Lisa menghubungi Jennie dengan ponselnya. Dan tentu saja Jennie tidak mengangkatnya.
"Gak bisa dihubungi?" Tanya Ketua Park dengan santai.
"Yaa.. Ketua pikir ini gara gara siapa?" Kesal Lisa menggaruk garuk kepalanya kebingungan.
"Aku pun gak tau dia akan salah paham seperti itu. Ooh... bisa saja dia sering mendapatkan teman seperti itu, Lisa yaa. Jadi dia langsung bereaksi seperti itu." Kata Ketua Park mengelus elus dagunya.
Lalu tiba tiba Jennie datang dengan peralatan panahan yang lengkap di tubuhnya. Dia sudah sangat siap untuk berlatih.
"Selamat malam, Ketua." Sapa Jennie dengan pelan.
Ketua Park terkejut hingga berdiri dari duduknya, "ah, oh, i-iya, selamat malam Jennie-ssi."
Lisa berdiri kaku tak jauh dari samping Jennie yang sudah menghadap papan target. Ketua Park dan Lisa hanya bisa saling bertatap tatapan, saling mengkode bahu dan mata. Lisa pun memperbaiki gesturenya kemudian bersiap untuk memulai sesi latihannya.
Tembakan Jennie benar benar sangat kuat malam ini. Dia melepas semua energinya untuk meredamkan emosi yang masih sangat menggebu gebu di dalam dadanya. Namun, hampir semua tembakannya ngasal. Ketua Park menjadi resah dibuatnya, begitupun Lisa.
"Jennie, kamu akan kehabisan tenaga. Ini belum setengah match," kata Lisa. Namun Jennie tidak menggubrisnya. Dia terus melesatkan anak panahnya dengan sangat kuat setiap kali gilirannya tiba.
"Yaa, Jennie!" Lisa sedikit meninggi, membuat Jennie sedikit terkejut dan tidak bergerak sejenak. Dia tidak menoleh ke arah Lisa sama sekali. Tak lama kemudian, dia kembali meneruskan tembakannya.
Lisa sangat kesal dengan sifat kekanak kanakan Jennie. Dia pun akhirnya menaruh busur nya dan jalan mendekat papan target. Jennie memandangi punggung wanita jangkung itu dengan sangat terkejut. Begitu Lisa telah sampai di papan target Jennie, dia membalikkan badan dan menaruh tumblernya di atas kepala.
"Tembaklah! Jika itu membuatmu senang!" Teriak Lisa.
"Lisa yaa! Kau sudah gila?!" Teriak Ketua Park. Semua mata yang ada di arena menuju ke arah Lisa. Mereka semua memandangi kejadian yang sangat menegangkan itu sambil berbisik bisik satu sama lain.
"Jika tadi kamu membayangkan papan target ini adalah aku, maka sekalian saja aku yang berdiri di sini! Supaya kamu lebih bisa fokus menargetkan anak panahmu!" Lanjut Lisa dengan jantung yang berdegup kencang. Dia tau, dia bakal bisa terluka bahkan mati jika Jennie menembak asal dan mengenai tubuhnya.
Namun Jennie mematung. Seluruh tubuhnya bergetar. Jennie tidak habis pikir Lisa melakukan itu. Ini seperti... yang Lisa pernah ceritakan.
"Apa yang kau tunggu??! Bukan kah ini yang kau mau??! Hah??!!" Seru Lisa lagi.
"Lisa yaa! Menyingkir dari situ! Kamu mau di blacklist lagi?!" Kesal Ketua Park mengacak pinggangnya sambil cemas.
"Ketua Park, Jennie adalah pasangan team ku! Jika dia terus berbuat kekanak kanakan seperti ini, kita pasti akan kalah dan semuanya akan sia sia!" Ujar Lisa.
"Kekanak kanakan?! Kamu gak sadar apa yang sudah kamu perbuat kepadaku?!" Kali ini Jennie yang menyahut seruan Lisa.
"Oh Jennie-ssi..." Ketua Park berupaya menyela namun pandangan mata Jennie tajam menuju Lisa. Akhirnya dia mengurungkan niatnya.
"Aku pikir, kamu akan tulus kepadaku! Ternyata aku sudah salah kira! Kamu, gak ada bedanya dengan si Aom yang pernah kamu ceritakan dulu!"
Lisa menatap Jennie tidak percaya apa yang keluar dari mulut si pemilik mata kucing itu. Lalu dia pun mengambil tumbler di kepalanya dan berjalan cepat mendekati Jennie. Kini mereka berhadapan dan saling menatap.
Lisa mendekatkan wajahnya, "Kamu harus tau, selama hidupku aku gak pernah memanfaatkan orang lain hanya demi memenuhi keinginanku. Aku gak perlu menjadi munafik hanya untuk mendapatkan itu. Aku memang sangat mengimpikan menjadi model hebat sepertimu, tapi untuk mencapai itu, bukan kah aku gak perlu jatuh cinta padamu, Jennie-ssi?"
Jennie mematung. Hatinya seperti tertusuk dengan anak panah yang dilesatkan oleh Lisa.
"Aku pikir kamu cukup cerdas untuk tau apakah rasaku ini nyata atau gak. Apalagi, kamu lebih senang menyimpulkan sendiri tanpa mendengarkan penjelasanku terlebih dulu. Dan sayang sekali, kamu sudah sembarangan menilaiku, Jennie-ssi." Lisa menyeka air matanya yang tidak sengaja menggenang di pelupuk matanya. Hati Jennie semakin tersayat sayat karenanya. Lalu Lisa mendekati Ketua Park.
"Ketua Park, aku ijin istirahat dulu hari ini. Dipaksa bagaimana pun, aku sedang gak prima hari ini. Is it ok for you, coach?" Pinta Lisa.
Ketua Park menghela nafas panjang, "Oke. kita istirahat dulu hari ini."
Lisa pun pergi meninggalkan Ketua Park dan Jennie yang masih mematung menghadap papan target. Jantungnya berdegup kencang, ingin rasanya dia menangis tetapi dia tahan. Tubuhnya masih berguncang karena Lisa baru saja membentaknya.
Ketua Park mendekati Jennie seraya menghela nafas, "Jennie-ssi, sebenarnya aku lah yang salah sudah mengirimkan pesan seperti itu. Aku yakin, Lisa bukan seperti orang yang kamu bilang tadi kepadanya. Untuk yang kedua kalinya aku melihat Lisa sekhawatir itu saat kamu belum tiba di sini. Dulu dia juga pernah mengkhawatirkan seseorang seperti sekarang. Aku harap, kamu memaafkan kesalahpahaman pesanku, Jennie-ssi. Dan semoga kalian cepat berbaikan. Bukan demi team, tapi demi kalian."
Lalu Ketua Park pun meninggalkan Jennie.
Jennie tak bisa lagi menahan lututnya yang masih tegap. Akhirnya dia tersungkur dan menahan air matanya.
Oh, apa yang sudah aku lakukan?=====
Jennie menghela nafas panjangnya sebelum dia melangkah masuk ke dalam kelas. Dia tidak mendapati sosok Lisa yang biasanya sudah terbaring lesu di mejanya. Semalam pun chatnya tidak terkirim ke Lisa karena sepertinya hp nya tidak aktif.
BUG!
"Haaa... pagi pagi sudah ketemu sama monster. Menjijikkan! Bisa bisa aku sial seharian!" Umpat Yuri setelah menendang tas Jennie yang masih tertenteng di punggungnya. Akibatnya Jennie jatuh dan untung buku bukunya cukup melindungi bagian belakangnya, sehingga tidak terlalu nyeri.
Anak anak yang lain ada yang cekikikan, tapi ada juga yang dalam hatinya merasa Yuri makin lama makin keterlaluan. Sayangnya mereka tidak bisa berkata apa apa. Karena mereka memilih seperti itu daripada menjadi korban Yuri dan gengnya berikutnya. Mereka pengecut.
"Yaa Yuri! Kamu tidak sadar yang kamu tendang itu tas merk apa?" Ujar temannya ketika melirik tas yang dipakai Jennie.
"Alah! Lihat dari sekilas aja aku udah tau kalau itu KW! Mana mungkin monster bisa memiliki tas itu!" Yuri mendekat ke Jennie yang masih di lantai. Dia menggenggam kerah baju Jennie dengan kasar menggunakan satu tangannya hingga wajah Jennie terngadah.
"Coba saja kalau mengadu! Akan aku buat kamu menyesal seumur hidup!" Bisik Yuri tajam. Jennie sudah malas melayani Yuri. Sehingga dia hanya diam saja sambil menunduk ke bawah. Saat ini bukan Yuri yang ingin dia cari.
"Bagus. Menunduk lah seperti itu. Sembunyikan wajahmu! Monster." Yuri dan gengnya pun meninggalkannya.
Jennie menghela nafasnya. Ingin sekali dia buka penyamarannya ini. Lagipula, dia sudah kehilangan kesempatan untuk mendapatkan teman yang benar benar tulus, yaitu Lisa. Bahkan bukan hanya sekedar teman.
Jennie pun melangkah ke kursinya dengan gontai dan mempersiapkan buku pelajarannya. Hingga bel masuk, Lisa tidak hadir di kelas itu. Jennie pun semakin khawatir.
Sedangkan dari kejauhan, Yuri menatap intens Jennie yang menunduk karena sedang membuka buku pelajarannya. Dia tau, bahwa tas yang baru saja dia tendang tadi adalah merk asli. Tapi tentu saja dia gengsi mengatakannya karena dirinya tidak akan mampu membeli barang branded seperti yang dipakai Jennie. Kebenciannya pun semakin menjadi jadi.
"Yaa, aku punya rencana untuk si monster hari ini." Bisik Yuri ke teman teman gengnya.
T B C
❤️
Hi everyone! Long time no see!
😭
Thanks for your support to this story ya!
See u in the next chapter!
KAMU SEDANG MEMBACA
I See You See Me
RomanceMONSTER, panggilan Jennie satu sekolah! Sedangkan Lisa, Sang Primadona sekolah, malah membelanya. Siapa yang tidak akan jatuh hati kepada orang sebaik Lisa?