27

9.5K 1.5K 160
                                    

"Cabut lagi?" gue mendongak menatap Mark yang baru aja mengetukkan pulpennya ke kepala gue dengan tatapan super sinis, ni anak baru aja ganggu proses tidur gue.

Gamau berdebat, gue kembali menempelkan sisi kiri kepala gue di atas meja kantin. Mark kini ikut-ikutan duduk di samping gue dan menempelkan sisi kanan kepalanya di atas meja kantin sehingga kita berdua jadi tatap-tatapan.

"Kenapa sih? Sakit lo?" tangan kirinya terulur untuk memegang kening gue

"Gausah pegang-pegang!"

Dengan cepat Mark menarik kembali tangannya yang kemudian berlanjut nyentil kening gue, "galak banget sih?! Pms ya lo?" tanyanya sambil cengegesan.

Gue mendelik males, "nggak."

"Ada apa sih?" Mark ngeganti posisinya jadi duduk tegap sambil nopang dagunya, "cerita dong cerita, udah lama nih lo ga cerita-cerita ke gue" katanya penuh semangat sambil menaik turunkan kedua alisnya.

Gue melirik ke atas—menatap Mark yang sekarang posisinya udah gak sejajar lagi sama gue.

"Cerita apaan?"

"Apa kek? Lo sama Kak Winwin gitu misalnya. Eh iya, apa kabar tuh orang? Enak ya UN udah selesai jadi gaperlu ke sekolah lagi, tinggal nunggu perpisahan aja." Mark kini sibuk dengan ocehannya sendiri. Gue males banget mau nanggepin, apalagi begitu dia nyebut-nyebut nama Kak Winwin tuh rasanya—ah udahlah, capek batin gue yang ada.

"Kok diem?" Mark seakan tersadar kalo daritadi dia ngomong sendiri tanpa ada respon dari gue.

"Lo bacot soalnya"

"Lo lagi ada apa-apa ya sama Kak Winwin?" Mark natap gue dengan penuh selidik, gue pun langsung mengalihkan tatapan gue dari dia.

"Emang gue pernah ada apa-apa?" balas gue masih enggan menatap Mark.

Udah sepuluh hari berjalan sejak gue ngajak Kak Winwin refreshing ke pantai dan sejak itu pula gue belum berinteraksi lagi sama dia.

Bukan sekedar interaksi langsung kayak gue sama Mark gini, bukan. Bahkan sekedar telpon dan chat pun gaada. Gue beberapa kali sih ngechat, sekedar basa-basi tapi gak ada balesan bahkan sampe sekarang.

Awalnya gue pikir dia sibuk. Mungkin sibuk bimbel dan kawan-kawannya karena biasanya anak kelas 12 akhir kayak gitu, kan? Tapi begitu bang Yuta beberapa kali cerita kalo abis hangout sama Kak Winwin, ilang udah semua pemikiran gue bahwa Kak Winwin lagi sibuk.

Duh, gue juga gatau kenapa gue begini banget.

Dan gue lebih gak ngerti lagi kenapa tiba-tiba Kak Winwin jadi gitu????

Ini yang aneh gue apa Kak Winwin sih?!

"Yas?" Mark manggil gue pelan, "are you okay?" tanyanya lembut.

Gue pun menegakkan badan dan tersenyum "totally okay"

"Terus kenapa lemes banget?"

Gue cuma mengedikkan bahu.

"Lo gak mau pesen makan? Bentar lagi bel istirahat nih, mumpung belom rame." Mark mengalihkan topik.

"Mau gado-gado sama es teh deh" ucap gue sambil memberikan selembar uang berwarna hijau, Mark mengangguk kemudian berdiri untuk memesankan makan dan minum yang gue mau.

"EH MARK MARK!!" teriak gue. Mark yang udah setengah jalan menoleh ke arah gue dan memberikan tatapan bertanya.

"JANGAN ES TEH, YANG LAIN AJA POKOKNYA JANGAN ES TEH!" teriak gue sambil menyilangkan kedua tangan—memberi tanda bahwa gue bener-bener gamau pesen es teh, sementara Mark cuma ngangguk-ngangguk aja dan ngacungin jempolnya.

Iced Tea ; WinwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang