Part 3 - Dia Andhika

131 14 14
                                    


selamat malam semua, selamat membaca jangan lupa vote dan commentnya ya,terimakasih

Part 3 – Dia Andhika

Sepeninggal Bi Pinah aku berbagi tugas dengan Ayah, Ayah menjaga Aidan, membawanya ke rumah Kasih untuk memandikan dan menggantinya baju. Sedangkan aku berbicara dengan dokter yang menangani kasih.

"Jadi menurut keterangan orang yang membawa pasien, bu Kasih jatuh dari motor tanpa memakai helm, menyebabkan cedera kepala hingga terjadi penurunan kesadaran seperti sekarang". Ujar keterangan dokter yang merawat kasih.

Aku paham dengan apa yang di katakan dokter yang bernama Wildan tersebut. "Baiklah dokter, terimakasih atas keterangannya" ujarku.

Aku menatap Kasih yang sedang memakai ventilator sebagai penunjang pernafasannya, sungguh aku sedih melihatnya seperti itu. Kasih sebenarnya apa yang terjadi, mengapa kau menyembunyikan Aidan dariku, sungguh pertanyaan yang begitu besar bagiku.

***

"Jadi bagaimana Kasih?" tanya Anthony yang telah datang bersama Aidan. "Kasih mengalam cedera kepala yang menyebabkan penurunan kesadaran yah"jawabku.

Aidan masih duduk di ujung meja sembari memakan es krimnya, wajahnya sungguh mirip diriku, senyumnya sangat manis dengan lesung pipi yang di wariskan oleh Kasih. Ya, aku masih ingat Kasih memiliki lesung pipi di kedua pipinya. "Andhika, apakah kau yakin dia sungguh anakmu?"tanya Anthony berbisik, "Bagaimana jika kita lakukan test DNA"ujar Anthony lagi.

Perkataan ayah sungguh ada benarnya, ya test DNA, agar aku tak menduga-duga Aidan anakku atau bukan. "Baiklah ayah, Aidan dan aku akan test DNA, oh iya Ayah, bagaimana jika kasih kita pindahkan di rumahsakit di Jakarta agar aku dapat mengawasinya"ujarku.

"Usul yang baik, kita juga tidak dapat berlama-lama di Bandung. Aku mendekati Aidan. "Aidan, kamu mau kan ikut papa ke Jakarta?" aku mengucapkan kata papa untuk pertama kalinya, ya walaupun belum pasti namun aku sedikit yakin Aidan itu anakku.

"Kita ke Jakarta papa? Ke dufan?"tanya Aidan."Iya nanti Aidan bisa ke Dufan bersama tante Mitha, Om Windra dan tante Asmara, beserta nenek Cinta juga"ujarku.

"Siapa mereka papa? Dan mama bagaimana? " tanya Aidan lagi. "Mereka adalah adik-adik papa, dan bundanya papa"jawabku tersenyum.

"Mama juga akan kita bawa ke rumahsakit di Jakarta ya sayang"jawabku tulus. "Hore... Aidan mau"ujar Aidan riang. "Andhika sebaiknya kau istirahat dan membawa Aidan kembali ke rumahnya, kau harus melihat suasana rumah mereka, Kasih biar aku yang menjaganya"ujar Anthony. "Terimakasih Ayah"ujarku.

Kemudian menggendong Aidan ke mobil. Aidan adalah anak yang cerdas dia hapal alamat rumahnya. "Papa nanti papa tidak pergi jauh lagi kan?"tanya Aidan. Entah apa yang di ceritakan Kasih tentang diriku, "Iya, Aidan papa tidak akan pergi jauh lagi".jawabku.

"Aidan senang, oh iya nanti sesampai rumah, Aidan mau panggil teman-teman Aidan, Aidan punya papa"ujarnya riang. AKu hanya dapat tersenyum melihat tingkah Aidan.

Setelah melawati gang-gang sempit, aku dan Aidan akhirnya tiba di rumah Kasih, tampak Bi Pinah sedang menggendong anaknya yang masih kecil. " Bi Pinah," sapaku.

" Mas Andhika, sini mas mampir"ujarnya, "Tidak usah bu, saya mau masuk ke rumah Kasih"jawabku. "Ayo papa, masuk ke rumah"ujar Aidan menggenggam tanganku.

Aku pun masuk ke rumah Kasih, lebih tepatnya kontrakkan Kasih. Walaupun kecil, rumahnya sungguh bersih. " Papa, Aidan mengantuk, ayo, Papa tidur bersama Aidan"ujar Aidan menarikku ke arah Kasur.

" Iya sebentar Aidan, papa cuci kaki dulu ya"ujarku. "Iya, Aidan juga mau cuci kaki"ujarnya. Kami pun ke kamar mandi berdua, cuci kaki bersama. "Papa, Aidan sungguh bahagia"ujar Aidan. Setelah mencuci kaki aku dan Aidan menaiki Kasur.

"Tunggu, papa jangan tidur dulu"ujar Aidan."Kneapa Aidan?"tanyaku. "Papa main biola dulu, sebentar ya"ujarnya kemudian menuju lemari mengambil biola.

"Kata mama, papa pandai bermain biola"ujar Aidan. Aku tersenyum Kasih sungguh kau bagai penganggum rahasiaku saja, kau tahu aku bisa bermain Biola padahal di sekolah aku nyaris tidak pernah memainkannya.

"Baiklah karena Aidan yang meminta, papa akan memainkannya"ujarku, "Aidan mau lagu apa?"tanyaku.

"Over the rainbow, papa" jawab Aidan. "Kenapa lagu itu?"tanyaku. "Itu lagu favorit Aidan, pengantar Aidan tidur"ujar Aidan. "Oke dengarkan ya"ljawabku, aku memainkan biola Kasih. Aidan bertepuk tangan kecil, sembari mendengarkan permainan biolaku. "Nah lebih bagus papa yang main, daripada mama"ujarnya setelah aku selesai bermain biola.

"Nah, karena papa udah selesai bermain biola, ayo kita tidur"seru ku. "Ayo papa"jawab Aidan. Aku mengelus kepala Aidan hingga dia tertidur, anak yang selama ini tidak pernah aku bayangkan hadir di depan mataku.Aku pun ikut tertidur.

***

"Aidan......."teriakku, aku bangun kesiangan, aku berlari ke depan pintu. "Aidan..."teriakku lagi cemas, aku takut Aidan pergi.

"Nah ini papa Aidan, teman-teman"ujar Aidan. Aku mengehal nafasku Panjang, ternyata Aidan pergi memanggil teman-temannya. "Halo anak-anak, selamat pagi"ujarku. "Pagi om, wah benar om papanya Aidan?"tanya mereka. Aku mengangguk "Iya benar, om papanya Aidan, nama om Andhika"jawabku. "Om kerjanya apa?"tanya salah satu anak. "Om dokter sayang"jawabku, "Wah takut disuntik"ujar salah satu anak, dan lainnya tertawa. "Papa Aidan hebat kan, dokter"ujar Aidan. Aku hanya tersenyum Aidan sungguh bannga kepadaku, Aidan maafkan papa yang telat mengetahui keberadaanmu.

Kisah Dawai Kasih #NUBARYOU&ITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang