Part

16 0 0
                                    

Setelah rasa marah ibu Cindy mulai reda, akhirnya dia memutuskan untuk menikahkan Farhan dan Cindy. Awalnya Farhan kaget mendengar hal itu tapi dia sudah berjanji akan melakukan apapun demi Cindy, dan dengan hati yang tulus Farhan menyetujui hal itu.
"Farhan, Ibu mau ngomong sesuatu sama kamu."
"Iya bu, silahkan."
"Kamu kan sudah berjanji mau bertanggung jawab dengan Cindy, jadi ibu mau kamu dan Cindy segera menikah."
"Iya bu, Farhan akan melakukannya."
Mengetahui hal itu keluarga Farhan tidak setuju terutama kakak laki-lakinya, kedua orang tuanya pun demikian mereka masih menghawatirkan bagaimana jadinya Farhan jika sudah memiliki anak nanti sedangkan dia masih belum lulus SMA, dan Farhan juga belum bisa mencari uang sendiri apalagi mencari nafkah untuk anak dan istrinya.
"Farhan, kamu kenapa sampai bikin anak orang hamil sih, kenapa gak pakai alat aja, atau nggak pacar kamu KB dulu." Saran konyol Rio alias kakaknya.
"Ya mau gimana lagi kak, udah terlanjur juga." Jawabnya iseng.
Tiba-tiba suara panggilan ayah Farhan menyeka obrolan mereka.
"Farhan, sini dulu nak, ayah sama ibu mau ngomong sama kamu."
"Apakah benar kamu telah melakukan itu pada Cindy." tanya ayahnya.
"Kenapa ayah berkata seperti itu?"
"Karena bapak masih tidak percaya kamu melakukan hal keji seperti itu."
"Ya mau gimana lagi yah, kan sudah terlanjur."
"Apakah kamu tidak pernah memikirkan tentang berapa besar rasa malu yang akan kami tanggung karena ulahmu?"
"Farhan minta maaf yah, bu karena Farhan melakukan kesalahan terbesar ini."
"Coba lihat kakak mu itu, jangankan menghamili anak orang pacaran saja dia tidak berani, padahal umurnya lebih daripada kamu." Jawab ibunya lantang
"Sudahlah, tidak ada yang perlu di sesali semuanya kan sudah terjadi, dan kamu Farhan kamu harus janji setelah anak itu lahir kamu dan Cindy harus berpisah." tegas ayahnya.
"Loh kenapa harus begitu yah, pernikahan itu tidak untuk main-main yah, ayah kan tau sendiri kalau dua insan sudah menjalani pernikahan maka mereka harus bersama sampai maut tiba terkecuali allah berkehendak lain." sahutya lantang.
"Farhan, memangnya kamu pikir memimpin sebuah rumah tangga itu hal yang mudah? apalagi dengan anak seusia kamu."
"Mungkin itu semua sangat sulit bagi anak seusia Farhan tapi tidak untuk Farhan yah."
"Farhan, anakku, ikuti saja perintah ayah mu karena dia melakukan itu demi kebaikan mu." saran ibunya.
"Tapi bu ..."
"Terima saja apa yang di perintahkan ayah karena dalam rumah tangga ini ayah sebagai pemimpin bagi kita semua." sahut kakaknya tiba-tiba.
Farhan langsung terdiam dan tak bisa berkata apa-apa dan dengan berat hati dia menyetujui perintah ayahnya. Suasana mendadak sepi dan itu menjadi kesempatan ibu Farhan ngomong sekaligus untuk memperbaiki keadaan.
"Jadi Far, kapan kita kamar Cindy, lebih cepat sih lebih baik."
"Aku ikut ya bu, siapa tau ketemu jodoh diasana hehe."
"Kamu kan masih kuliah jadi fokus dulu ke kuliah kamu gak usah mikir-mikir pengen nikah."
"Aku kan cuma becanda yah."
"Ya sudah, besok sekitar jam 08 kita ke rumah Cindy untuk melamarnya, dan kamu Farhan kabarin Cindy kalo besok kita kesana."
"Siap ayah."
Cindy yang tengah terbaring diatas tempat tidurnya sempat langsung terbangun ketika ia mendengar suara notif dari ponselnya.
Tutt ... tut ... suara deringan ponsel Cindy, tanda pesan datang dan teryanta pesan itu dari Farhan.
"Cind, besok aku sama keluarga mau langsung kerumah kamu."
"Hah, kamu kesini mau ngapain Far, tanyanya sambil terkejut.
"Ya mau ngelamar kamu lah Cind, hehe."
"Seriusan Far?, emang orang tua kamu setuju?"
"Ya gimana gak setuju Cind, kan udah terlanjur, hehe."
"Tapi kan Far, ini bukan salah kamu jadi tanggung jawab kamu ke aku gak harus sebesar ini."
"Cind, aku gak mau lihat kamu sedih, jadi apapun akan aku lakuin demi kamu."
"Yaudah deh Far, makasih banget ya atas semua perjuangan lo."
"Iya Cind, kalau besok-besok lo gak usah sering-sering bilang makasih lagi deh."
"Loh kenapa Far?, gak cukup?, atau mau gue kasih apa kek biar cukup gitu?"
"Maksud gue itu sebentar lagi kan kita udah jadi suami istri, jadi udah gak ada kata terimakasih lagi di antara kita, hehe."
"Ihh Farhan lo ada-ada aja deh." sambil senyum sendiri.
"Yaudah Cind, kamu tidur dulu gih, karena kan besok bangunya harus pagi-pagi, buat nyiapin persiapan lamaran wkwkw."
"Siap pangeran."
Sebelum Cindy tidur dia harus memberi tahu ibunya kalau keluarga Farhan besok datang untuk melamarnya, ia pun segera menghampiri kamar ibunya dan untungnya ibu Cindy belum tidur, Tok ... tok ... suara ketukan pintu kamar ibu Cindy.
"Silahkan dibuka pintunya tidak saya kunci."
"Ini Cindy bu."
"Oh ... Cindy ibu kira siapa."
"Cindy kesini mau ngomong sesuatu bu."
"Kamu mau ngomong apa nak?"
"Bu, kata Farhan besok orang tuanya datang kerumah mau ketemu ibu."
"Memangnya ada apa Cind?"
"Soalnya Farhan mau lamar Cindy bu."
"Oh ya, baguslah kalo begitu, ya sudah kamu tidur gih, besok pagi-pagi kamu kan harus nolong ibu bikin kue buat jamuan untuk keluarganya Farhan."
"Iya bu, kalau gitu aku tidur dulu ya."
Dengan perasaan gembira juga penuh semangat Cindy berlari menuju kamarnya untuk beristirahat.
Cahaya matahari pagi mulai menyinari jendela Cindy dan memantulkan sinar tepat ke mukanya Cindy dan hal itu membuat Cindy terbangun kemudian lirikan matanya langsung menuju pada jam yang sudah menunjukkan pukul 9:15 AM.
"Astaga aku ketiduran, padahal kan harus bantuin ibu siap-siap."
Ia pun langsung berlari keluar kamarnya hendak menuju dapur.
"Bu maaf ya, Cindy bangunya telat."
"Tidak apa-apa Cind, sekarang bantu ibu pecahkan telur itu lali di kocok dan ditambahkan gula ya."
"Iya bu, ngomong-ngomong ibu mau buat kue apa?"
"Ibu mau buat kue kesukaan bapak kamu dulu, dan semoga saja calon mertuamu suka."
"Mereka pasti suka bu, secara kan kue buatan ibu paling maknyuss."
"Aduhhh, kamu bisa aja."
"Kalo sudah di kocok terus di apain bu?"
"Tinggal tambahkan tepung terigu sama air sedikit."
"Siap bu."
Setelah melalui beberapa proses kue buatan Cindy dan Ibunya pun jadi dan siap dihidangkan, tak lama kemudian terdengar ketukan pintu Cindy pun bergegas membuka pintunya.
"Tok ... tok ... tok ... Assalamualaikum."
"Waalaikumsalam, eh Tante, Om mari masuk!"
Mereka berempat langsung masuk dan duduk di ruang tamu.
"Aaaa Cindy, ibu kamu dimana?. tanya Ayahnya Farhan.
"Lagi di dapur Om, sebentar ya Cindy panggilin sekalian ngambil minum."
"Farhan, dia anaknya lugu begitu kok bisa-bisanya dia hamil diluar nikah, jangan-jangan kamu yang paksa dia?" Tanya ayahnya.
"Nggak kok yah, Farhan gak maksa dia cuma kan kami emang saling mencintai yah."
"Farhan ... Farhan ... kalo kamu benar-benar sayang sama Cindy pasti kamu gak berbuat seperti ini sama dia."
"Udah ih yah, jangan ngomong kayak gitu gak enak sama ibunya Cindy nanti dia dengar lagi." Sahut ibunya Farhan.
Cindy pun datang bersama ibunya dengan membawa minuman jeruk dan beberapa toples makanan untuk dihidangkan.
"Silahkan Pak, Buk minum dulu."
"Iya bu, terimakasih, tidak usah repot-repot."
"Rio, tolong ambilkan bingkisanya di bagasi mobil ya."
"Siap bu." sahut Rio yang juga ikut bersamanya.
"Bu Cindy, kami datang kemari bertujuan untuk melemar Cindy untuk Farhan, dan yang sama-sama kita ketahui dimana putra putri kita ini sudah melakukan hal yang tidak senonoh.
"Baik pak, sebenarnya saya juga kecewa dengan Cindy anak saya, tapi ya mau gimana lagi kan semuanya sudah terjadi."
"Sebelumnya kami meminta maaf, karena setelah kami musyawarahkan masalah ini kami menyimpulkan untuk menyerahkan bayinya Cindy dan Farhan ke neneknya di kampung, setelah bayinya lahir nanti."
"Loh memangnya harus begitu ya pak?, anak saya juga berhak kan merawat anaknya, darah dagingnya sendiri."
"Bukan begitu maksud kami bu Cindy, karena kan anak saya yang pertama Rio akan melanjutkan kuliahnya di Belanda dan kami ingin Farhan ini juga ikut bersama kakanya untuk melanjutkan SMAnya disana."
"Tapi biar bagaimanapun juga anaknya Cindy juga anaknya Farhan, masak mau diserahin ke neneknya Farhan begitu saja."
"Maaf Tante, untuk bayi ku nanti biar aku yang merawatnya, jadi  tidak akan aku serahkan ke siapapun Tante."
"Cindy, benar apa yang dikatakan ibunya Farhan, itu semua demi kebaikan kamu." Jawab ibu Cindy.
"Tapi bu, Cindy ingin merasakan rasanya merawat seorang anak Dokter Cindyyy, patuhin ibu sekali ini aja tolong nak, ibu melakukan ini karena ibu sayang kamu."
"Iya sudah bu, tidak apa-apa."
"Ya sudah ya bu Cindy, kami pulang dulu sekalian Cindy ikut sama kami saja, sementara ia belum melahirkan izinkan kami tinggal bersamanya."
"Iya pak silahkan, Farhan saya titip Cindy ya tolong jaga dia baik-baik."
"Iya bu, itu pasti." Jawab Farhan.
Setelah beberapa menit di perjalanan akhirnya mereka sampai dirumahnya Farhan, kemudian Cindy istirahat sementara Farhan membereskan barang-barang Cindy di kamar mereka. Tiba saatnya makan malam semua anggota keluarga pun menuju meja makan untuk makan malam termasuk Cindy.
Semua aktivitas keluarga berjalan dengan lancar sebagaimana biasanya, dan pada suatu hari ketika Cindy hendak menuju kamar mandi tiba-tiba saja dia teriak sambil memegang perutnya.
"Bu ... aduhh sakit sekali ..."
"Astaga Cindy kamu kenapa? sepertinya ini waktunya kamu melahirkan nak."
Ibunya langsung memanggil Farhan yang sedang memotong rumput di halaman.
"Farhan ... cepat panggilkan ambulan untuk Cindy."
"Cindy kenapa bu?, iya ini akan ku panggilkan."
Tak lama kemudian datanglah sebuah ambulan dengan kecepatan supernya dan langsung membawa Cindy ke rumah sakit, dan setelah beberapa saat mulai terdengar teriakan dari ruangan Cindy yang semakin membuat Farhan khawatir.
"Farhan, tolong telpon ibunya Cindy dan suruh datang secepatnya."
Tak lama setelah ibu Cindy datang terdengarlah suara tangisan nyaring bayi mungil dari dalam ruangan. Seorang bidan keluar dari ruangan dan langsung menghampiri keluarga Cindy.
"Apakah benar ini dengan keluarganya Mba Cindy?"meninggal,Bidan, kami keluarganya." sahut ibu Farhan.
"Bagaimana keadaan Istri saya bu bidan?" Tanya Farhan cemas.
"Alhamdulillah anak pak Farhan bisa kami selamatkan, kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan istri bapak namun Allah berkehendak lain.
"Maksudnya apa bu bidan?. tanya Ibu Cindy dengan wajah ketakutan.
"Nyawa anak ibu tidak bisa kami tolong atau Mba Cindy sudah meninggal, karena usianya yang terlalu muda untuk mengandung.
"Innalillahiwainnailaihirojiun" Isak tangis mulai menyapa mereka dan derasnya air mata membasahi pipinya, tiada di sangka bahwa Cindy bisa pergi secepat itu.
Semuanya sudah berakhir dan tidak ada lagi penyesalan bagi Farhan, karena dia berpikir bahwa ia sudah mampu melakukan yang terbaik untuk Cindy. Dan anak yang lahir dari rahim Cindy akan diasuh oleh nenek dari ayahnya alias ibunya Farhan dan Farhan menyanyangi anak itu seperti anak kandungnya sendiri.
                      
     

                      ...TAMAT...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 16, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My golden boyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang