6.45 a.m
Cross terbangun saat merasakan sesuatu yang berbeda, tubuhnya refleks menjauh saat melihat Eya tidur didekatnya, dalam pelukannya.
Deg.
Deg.
Deg.
Dadanya berdegup kencang, katakan ini berlebihan tapi memang itu yang Cross rasakan.
"Eng..., Cross?"
Eya menggeliat dalam tidurnya, samar-samar matanya terbuka dan menatap Cross dengan aneh.
"Lo hari ini kerja kan?" Tanya Eya dengan suara serak, khas bangun tidur.
Cross hanya diam dengan tangan yang memegangi dadanya, Eya yang melihatnya bingung.
"Kenapa? Dada lo sakit?"
Cross masih diam membisu dengan mata yang tak lepas dari Eya.
"Cross, lo kenapa sih? Jangan bikin takut deh!"
Cross menghela napas berat, lalu berseru. "Gapapa,"
Sedang Eya hanya mengernyitkan dahinya heran. "Aneh deh lo."
Setelah mengatakan itu Eya langsung turun dari tempat tidur dan mengikat rambutnya.
Dia pergi ke kamar mandi untuk membasuh muka dan menggosok gigi, yang akhir-akhir ini sering Eya lakukan. Padahal dulu dia masa bodo.
••••
Cross sekali lagi mengucek matanya untuk membenarkan apa yang dia lihat.
Kini dihadapan Cross, tepatnya didepan meja bar Eya yang notabene adalah istrinya sedang membuatkan Cross sarapan.
Susu hangat sudah tersedia didepan Cross dari tadi, dan kini Eya sedang mengolesi selai coklat diroti gandum itu.
"Nih, maaf ya gue gak bisa masak apa-apa, jadi sarapan roti aja. Kenyang kan?"
Kata Eya seraya menaruh piring berisi roti kehadapan Cross.
"Eya,"
"Hmm?"
"Are you okay?"
Eya mengernyit. "I—ya?"
Cross yang masih penasaran akhirnya bangkit dan menyentuh kening Eya dengan tangannya.
Tidak panas.
Biasa saja.
"Gak panas tapi,"
"Emang."
"Lo kenapa sih?"
Cross kembali duduk dan memakan roti buatan Eya.
"Not me, but you. What happen with you?"
"I'm good, why?"
Cross mengunyah roti itu dengan tatapan terarah pada Eya. "Habis tiba-tiba gini, kirain lo sakit."
Eya mendesis. "Ck. Anggap aja ini hari baik lo." Kata Eya seraya melenggang pergi.
Pekerjaan nya sudah selesai, sekarang Eya mau santai sembari menonton film.
••••
Dikantor Cross nampak sangat semangat sekali, entah ini awal yang baik untuk hubungan nya dengan Eya atau bukan.
Tapi yang jelas Cross sangat senang jika Eya mulai membuka hatinya untuk Cross, seperti yang dia lakukan.
"Hey!"
Cross yang sedang berjalan mendadak berhenti saat Zoey muncul dihadapannya.
"Lo tuh ada dimana-mana ya?" Sindir Cross tajam.
Zoey hanya memamerkan tawa kecilnya. "Kan, dimana ada Cross disitu ada Zoey."
Cross mendelik. Percaya diri sekali wanita didepannya ini.
"Bukannya kita gak ada urusan ya? Rapatnya masih Minggu depan, mau apa lo kesini?" Cross bertanya terang-terangan.
"Yah, berhubung udah ketauan yaudah. Aku kesini mau ketemu kamu, makan siang bareng yuk!"
Cross yang mendengarnya refleks tertawa. "Zoey, lo tahu kan siapa yang lagi lo ajak?"
Zoey tersenyum sambil memainkan tas kecilnya. "Rekan bisnis aku." Jawab Zoey enteng.
"Suami orang Zoey, jadi gak usah ngaco deh lo."
Setelah mengatakan itu Cross langsung pergi meninggalkan Zoey ke ruangannya.
Sebelum masuk Cross mengatakan pada sang sekretaris bahwa tidak ada yang boleh masuk ke ruangannya, jikapun penting bicara lewat telepon dulu.
Sementara Zoey hanya menatap lesu, hatinya tentu saja sakit mengingat Cross yang ternyata telah benar-benar melupakannya.
"Jatuh cinta itu gak salah pokoknya!"
••••
"Lagi ada angin apa ngajak gue belanja?" Lory bertanya sembari mendorong troli belanja nya.
"Terus dari tadi lo ngapain sih berdiri di depan rak bumbu-bumbu gini?"
Eya mendecak menatap sahabatnya itu. "Lo bisa diem gak sih? Udah ikutin aja." Ketusnya.
"Lagian gak jelas deh, gue capek Ya berdiri mulu dari tadi, haus juga nih." Kata Lory seraya memegang tenggorokannya.
"Sabar dong Lory, gue lagi bingung tahu mau beli apa."
Sontak membuat Lory membulatkan matanya, sudah hampir setengah jam berdiri diantara deretan rak berisikan perlengkapan masak tapi Eya malah bilang bingung mau beli apa.
"Aish! Pergi gue Ya, pergi." Rajuk Lory seraya berlalu meninggalkan Eya juga trolinya.
"Eh! Lo mau kemana?"
"Bisa mati kelaparan gue nungguin lo!" Sahut Lory dari jauh, dia pergi ke restoran dekat tempat Eya belanja.
Sedangkan Eya hanya menggaruk pelipisnya bingung. Dia menatap barang-barang yang dia beli seperti: Roti, selai coklat juga teh bersama temannya.
Eya memang bingung mau beli apa lagi, dia ingin masak tapi tak tahu apa yang harus dimasak.
Mana tahu Eya bahan-bahan masakan seperti apa.
Hingga Eya memutuskan untuk pergi ke kasir dan membayar belanjanya.
Eya mengurungkan niatnya untuk membeli bahan masakan, nanti saja tanya pada Cross.
Bersambung....
Akhirnya nulis scene jatuh cinta juga yah; Affected tuh spesial banget btw, hehe😋
KAMU SEDANG MEMBACA
AFFECTED - End 2019 | Proses Revisi
RandomEya Rodriguez adalah satu - satunya perempuan yang paling cuek mengenai penampilan, dia tidak pernah make up, keramas pun bisa dihitung oleh jari dalam sebulan. bahkan Eya cuek jika ada satu atau dua jerawat mampir diwajahnya, rasanya tingkat percay...