2 - Terlewat

125 15 2
                                    

BGM DMMD The Animation OST - Junk Shop Heibon

BGM DMMD The Animation OST - Junk Shop Heibon

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Haah~ sial..."

Gerutuan meluncur dari bibir Eren. Ia menyeka peluh lantas mengibas-ibas seragam olahraganya yang basah. Ia memilih duduk di tepi lapangan bola, di bawah pohon yang rindang.

Matanya melirik kesana-kemari. Mata lelah. Entah rasa iri apa yang muncul sekarang melihat murid-murid lain yang sibuk dengan kegiatan olahraga.

Kepalanya menoleh ke kanan, dimana ia dapati koridor sekolah yang panjang dan seseorang tengah berjalan disana. Tubuh cebol itu...

"Bang Levi!"

Entah semangat darimana ia bisa berteriak begitu, padahal tenaganya cukup terkuras setengah hari ini, ditambah, ini adalah hari pertama misinya. Dan tidak diduga, ternyata Levi berjalan ke arah Eren.

"Tumben lo duduk aja," seperti biasa Levi menggunakan nada bicara datar dan menatap dingin "mana Eren yang disebut-sebut bara api klub football?"

"Ahaha..." Eren tertawa canggung "minyaknya lagi kosong, bang. Makanya begini."

"Lah, tadi, kan jam istirahat. Lu ga makan?" Levi mengangkat sebelah alisnya "atau lagi ga ada uang?"

"Bukan, bang..." kini cengiran muncul di wajah pemuda brunette, seolah ia akan menunjukkan sesuatu yang membanggakan, tangan kanannya memegang dagunya sambil menelengkan kepalanya sedikit "hari ini gue puasa dong~!"

Levi kaget.

Bukan.

Bukan karena Eren bilang dia puasa.

"Ga percaya gue. Ada lampu merah, tuh!"

"He?"

"Cabe, bego. Di gigi lu." Eren tersipu, buru-buru menunduk seraya membersihkan permukaan giginya dengan lidah. "Puasa apaan, tuh, cabe jadi bukti."

"Ini cabe tadi pagi, bang. Mikasa masak dendeng batokok," jelas Eren lantas meludah ke kanannya. Membuang cabe barusan.

Lagi-lagi Levi mengangkat sebelah alisnya "lu ga sikat gigi tadi pagi, ya?"

"Hah?!" 

Dibanding membalas reaksi Eren yang sepertinya jelas apa jawabannya, Levi mengalihkan pembicaraan "bukannya puasa ga boleh makan dan minum?"

"Kata Armin, kalo puasa lebih baik makan dulu sebelum subuh, bang. Sahur dulu. Biar kuat menjalani hari."

Levi mangut-mangut. Eren ingin melanjutkan apa yang dia ingat dari penjelasan Armin; dianjurkan sahur saat puasa, karena ada berkah selama waktu sahur, juga ada batas waktu sahur, yaitu tepat saat terdengarnya azan berkumandang. Kalau sudah terdengar azan siapapun harus berhenti makan maupun minum. Ya, karena Eren dan kawan-kawan memang coba mengikuti puasanya orang islam, jadi sebisa mungkin tata caranya juga diikuti. Tapi sayang sekali urung karena Levi menyentuh pundak Eren.

"Ya, ya, terserah. Gua mau ke toilet."

"E-eh, ya..."

Levi berlalu, meninggalkan Eren yang menghela napas berat. Pikirannya terbang pada kejadian tadi pagi.


•••


7 jam yang lalu 

Tok tok tok.

"Eren, bangun." 

"..."

Tok tok.

"Eren! Eren!"

"Hngh..."

"Ayo, makan. Kamu ada kelas olahraga, kan, hari ini?"

Mikasa masih menunggu di depan pintu kamar Eren. Ya, Mikasa dan Eren tidak sekelas. Tetapi mereka hampir setiap waktu tampak bersama. Mereka satu rumah, ditambah Mikasa yang... uhm... ya, kalian tahu.

Hampir satu menit, baru pintu itu terbuka. Memperlihatkan Eren dengan mata penuh kantuk, rambut berantakan, dan tangan kanannya yang asyik menggaruk perutnya.

"Main game sampai larut malam lagi?" Tanya Mikasa datar seperti biasa bersamaan dengan langkah mereka yang mulai berjalan ke meja makan.

Awalnya Eren bergeming, jengkel tersirat di wajahnya, lantas mendengus "jam berapa sekarang?"

"Lima kurang seperempat."

"Hah?"

Waktu subuh masuk jam empat lima puluh. Duh, Ren, lu bisa cari sendiri informasinya, ga perlu tanya gue terus.

Suara Armin terngiang di telinganya.

Orang pinter bin rajin macam lu harus digunain, Min. Mumpung! 

Perkataan Eren yang diiringi tawa juga ikut terngiang.

Sial.

Lima menit lagi!

Eren mendadak berlari meninggalkan Mikasa, mencomot satu potong daging diselimuti cabai merah menyala, mengunyahnya dengan liar. Setelah habis, ia mencari gelas dan berlari lagi untuk mencapai dispenser. Eren langsung menenggak segelas air itu buru-buru dalam posisi berdiri. Sampai-sampai terdengar gluk-gluk yang jelas.

"Paaah~! Kacau!"

Allahuakbar, Allaahuakbar!

Untung saja tepat setelah Eren menggerutu tidak jelas, adzan subuh menggema di langit fajar. Dengan kasar Eren menyeka dagunya yang basah terkena air minumnya tadi yang meleber keluar. Mikasa berjalan mendekati Eren. Tenang.

"Mikasa! Kenapa ga bangunin gue, sih?!" Eren meneriaki gadis bersurai hitam di sampingnya.

"Udah aku bangunin dari jam empat. Eren ga bangun-bangun," ujarnya datar "dengan segala cara."

"Apa?!" Eren melempar pandangnya, membuang wajah dari Mikasa.

Mikasa hanya mengerutkan kening dan memandang Eren sedih. Ah, ia merasa sakit melihat Eren seperti ini padanya. Tapi, ya, memang kenyataannya salah Eren yang suka main game online sampai larut. Biasanya bareng Jean, Connie, Reiner, dan Annie. Kadang terdengar mereka menjadi satu tim, dan di kesempatan lain mereka menjadi lawan.

Eren tiba-tiba berbalik meninggalkan dapur, Mikasa kaget.

"Mau kemana?"

"Mandi!"

"Ren, itu arah ke ruang tamu!"

"..."

Suara langkah cepat yang penuh marah mengisi kesunyian rumah.

"Ya ampun, siapa berisik pagi-pagi gelap gini?"

Suara Carla menyusul beberapa detik kemudian.

"Ada kucing, Tante."

Seriously, Mikasa.

.

.

.

.

.

.

.

Hai, maaf slow update bangeeet. Belakangan aku hilang semangat disaat yang sama aku sedang ikuti lomba jadi ternomor sekian-kan work ku yang ini. Btw, aku rasa ini ga komedi? Entahlah. 

Semoga terhibur.

Vote dan comment akan sangat berharga untukku! 🌸

Ramadhan: Karakter AOT coba puasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang