Rut's Pocket [jikook]

26K 791 95
                                    


trigger-warning : male-lactation, boyspussy.



"Kok sepi? Anak-anak kemana, bun?"

Adalah pertanyaan pertama Jimin begitu pulang dan mendapati rumah yang sepiㅡsisa crayon di atas meja dengan gambaran kartun setengah jadiㅡjuga Jungkook, omeganya yang kini usia kandungannya sudah mencapai bulan ke tujuh, tengah tidur selonjoran di atas kasur; remote tv di tangan kanan, sementara tangan kirinya sesekali nyemil popcorn di pangkuan.

Sebuah film yang entah apa (yang jelas Jimin bisa mendengar suara ledakan dan beberapa tembakan, diikuti dengan suara memerintah dari sebuah microphone yang diikuti kalimat kasar kemudian) menjadi fokus atensi utama sampai jimin datang, diikuti dengan lemparan satu butir popcorn yang patuh ditangkap jimin dengan mulut.

"Good boy."

Jimin mendengus geli begitu Jungkook tertawa kecil melihat responnya. Lantas ikut beringsut menuju ranjang. Jungkook otomatis menyambut sang alpha dalam pelukan. Membiarkan Jimin menenggelamkan wajah di ceruk leher sembari mencium-cium halus, hingga seluruh aroma Jungkook terbelenggu oleh kuatnya wangi kayu agar, juga hutan hujan.

"Anakmu rindu, dari tadi gak berhenti nanya, kapan ayahnya pulang?"

Jungkook berbisik di sela kecupan halus yang didaratkan Jimin di perpotongan leher; sebelah tangannya menggenggam milik Jimin, dan mengarahkan telapaknya menuju suatu titik dimana tendangan kecil menyapa.

"Kalo kamu gimana, bun?" jimin menatap wajah jungkookㅡujung hidung keduanya bertemu dan jimin menahan diri untuk tidak menggigit milik jungkook dengan pucuknya yang merah gemas, "Papanya gak rindu ayah juga?"

"Harus ditanya?"

"Aku mau jawaban langsung."

Jungkook mendehum, kali ini lebih dulu mendaratkan ciuman di bibir Jimin, "Rindu berat."

Dan Jimin balas mendengung puas. Lantas menyamankan diri dengan bahu Jungkook sebagai sandaran. Sebelah tangannya mengelus halus perut Jungkook yang tiap bulannya membesarㅡkembar tiga, kata dokter kandungan. Dan man, mungkin memang benar keluarga mereka bakal jadi kesebelasan.

"Ayah,"

Panggilan halus Jungkook lantas memecah lamunan. Permainan jemari Jungkook yang menyisir lembut di antara helaian kelamnya menjadikan mata Jimin mengatup kantuk. Hingga ia hanya mampu mendengung malas sebagai jawaban,

"Ada dua hal penting yang pengin aku bicarakan."

Mendengarnya, Jimin lantas melirikㅡmendapati Jungkook yang menatap teduh wajahnya dan wow, Jimin sukses dibuat jatuh cinta dengan aura keibuan yang memancar indah sekali.

"Yang pertama, soal nama." Jungkook berdeham, kini wajah dan nadanya mulai serius, "Anak terakhir kita, belum punya nama, ayah."

Alis mengerut, dan bibir jimin turut memberengut, "Apa yang salah sama nama Jimin kecil?"

"Gak ada, menurutku namanya bagus," Jungkook mengangguk, "Tapi, mungkin kalau dia sudah besar, dia butuh nama yang sungguhan."

"Tapi nama Jimin juga nama betulan!" Jimin protes, "Dan aku sudah kehabisan ide penggabungan nama kita untuk anak-anak yang lahir nanti. Biar aku pikir-pikir dulu."

Jungkook mengerjapㅡnyaris menyembur cekikikan geli tentang pemikiran Jimin yang konyol.

Menggabungkan nama, katanya? dia serius?

Memang, nama Jungmin di ambil dari silabel Jungkook-Jimin. Begitu juga dengan Minjung, juga Minguk. Minah dikarenakan dia perempuan, dan Jimin kehabisan ide setelah Minguk yang berakhir menjadi Jimin kecil untuk sementara.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 05, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Restricted ㅡbottomkookTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang