Prolog

23 2 2
                                    

Namaku Karina Amelia, anak tunggal yang kesepian sehingga aku menjadi nakal hanya untuk diperhatikan banyak orang.

Hari ini, bertepatan dengan kelulusan SMA, aku genap berusia 18 tahun. Sebuah kebanggaan tersendiri sudah melewati 3 tahun putih abu-abu dan bisa lulus bersama teman-temanku. Khususnya untuk diriku sendiri yang sering berbuat onar di sekolah, sebelumnya sedikit tidak yakin akan dipermudah untuk mendapatkan kata LULUS dari sekolah. Wkwk

Orang tuaku sibuk bekerja, mencari uang dan mengumpulkan kekayaan, 'untuk membuat putri tunggalnya senang' katanya.

🍁

"Rin, yang ulang tahun teraktir makan dong, sekalian ngerayain kelulusan, yekan?" Kata Radit sambil mengajak teman temannya untuk meng-iya-kan ucapan Radit pada Karina.

"Hah? Apa? Oiya oiya ayok berangkat" Pernyataan Radit membuyarkan lamunanku.

Saat kita mau berangkat, mobil mamaku tiba-tiba ada di parkiran sekolah. Gak biasanya mama kesini, bahkan pengambilan rapotku saja selama 3 tahun tidak pernah di hadiri, 'lahh ini buat apa?' pikirku dalam hati.

"Selamat ulang tahun ya sayang, semoga jadi anak yang lebih baik lagi.." Ucap Mama sambil memelukku.

"Kok disini sih ma? Tumben.. " Hal apa yang membuat mama datang kesini, aku ingin tau itu.

"Mama mau pergi ke Surabaya, kasian Ayahmu disana.. Mama berangkat sekarang, kamu hati-hati yaa, ajak temenmu nginep rayain ulang tahunnya disana" kata mama sambil mengeluarkan sesuatu dari dalam mobil lalu bergegas pergi lagi, bahkan kali ini dia tidak memperdulikan aku yang mengharapkan diberikan kejutan dihari spesialnya.

Mama memberikan 2 kado, satu kado dari nenekku. Kata mama, jika umurku sudah mencapai 18 tahun akan diberikan kado spesial dari nenek, kado turun temurun. 'Mungkin kado kecil ini', ahh aku sama sekali tidak peduli.

🍁

"Lu di kasih apaan sih, Rin? Buka dong gue penasaran nih" Kata Adelia sembari mengunyah makanan.

"Woi makannya telen dulu, keselek tau rasa lo"

Rasa penasaranku pun ikut muncul pada kotak kecil yang dibungkus pita pink, selama 17 tahun aku sudah tidak tertarik dengan hadiah yang diberikan orang tuaku. Namun, kali ini yang aku tunggu..

"Wowwwww gilaa sih kerennnn banget" kata Yoga yang dari tadi sibuk dengan handphone.

"Gue juga pengen liat dong.." sahut Radit

"Liat yang bening aje lo baru sadar bambanggg" ledek Diva pada Yoga.

Sebuah cincin yang berlapis berlian, "yah, cuma cincin doang, kukira apaan" kataku sedikit kecewa.

"Ini perfect pink DIAMOND bego, mana ada cincin doang, ini harganya nyampe ratusan miliar" kata Diva

"Tapi kayaknya kegedean deh di jari Lo, lingkar cincinnya gede banget" Yoga ikut berbicara

Radit merebut cincin itu, lalu membawa tangan Karina dan memakainya, "akhirnya kau sudi menerima lamaranku wahai Puteri cantik" mendengar ucapan Radit semuanya tertawa.

Tapi, saat ingin di lepaskan, cincin itu tersangkut. Padahal apa yang yoga katakan benar, lingkar cincinnya tadi terlihat lebih besar.

Cincin ini menyangkut dijariku, tak bisa dilepaskan meski sudah di coba beberapa kali. Aku memutuskan untuk tidak melepaskannya toh karna ini memang hadiah untukku, mungkin nanti sambil mandi juga lepas kena sabun.

🍁

Malam ini aku mengundang sahabatku kembali, untuk sekedar bakar jagung sekaligus menemaniku malam ini.

Setelah aku membantu bik Inah mempersiapkan segala keperluan, aku menunggu mereka datang di ayunan depan. Perasaanku mendadak aneh, sepulang dari cafe itu aku selalu merasa ada orang yang mengawasiku, "Ahhh mungkin perasaanku saja, anak nakal sepertiku kan bukan penakut".

Dalam kegelisahan itu, di depan gerbang aku melihat laki-laki berdiri, melambaikan tangan dan tersenyum padaku, tapi dia bukan salah satu dari ketiga sahabat laki-lakiku..

'Siapa dia?'



Belom seram yaa? Ini masih prolog semoga aja besok² bisa bikin serem mhehehehe

PUTUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang