Chapter 28 - Escape

465 20 5
                                    



Aku merasa gagal menjadi seorang teman sekaligus seorang adik baginya.

Kita berkumpul setiap hari, bertemu setiap hari dan saling melempar tawa atau pun bertukar pandangan hampir setiap hari juga.

Aku kira diriku ini sudah sangat baik dalam mengenal orang-orang disekitarku.

Tapi apa, aku bahkan tak tahu bagaimana perasaan Yoongi Hyung, memang dia pendiam dan tak banyak bicara, tapi nyatanya Hope Hyung tahu segalanya mengenainya.

JooEun, aku kira akulah satu-satunya orang yang paling mengenalnya diantara yang lain, tapi apa, aku bahkan tak tau jika dia telah menyembunyikan hal besar dari ku.

Sebenarnya aku yang bodoh atau orang lain yang menganggapku bodoh.

Jujur saja, aku sangat bahagia bisa mengenal JooEun, dia berbeda dari gadis lain, dia bukan gadis yang manja dan rewel seperti gadis yang lainnya.

Dan mungkin itu juga yang dirasakan oleh Yoongi Hyung, tekat ku sudah bulat waktu itu untuk menantang siapa saja yang akan merebut JooEun dariku.

Tapi kenapa harus Yoongi Hyung, dia bukan tipe orang yang terbuka dan tidak pernah neko-neko. Aku akan merasa sangat bersalah jika membuatnya terluka padahal dilain sisi aku juga sangat mengharapkan JooEun.

Aku pernah melihatnya diwawancarai salah satu acara televisi mengenai perasaannya.

"Jika mungkin kalian menyukai gadis yang sama, apa yang akan kau lakukan?".

"Aku memilih untuk melepaskannya saja, aku tidak ingin pertemanan kita rusak hanya karena seorang gadis".
Aku melihat ekspresinya waktu itu, dia menundukkan kepalanya menatap tangannya dan tersenyum seolah-olah tak ingin hal itu terjadi.

Walau begitu kurasa dia menepati ucapannya, entah kenapa bukannya merasa senang aku malah merasa sangat bersalah kepadanya.

Karena jawabanku atas pertanyaan yang sama waktu itu juga serupa dengan miliknya, bedanya dia tersenyum seolah-olah khawatir, aku tersenyum seolah-olah tak ingin menghadapi itu semua.

Dan tekat ku telah bulat saat ini. Dan perkataan Hope Hyung padaku telah membuat tekat ku itu semakin bulat dan keras.

"Jim, aku mengatakan ini sebagai Hyung sekaligus sebagai seorang adik dan rekan kalian. Jujur saja selama kita tinggal bersama, baru kali ini aku melihat Suga Hyung menjadi ekspresif seperti itu".
Raut wajah Hoseok Hyung nampak sedikit ceria.

"Dia mengungkapkan kekecewaan, kemarahan, kebahagiaan, dan harapan seolah-olah dia benar-benar manusia hidup. Dulu dia hanya diam jika marah ataupun kecewa, hanya tersenyum sedikit jika senang, dan menyimpan segala perasaannya untuk dirinya sendiri".
Sambung Hoseok Hyung, hmm.. Aku juga tau betul hal itu, Hyung

"Suga Hyung sudah menerima keadaan kalian saat ini. Jangan membuatnya bingung lagi. Dan segeralah ambil keputusanmu, jangan buat dia mengharapkan sesuatu yang membuatnya menjadi semakin keras, Jim".
Aku baru kali ini melihat Hope Hyung bicara seserius itu. Dan aku tau dia juga khawatir kepada pertemanan kami.

Ini adalah pilihanku.

- Jimin POV end -










My Perfect Assistant (BTS FF)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang