00

27 3 2
                                    

-Grey-

Banyak yang menunggu kapan masa abu-abu itu segera datang.Mungkin sebagian orang banyak yang berfikir bahwa menjadi remaja di umur 16 tahun keatas adalah salah satu hal yang menyenangkan.
Memiliki teman yang banyak,menjadi dewasa,dan mulai mengenal apa itu kata jatuh hati kepada lawan jenis.

Di SMA Prima saat ini telah ramai para siswa-siswi yang mulai berdatangan di tahun ajaran baru.Para calon murid yang siap menjalani masa pengenalan lingkungan sekolah,atau yang kerap disebut dengan 'MPLS'.

Tak terkecuali Tanaya.Gadis berambut bob dengan mata sabit yang siap melengkung kapan saja,sedang duduk di bawah pohon rindang layaknya sedang menunggu seseorang.Gadis itu tidak tampak antusias seperti yang lainnya,karena ini adalah tahun keduanya menempuh pendidikan di SMA Prima ini.

"eh,Nay. Yaampun lo daritadi disini? Sorry ya gue telat,ehe".

Tanaya mendongak,lalu memutar bola matanya. "gak sekalian jam 8 lo berangkat,Sha".

Lawan bicaranya pun terkekeh,"yamaap. Lagian lo kan bisa ke kelas duluan. Kayak orang ilang lo disitu".

Maisha,nama gadis itu.Ia menarik lengan Tanaya lalu berjalan bersama ke kelas. "btw,ada murid baru loh angkatan kita".
Merasa tertarik,Tanaya menoleh kearah Maisha, "serius?kelas apa?".

Maisha mengeratkan genggaman di tas miliknya. "sayang banget,dia masuk kelas IPA 3". Tanaya tersenyum tipis. "emangnya kenapa?". Maisha berdehem sebelum melanjutkan, "ganteng loh,Nay.lo gak penasaran?".

Tanaya mengangkat kedua alisnya,"nanti kalo udah liat". Keduanya tertawa garing setelah Tanaya melontarkan kata-kata antusiasnya.

BUGH!

"duh,sorry-sorry. Lo gak papa?".Tanaya meringis saat merasakan kakinya seperti tergelincir.

"gak papa,bapak kau".Maisha mulai mengangkat badan Tanaya perlahan-lahan.
"bisa berdiri kan,Nay?". Tanaya mengangguk "bisa kok". Maisha kembali menatap lelaki yang menabrak temannya barusan dengan tatapan sinisnya, "terus,mau apa lagi lo,hah?"

"judes amat,neng". Lelaki itu kemudian menatap Tanaya, "mau dianterin ke UKS,gak?". Tanaya menggeleng, "gak usah. Lagian cuman keseleo aja,kok".

"biasanya kalo keseleo bisa jadi pincang,loh". Jika kalian ingin tahu, manusia yang tiba-tiba menyahut itu adalah Haider.
"gak usah ikut-ikutan lo setan". Haider tertawa renyah, "yaampun somay ku~ judes banget si sama a'a". Detik itu juga rasanya Maisha ingin sekali muntah dihadapan lelaki tersebut.

"udah ah ayo ke kelas". Bermaksud ingin mengakhiri perbincangan Maisha dengan Haider yang berkemungkinan seratus persen akan berujung pertengkaran, Tanaya menarik lengan Maisha menjauh, mengabaikan kedua lelaki yang sudah mengganggu waktunya.

"ya tuhan,kapan sih si Haider enyah dari hadapan gue?!". Tanaya menahan tawanya sendiri melihat tingkah temannya yang sedang kesal.

"eh,Nay. Itu tadi yang nabrak elo namanya Dipta,kan?". Tanaya mengangguk. "yang lo taksir waktu kelas sepuluh itu ya?!!".

Tanaya sontak menutup mulut Maisha dengan telapak tangan kanannya. "bisa gak si,tuh mulut kalo ngomong di kecilin?".

Maisha hanya meringis.Tanaya kembali menurunkan telapak tangannya, "btw, gue penasaran lah sama murid baru itu".

Maisha menganggukkan kepalanya. "sama sih gue juga.Lagian kenapa sih dia masuk kelas sebelah segala". Tanaya mengulum bibir atasnya, "lo kata siapa dia masuk kelas situ?". Maisha menggaruk kepalanya sambil mengingat-ingat siapa yang menberi tahunya. "eh?.iya-iya? Kok gue sotoy sih?".

GREYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang