar. Dia saja merasa lelah. "Hufft ...," dengusnya kesal dengan tingkah sang kakak.

"Kenapa?" tanya Bintang bingung.

Merasa ditanya, Lyly menolehkan kepala. Mendapati Bintang disisi kanannya. "Tidak ada, Lyly hanya lelah." Dia sedang malas berbicara panjang.

Bintang hanya bisa manggut-manggut tanda mengerti. Dia kembali fokus dengan kemudinya.

~~~~~

Sterla yang sedang asyik menggrutu kesal. Dia sangat marah dengan sikap sang papa yang semena-mena.

Menyuruh Sterla bekerja dihari kepulangannya. Bahkan sang papa menyuruh Sterla untuk menggantikan tugasnya. WOW, papa is magic, bukankah itu gila?!

"Maaf nona, anda sudah dinanti Di ruang pertemuan," ucap salah satu staf yang dengan lancang menghancurkan lamunan.

Ia hanya diam, kemudian berlalu meninggalkan ruangan tanpa sepatah katapun. Jangan salahkan dia yang bersikap dingin. Salahkan saja papanya yang dengan santai menghancurkan moodnya.

Ia berjalan malas tanpa memperhatikan sekitar. Ia sangat lelah. Ingin rasanya dia mengakhiri waktu dengan sangat cepat.

Sterla terus berjalan tanpa henti-hentinya berkomat kamit ria. Ia bahkan tak sadar sudah berdiri tepat didepan pintu ruang pertemuan.

"Hufft ...," ia menghela nafas pendek. Membuka pintu lalu perlahan masuk kedalam ruangan. Sepi, itu kesan pertamanya. Hanya ada dia, papanya dan dua orang laki-laki. Entahlah mereka siapa. Mungkin rekan bisnis yang papa katakan.

"Hey, kenapa papa disini? Bukankah aku diminta untuk menggantikannya?! Penyambutan macam apa ini?! Dia begitu menyebalkan," grutunya kesal.

"Hm .... " Deheman sang papa mampu menyadarkannya. Dia harus bersikap profesional. Tersenyum lalu mengambil posisi duduknya.

"Oke, bisa langsung kita mulai?!" tanya Wiliam Megantara 'papa sterla'. Memandang dua orang itu bergantian. Tidak ada jawaban. Hanya anggukan kepala dari masing-masing.

"Sterla, apakah sudah bisa dimulai?!" tanya Wiliam santai tapi terkesan tegas.

"Tentu saja. Jadi bla ... bla ... bla ... begini bla ... bla ... bla ... cara efektifnya bla ... bla ... bla ...." Sterla berhenti sebentar. "Bagaimana? Ada yang perlu ditanyakan? Jika ada, silahkan! "

"Tidak. Saya sudah cukup puas dengan kinerja kamu," ucap salah satu dari mereka. Yang dia tau namanya pak Bima dan pak Dito.

Sterla tak berniat menjawab. Menyunggingkan senyum. Dirasa sudah lebih dari cukup untuknya.

~~~~~

Sterla POV

Gue berjalan santai kedalam rumah. Sepi, cuma itu yang gue liat. Tiba diruang keluarga, tampak mereka asyik berkumpul dan bercanda.

Gue capek? Jangan ditanya, itu pasti. Kalau kalian liat raut muka gue. Gue pastiin kalian bisa langsung pingsan. Bagaimana tidak, lu tau? Kantung mata gue segedek biji nangka.

"Ya ampun Sterla !! Kamu dari mana aja? Muka udah kayak gembel. Rambut acak-acakkan. Baju berantakan. Stop bikin mama kawatir !!" Sargah mama marah. Dia mulai beranjak mendekat. Hal itu tak luput dari pandangan mata mereka semua.

Gue baru aja nginjek nih lantai, udah main diamuk aja. Sumpah demi apapun gue capek. Please!! Siapapun jauhkan gue dari mama. Bukan karna gue nggak sayang, tapi gue cuma nggak mau aja disandra berjam-jam hanya demi lantunan pidato mama.

"Ma!! Lala capek. Kalok mama mau marah-marah, marah aja sama papa. Papa yang suruh Lala ke Kantor," jawabku malas. Berlalu kelantai dua tanpa memperdulikan mereka semua.

Mereka sontak membulatkan mata tak percaya. Bagaimana bisa sang papa menyuruh putrinya bekerja dihari kepulangannya. Kira-kira seperti itu isi pikirkan mereka.

.
.
.
.
.

*****

Gimana? Kalian suka?
Gue masih harus banyak belajar lagi dari kalian.
Coment ya!
Kalok kalian gak coment, gua gak tau kurangnya dimana😔
Pokoknya kalian harus coment. Votenya juga, dont forget. Ditunggu pokoknya!

Author kok maksa wkwk
Tapi aku butuh coment kalian, vote kalian juga biar makin semangat. Aku tanpamu butiran debu.
Author alay wkwk
Jijik😭

TwinsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang