[SECOND SIGHT]

8 1 1
                                    


Pria itu memandang sendu pada wanita tua yang terbaring di hadapannya. Ia meraih tangan wanita itu, menciumnya dengan lembut.

"Ibu ...." Bisik si pria.

Wanita yang terpejam itu tidak menjawab. Bergerak pun tidak.

"Aku harap keadaan ibu segera membaik."

Pria itu bangkit, lalu mengelus rambut si wanita sebelum pergi meninggalkannya.

"Dokter," kata pria itu dengan muram, "tolong segera kabari saya jika terjadi sesuatu."

Laki-laki tua yang dipanggil 'dokter' itu mengangguk, lalu tersenyum tipis, "Tentu. Anda tidak perlu cemas."

Pria itu melihat sekilas pada ruangan putih di belakangnya. Ia berpikir, mungkin ada baiknya jika ia bisa menginap, tapi ia tak mungkin meninggalkan putrinya begitu saja.

***

"Papa!"

Seorang gadis kecil dengan rambut coklat berhambur ke pelukan pria itu.

"Papa tidak menginap di rumah sakit?"

Pria itu merapikan poni si gadis sebelum menjawab lembut, "hari ini papa akan menemani Sybil."

Si gadis tersenyum cerah.

"Papa, papa mau dengar apa mimpi Sybil tadi malam?"

***

Setelah berganti pakaian, pria itu kini duduk berdua dengan putrinya di beranda rumah. Di rumah itu, memang hanya ada mereka berdua. Ibu Sybil meninggal tahun lalu karena kanker, sedangkan nenek Sybil dirawat di rumah sakit sejak minggu lalu.

Pria itu akhirnya mempekerjakan seorang wanita bernama Erin untuk memasak dan bersih-bersih, sekaligus menemani Sybil karena ia tak bisa mengawasi anak itu sepanjang waktu. Karena hari sudah sore, mungkin Erin sudah pulang.

"Jadi," ucap pria itu, "apa yang ingin kamu ceritakan?"

"Dalam mimpi Sybil, Sybil lihat ada banyak orang yang datang ke rumah kita. Ramai sekali."

Anak itu tampak berseri-seri ketika menceritakannya. "Belum pernah rumah kita seramai itu!"

Namun, tiba-tiba, ekspresinya berubah ketika ia menatap pria di hadapannya.

"Kenapa?," kata pria itu, "apa yang orang-orang itu lakukan dalam mimpimu?"

Sybil menunduk, memainkan kerah bajunya dengan tatapan sedih, "mereka hanya duduk dan diam. Tapi, aku melihat papa yang bersedih dalam mimpi. Aku juga melihat orang yang tidur di lantai."

Putrinya hanya menceritakan hal-hal yang dilihat di dalam mimpi, tapi pikiran pria itu menerjemahkannya menjadi sesuatu yang mengerikan.

"Siapa ... yang tidur di lantai?" tanya pria itu.

Sybil memandang matahari di kejauhan. Matahari itu hampir tenggelam.

"Tidak tahu," katanya, "Karena seluruh tubuh orang itu tertutup selimut."

Ibu, batinnya.

Putriku hanya bermimpi!, kata pikirannya. Tidak nyata, hanya mimpi.

Setelah matahari sepenuhnya terbenam, pria itu merasakan hawa dingin yang aneh. Sebuah firasat buruk menghinggapinya.

Ponsel pria itu berdering.

Sebuah pesan singkat.

Air mata pria itu pun menetes.

Dokter Aditama:

Tolong datang ke rumah sakit sekarang. Ibu Anda ...

***

Karangan bunga dari rekan-rekannya memenuhi beranda rumah itu. Orang orang terdekat dan kerabat pria itu juga ada di sana untuk setidaknya meringankan perasaan duka pria itu.

Pria itu kini duduk di samping orang yang ia cintai.

Sayangnya, orang itu, tidak akan pernah bangun untuk selama-lamanya.

Dada pria itu terasa sesak.

Seharusnya aku meluangkan lebih banyak waktu untukmu, batinnya, aku bahkan tidak tahu apa aku sudah membuatmu bahagia atau tidak.

Pria itu terisak.

"Nekrosis usus. Bisa membunuh dalam waktu singkat jika tidak segera ditangani."

Kata-kata dokter itu menjadi paradoks yang terus terulang di pikirannya.

Ia meraih ponselnya, membuka sebuah pesan.

Kesedihan yang mendalam menyelimutinya.

Dokter Aditama:

Tolong datang ke rumah sakit sekarang. Ibu Anda sudah siuman.

Ia mengusap kepala orang yang telah meninggal itu dengan lembut, lalu membisikkan sesuatu di sela tangisnya, "Aku menyesal. Seharusnya aku tak meninggalkanmu, Sybil."




















"Second Sight/Precognitive Dream/Future Sight adalah persepsi ekstrasensori yang melibatkan informasi masa depan dimana informasi tersebut tidak dapat disimpulkan dari kondisi (akal, hukum, fisika, dan hukum alam) yang terjadi saat ini. Keberadaannya juga dianggap sebagai bentuk lain dari indera tambahan."

Intinya, ini adalah mimpi yang menjadi nyata.

Aku sendiri pernah baca blog yang isinya pengakuan si penulis blog kalau dia sering mengalami Precognitive Dream sekitar umur 7 sampai 10 tahun. Waktu kelas 2 SMP, penulis blog itu juga cerita kalau dia pernah mimpi di dalam liang lahat menerima jenazah ibunya, dan mimpi itu benar-benar jadi kenyataan.

Cerita tentang Sybil ini aku dapet dari mimpi juga. Waktu itu aku masih SMP. Awalnya aku kira itu mimpi yang bakal aku lupain kayak biasanya, tapi rupanya Sybil tetap bertahan di ingatanku sampai sekarang.

Apa kalian juga pernah mengalaminya?

SYBILLINE [Antologi Cerpen]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang