"fiya sadarlah"
fiya tak memberikan respon apapun
"fiya sadarlah!!"ulangnya sambil menepuk pelan pipi fiyafiya membuka matanya perlahan,saat namanya dipangil berkali kali oleh suara yang tak asing ditelinga nya
"dit........"suaranya terdengar serak dia bangkit dari tidurnya dan duduk menghadap adit yang menatapnya lurus
"luka lagi?"tanyanya dengan suara panik yang dibuat-buat fiya sanggat tau bahwa adit senang dengan dara tapi dia tak perna melukai seorang gadis berna fiya adiwijaya
" ada apa"tanya ku binggung
bukan nya menjawab dia malah pergi masuk kedalam cermin fiya bangkit sedikit kesakitan untuk berjalan ke arah cermin
"don't let her down"ucap pria munggil di dalam cermin
"sakit?"
Aku menggeleng
"Sakit"tanyanya lagi dengan suara sedikit membentak aku menangis mendengarkannya
kali ini aku mengangguk
"mau hadia dari adit?"aku mengeleng
"sampai kapan?"
aku mengeleng lagi
"jangan tolak yang ini"ucapnya sambil menyodorkan gelas berisi dara busuk
Aku menggeleng
"pinum atau aku akan pergi"
terpaksa aku meminumnya karna tak ada rasa takut selain kehilangan pria munggil yang berumur ratusan tahun yang menemaniku sejak kecil dan menurut ku ada dua hal yang tak boleh di usik
1 si arra dan si pria munggilnya
2 juan batter pribadinya yang suda di anggap seperti ayahnya