"Gomawo Oppa untuk bonekanya." ujar jinri dengan senyuman lebarnya yang menawan. Senyuman yang juga memberikan dampak positif bagi lelaki yang berada disebelah kananya itu. Yup siapa lagi kalau bukan Minho, yang juga ikut tersenyum ya walaupun senyuman yang ia tunjukan hanyalah sebuah senyuman tipis. "Sama-sama. Sudah ku katakan bukan ? Permainan itu sangatlah mudah."
"Oke aku menyesal mengucapkan kata Gomawo kepada mu oppa."
Mendengar dengusan dan melihat putaran bola matanya, Minho hanya membalas dengan mengacak-acak rambutnya dengan gemas serta senyuman yang tidak ketara muncul menghiasi mimik wajahnya.
Dengan ini, kuharap kau melupakan kejadian yang membuat hati mu sakit jinri-ya..
"Ayo.. Sudah malam sebaiknya kita pulang."
Lelaki yang bernama minho itu pun berjalan dengan santai menuju parkiran yang ada disebrang jalan. Kaki panjangnya terus melangkah dengan santai namun tegas kearah parkiran, dimana mobilnya yang terparkir dengan rapih disebrang sana.
Ia tersenyum senang. Kenapa ? karena seorang Choi Minho telah berhasil membuat Choi Jinri merasa bahagia.
Ya walaupun bahagia yang diberikannya tidak terlalu indah dan berkesan banyak untuk dikenang, Namun cukup untuk membuat adiknya itu merasa lebih baik dan melupakan rasa sakit yang berada dihatinya.
Ia senang...
Benar, ia sangat bahagia...
Tiiiiiinnnnnn~~
Braakkk....
Tubuh seorang lelaki tergeletak dengan mengenaskan dipinggir jalan. Tubuh itu terkulai dengan lemas dengan darah yang kini memenuhi hampir setengah wajahnya. Tubuhnya kaku tidak bisa digerakan, kesadaran yang ada pada dirinya mulai menghilang. Namun lelaki itu tetap harus bertahan. Ini belum berakhir . Ia tidak ingin mati. Belum saatnya, ia harus membahagiakannya. Tugasnya belum selesai...
"Ji.. Jinri-ya..."
Jinri P.O.V
Tidak. Kumohon ini hanya mimpi. Aku mohon ini hanya mimpi. Semua yang kulihat saat ini kumohon hanya mimpi.
Aku berjalan dengan goyah menuju tubuh lelaki yang tergeletak mengenaskan dipinggir jalan itu, perlahan namun pasti langkah ini semakin cepat berlari kearah tubuh itu.
Air mata ku tidak lagi dapat kubendung. Air mataku jatuh dengan cepat mengalir melewati pipiku. Sungguh.. ini bukan kenyataan kan ? ini pasti hanya mimpi ! ya pasti hanya mimpi!
"Ji.. Jinri-ya" Suaranya terdengar lemah dan serak, matanya sayu melirik ku lemah yang sarat akan kesakitannya.
Aku menutup mulutku dengan kedua tanganku. Wajahnya kini sudah dilumuri oleh darah walaupun darah itu hanya memenuhi sebagian wajahnya. Tubuhnya kaku tidak dapat digerakan. Ini sungguhan, ini kenyataan dan ini bukan mimpi..!!.
"O..Oppa.. Ke kenapa oppa..?" Tanya ku dengan suara yang hampir sama dengan bisikan. Aku jatuh terduduk tepat disebelah kirinya. Air mata ku terus terjatuh, mengalir dengan cepat melewati pipiku dan menetes jatuh tepat diwajahnya.
Ini sungguh menyakitkan. Dia tadi baik-baik saja. Sehat dan mengesalkan seperti biasanya. Tapi kenapa..
Kenapa ini bisa..
Aku menggeleng-gelangkan kepalaku kuat-kuat. Ia harus kuat dan bertahan. Aku mohon. Ia harus kuat. Aku ingin ia sehat dan mengesalkan seperti biasanya..
"Kau harus kuat oke ? Ambulan pasti akan segera sampai. Kuatkan dirimu. Kumohon oppa!!" Lirih ku padanya sambil memangku kepalanya diatas pahaku. Aku terus mengusap pelan dan hati-hati dipipi kanannya. Menyalurkan kekuatan agar ia tetap bertahan dan tidak segera menutup matanya.
Ia tersenyum lemah kearahku. Matanya terus menatap kedalam manik mataku dengan sangat sarat akan kesakitannya. Tangan kanannya terangkat menuju wajah ku. Ia mengusap air mataku yang mengalir dipipi. "Ja.. jangan menangis Jinri-ya"
Aku menyentuh tangannya yang telah menghapus air mataku. Aku memejamkan mata dan menghela nafas kasar, Aku harus kuat dan ia juga harus kuat. "Tanganmu dingin oppa."
Ia kembali tersenyum lembut kepadaku. Dahinya mengerut dan tangan yang ku sentuh ia pegang dengan sangat erat. Apakah sangat menyakitkan ? Tentu ! itu sangat menyakitkan mu bukan Choi Minho."Oppa.. kau harus kuat. Kumohon" Tangis ku semakin menjadi. Ia bukan semakin kuat namun semakin lama ia semakin lemah.
"Dengar Jinri-ya. Aku juga ingin kuat dan bertahan. Namun, ini menyakitkan." Aku menggelengkan kepalaku mendengar tuturan katanya yang begitu sangat menyakitkan untuk didengar oleh ku.
Tidak.. kau harus bertahan oppa...
"Aku sungguh tidak mengerti. Mengapa aku secepat ini untuk pergi hum ? Sungguh jinri-ya aku tidak mengerti."
Aku juga tidak mengerti..
"Dengar ini menyakitkan jinri-ya. Namun, ini semakin menyakitkan melihat mu menangis karena oppa. Tolong jangan menangis. Aku senang melihat mu tertawa . Sungguh aku tidak berbohong akan hal itu jinri-ya." Tangis ku semakin menjadi karena perkataannya. Ini menyakitkan . Sungguh ini sangat menyakitkan oppa!!
"Aku .. aku tidak akan menangis. Aku janji."
Ia kembali tersenyum lembut kearahku menahan rasa sakit yang menerkam tubuh tegapnya itu. Ia mengernyit tidak suka, setiap kali rasa sakit itu menyerangnya yang akan membuat ia terus merasa lemah. Tidak boleh.. "Kumohon oppa kau harus kuat.. kumohon" Lirihku menatapnya sendu dan sakit.
"Aku suka melihat wajahmu yang ceria, wajahmu yang mendengus kesal itu yang terbaik yang bisa membuat ku tenang dan tertawa, wajahmu yang merajuk sungguh itu sangat lucu untuk ku. Tapi, aku tidak suka ketika kau menangis jinri-ya, kau sangat jelek dan menyakitiku jika kau menangis. Lucu bukan ?
"Dan dengar jinri-ya. Aku ingin kau menjadi gadis yang baik dan ceria. Gadis yang mandiri dan cantik. Gadis yang disayang oleh banyak orang. Gadis yang sopan dan santun. Jangan ikuti kelakuanku yang ku akui sangat tidak bagus untuk dicontoh. Aku tau, aku tidak akan pernah menjadi kakak yang baik untuk dicontoh olehmu mu jinri-ya. Aku tau akan hal itu..
"Atau bahkan kau bisa membenci ku, mengingat kelakuan ku yang sangat tidak bagus. Tetapi kau harus ingat. Aku menyayangi mu Jinri-ya. Aku sangat menyayangi mu. Kau segalanya bagiku. Hanya kau yang selalu ada disisiku. Kau adalah mutiara yang berharga yang selalu ingin aku lindungi dari siapapun, ya siapapun yang membuat hati mu sakit dan dirimu menangis jinri-ya"
Tangis ku pecah. Aku terisak sangat keras. Aku terus menggeleng-gelengkan kepalaku didepannya dan menatapnya dengan tatapan memohon. "Ti.. tidak kau harus kuat. Ini bukan kata terakhir kan? kumohon oppa!!."
"Hanya kau, Hanya kau jinri-ya yang selalu mengerti akan diriku ini. Hanya kau.. jinri-ya. Hanya kau yang selalu aku sayangi. Hanya kau yang akan selalu menjadi adikku yang aku sangat sayangi. Hanya kau Jinri-ya.. Maafkan aku.. dan Terima kasih. Aku menyayangi mu adik ku . Choi Jinri."
Matanya tertutup . Tubuhnya diam tidak bergerak serta dingin. Tangannya dingin. Detak jantungnya berheti . Nafasnya berhenti.
Ini.. Ini tidak mungkin..
"O.. oppa.. tidak kumohon. Jangan tinggalkan aku. aku tau kau hanya bergurau dan hanya membohongi ku bukan?!!. Aku mohon ini hanya mimpi. Oppa.. tidak boleh! Buka matamu oppa!! Buka matamu!!!"
Tangis ku pecah. Aku terus mengguncangkan tubuhya. Ia harus sadar. Harus. Ia tidak boleh meninggalkanku.
Namun hanya tubuh yang kaku tanpa adanya nyawa yang terus membalasku. Bukan kata yang mengesalkan yang seharusnya keluar. Bukanya perkataan ketus yang kudapat. Namun hanya keheningan.. hanya keheningan..
Benar.. Hanya keheningan yang kudapat..
YOU ARE READING
A Good Bye
Teen FictionDengan kakak yang menyebalkan seperti Choi Minho, Choi Jinri sebagai adiknya hanya menyabarkan hatinya yang melihat perilaku kakaknya yang tidak dapat dikatakan akrab dengannya. Namun, akankah ada hal baik di dalam kesehariannya ? Mungkin... Atau...