~Aku tak peduli dengan omongan mereka. Yang kutau Jungkook sangat manis~
.
.
.
.
.Aku masih ingat betul, hari di mana pertama kali aku bertemu denganmu. Kau, dengan seragammu dan tak lupa selalu mengenakan dasi disaat semua anak laki-laki malas mengenakannya. Dengan ramah kau menyapaku disaat orang lain takut melakukannya. Kau sungguh manis dengan segala keunikanmu.
Tak peduli seberapa banyak orang yang mengolok-olok kami. Ya, kami. Aku dan Jungkook. Mereka bilang kami aneh. Bahkan ada yang bilang kalau kami bertukar kepribadian. Ingin saja kupatahkan leher mereka. Tapi, saat aku ingin melakukannya, Jungkook selalu mencegahku.
"Ya! Apa kau yakin baik-baik saja saat mereka mengataimu yang bukan-bukan?" tanyaku sarkastik.
Jungkook itu bodoh. Sebenarnya dia tidak benar-benar bodoh. Dia bahkan selalu mendapatkan peringkat pertama di sekolah. Hanya saja dia tak punya nyali yang besar untuk melawan. Dia rela menghabiskan uang sakunya untuk sekedar menghindar dari senior-senior sialan. Aku selalu marah jika dia melakukan hal bodoh itu. Terkadang, tanpa sepengetahuannya aku berkelahi dengan para Senior itu untuk sekedar membelanya.
"Hei, anak baru. Kau selalu saja ikut campur." ucap salah satu dari mereka.
Mereka terlihat kesal berhadapan denganku. Aku yakin mereka ingat betul bagaimana kondisi tangan kanan Jimin sunbae saat dia mencoba menjambak rambutku waktu pertama kali bertemu dengannya. Dia benar-benar membuatku kesal kala itu. Bagaimana tidak, aku tidak pernah melihat adanya perilaku buli membuli di sekolah lamaku.
"Ya! Sunbae. Tidak bisakah kalian berhenti bersikap kasar pada temanku, Jungkook? Berhentilah mengambil uangnya. Apa kalian tak pernah mendapatkan uang saku dari orang tua kalian, huh?" Aku tak peduli jika mereka akan menghajarku lagi.
"Beraninya kau!"
Hampir saja sebuah pukulan mendarat di wajahku. Dewi keberuntungan berpihak padaku saat ini. Aku sama sekali tak menyangka Jimin sunbae akan menjauhkan Jin sunbae yang sudah kesetanan akibat ulahku. Aku tak tau harus berterima kasih atau apa. Tapi yang jelas, dia menolongku secara tak langsung. Aku yakin, dia tak ingin jatuh di lubang yang sama, berakhir dengan tangan kanan yang patah.
"Sudahlah. Tak ada gunanya berbicara padanya" Ucap Jimin sunbae santai meninggalkan kerumunan.
"Yang benar saja"
* * *
"Jungkook-ah, kalau Senior-senior sialan itu mengganggumu lagi, lawan saja mereka seperti ini.. Syaa syaap syaap" ucapku sembari mempraktekan jurus baru yang aku pelajari.
"Aku tak bisa" jawabnya santai tanpa melihatku.
"Aku benci kata-kata itu asal kau tau"
Begitulah Jungkook. Dia gampang sekali menyerah. Sudah berulang kali aku mengajaknya ikut kelas Taekwondo. Tetap saja dia tak mau. Dengan alasan Taekwondo bukanlah tipenya. Tapi setidaknya dia bisa melindungi dirinya sendiri dan orang yang dicintainya dari monster-monster di luar sana yang jumlahnya tak bisa disepelekan.
"Sinb-ah.. Eomma dan appa mengundangmu untuk datang ke rumahku minggu ini" selanya disaat aku benar benar jengah dengan kalimat 'aku tak bisa'
"Benarkah? Aku berteman baik pada eomma dan appamu" ucapku bangga sembari melipat kedua tangan di dada.
Baru kali ini ada orang yang sangat perhatian padaku setelah Eomma. Mereka menyambutku hangat seperti anak mereka sendiri. Tanpa sepengetahuan Jungkook, Appa nya pernah memberiku uang saat aku berkunjung ke rumah mereka.
"Kurasa mereka sangat mengagumimu. Appa selalu bicara tentangmu. Padahal kau hanya sekali ke rumahku" ucapnya sedikit kesal sembari membolak balik halaman buku Matematika yang dipegangnya.
"Itu karena aku jago main basket."
"Kenapa kau tidak gabung klub basket saja?"
"Aku hanya akan ikut basket kalau sudah SMA. Kurasa basket untuk level anak SMP seperti kita, kurang menarik". Itu memang benar. Karena aku jarang dan mungkin hampir tak pernah melihat pertandingan basket untuk tingkat SMP. Alih-alih sebenarnya aku juga tak ingin terlalu berurusan dengan Jimin and the gang. Mereka berada di klub basket juga.
"Terserahmu saja"
Setelah Jungkook mengatakan itu, suasana menjadi hening. Kami terjebak dalam pikiran masing-masing. Jika sudah begini, biasanya aku akan mencari topik pembicaraan agar tak sedikit canggung.
"Sebelum ada aku di sekolah ini, kau berteman dengan siapa?" Sebenarnya pertanyaan ini kurang tepat untuk ditanyakan. Karena jelas Jungkook tak pernah punya teman. Aku tahu itu.
"Sepertinya tak ada. Hanya kau saja temanku satu satunya" dia tersenyum.
"Kuharap kau selalu berada di sisiku" tambahnya lalu mencubit pipiku asal.
Akupun membalasnya dengan sebuah pukulan di lengannya."Ini sakit sekali asal kau tau" ucapnya dengan satu tangan mengelus lengannya yang sakit karena ulahku.
"Hei, kalian lihat itu pasangan aneh" tutur salah satu teman kelasku. Kamipun mendapat tatapan aneh dari mereka.
Bukan hanya hari ini mendapatkan hal semacam itu, sudah lebih seminggu dari awal aku berteman dengan Jungkook. Mereka hanya tidak tahu bahwa Jungkook sebenarnya easy going dan tipikal sahabat sejati.
'Kuharap juga begitu Jungkook-ah'
Hello guys..
Bangchin time....
Yuhuuu!..Kali ini Heart version Bangchin. Mungkin rada mirip sama cerita Heart series nya si Rahel, Farrel..
Hope you like it
KAMU SEDANG MEMBACA
HEART SERIES(BTS X GFRIEND ver.)
FanfictionAku sedang tidak baik-baik saja saat tak bersamamu