Malam ini tepat pukul 7 aku berjalan keluar tenda, dibantu Caca. Cuaca malam ini sangat dingin, suhunya mencapai 10° celcius. Semua anggota duduk mengelilingi api unggun, suasananya sangat ramai. Terlihat Rey juga ikut bergabung dia duduk di seberang sana, aku yang sedari tadi mengobrol dengan Caca sesekali memperhatikan Rey dari jauh. Dia tampak sangat manis malam ini, hanya dengan memakai jeans, kaos putih, sneakers hitam dan tak lupa hoddie berwarna abu abu.
Sial, aku tertangkap basah saat memperhatikannya. Dia hanya tersenyum sambil melambaikan tangannya kepadaku. Aku balas dengan senyum, kemudian dia mengisyaratkan sesuatu. Dia menunjuk ke arah lututnya, sambil berkata. Aku tidak bisa mendengarnya, aku menatapnya dengan aneh.
Aku bisa menangkap sesuatu dari yang di ucapkan Rey."Lutut lu" ujar Rey dari jauh. Meskipun suara nya tidak kedengaran aku masih bisa memahaminya.
Aku tersenyum, sembari mengacungkan dua jempolku pertanda kalau aku sudah baik-baik saja.
Rey membalas nya dengan mengacungkan 2 jempol juga. Aku tersenyum."Ca, lu tau ga Rey yang tadi sore nolongin gue" tanya ku pada Caca. Dia mengerutkan keningnya, mungkin sedikit heran dengan pertanyaanku yang tiba-tiba menanyakan tentang Rey.
"Kenapa lu nanya-nanya soal dia ?"
Aku terdiam, benar juga apa yang dikatakan Caca, kenapa juga aku menanyakan Rey yang jelas-jelas aku sendiri juga tidak begitu dekat dengannya, ini pertemuan pertama aku dengan Rey. Aku mencoba mencari alasan lain agar Caca mau berbagi cerita soal Rey.
"Mm, engga. Gue cuma mau tau aja, soalnya selama dikampus gue baru liat dia sekarang" jelasku, menarik nafas lega karena kelihatannya Caca mulai percaya.
"Dia anak Arsi semester 6 seangkatan sama kita juga ko, masuk palamus udah lama, dari semester satu dia udah join. Sama kaya gue, karena dia berturut turut ga ikut pelantikan jadi sekarang deh bareng kita, gabung sama anggota baru" ucap Caca, panjang lebar.
Aku menghembuskan nafas lega, senang bisa mengetahui sedikit informasi tentang Rey. Caca memang sudah satu tahun di ukm ini, tapi tahun lalu dia tidak bisa mengikuti pelantikan ukm, jadi sekarang deh bareng aku. aku bersyukur tahun lalu Caca tidak ikut dilantik, kalau engga sekarang aku bakal merasa sendirian.
"Okay guys, sekarang kita makan malam dulu sebelum nanti lanjut ke kegiatan jam 12 malem". Ujar kak Beno.
Nasi kotak sudah di bagikan. Terlihat beberapa panitia sedang membakar daging sapi BBQ aromanya menyapa hidungku dengan lembut. Wangi sekali, sontak selera makanku naik. Aku dan Caca mulai menyantap makanan malam ini, rasanya enak meskipun sekarang aku sedang berada di atas gunung, tapi panitia bisa memberi makan nasi kotak se enak ini. Aku tak bisa berfikir lagi, karena seksi konsumsi pasti harus bulak balik naik turun demi mengambil makanan di bawah. Salut deh sama mereka, selain keren-keren mereka juga kuat kuat. Aku sih udah pingsan kalau disuruh turun kebawah terus naik gunung lagi, ogah banget.
"Bi" sahut Virli, dia menghampiriku lalu duduk di sampingku.
"Hei" jawabku dengan mulutku yang penuh makanan.
"Abisin makanannya, biar kamu kuat"
"Iya bawel, kamu ga makan ?"
"Udah tadi"
"Ko ga bareng kita sih ?" Tanyaku berulang.
"Aku kan makannya cepet, ga kaya kamu lama" ucap Virli, tangannya mengacak-ngacak rambutku.
"Ih, nyebelin" aku membalas nya dengan cubitan di hidung nya. Memang sedari dulu aku paling suka dengan hidung Virli yang mancung, aku bebas mencubitnya sesuka hati.
"Ihhh,, lepasin ga. Bi, lepasin. Sakit tau" teriak Virli. Aku lepaskan cubitannya, Virli masih terlihat kesakitan, dia terus memegang hidungnya.
Sontak membuat anggota juga panitia yang lain memperhatikan kita dengan detail. Aku yang tertawa sedikit malu dengan tatapan orang-orang disekeliling.
"Ciee, yang pacaran mulu. Ehem" teriak kak Beno.
"Ciee, ciee, ciee" diikuti yang lainnya. Rasanya wajahku sudah berubah jadi saos tomat, ya ampun kenapa bisa gini si. Aku jadi malu. Ditambah Virli yang tersenyum. Aku hanya tersenyum malu mendengar teriakan itu. Virli malah semakin menjadi dia malah memelukku, sorakan dari anggota lain semakin kencang. dengan cepat aku lepaskan pelukannya.
"Ga tau nih, punya pacar gemesin banget" ucap Virli, aku langsung memukul tangannya.
"Jangan pacaran mulu Vir, inget ini di gunung. Kesambet kuntilanak baru tau rasa lu" teriak kak Reza. Yang lain ikut tertawa.
Aku melirik Rey, dia hanya tersenyum menatapku, aku membalasnya dengan senyuman penuh rasa malu.
"Bi, gue cabut dulu ya" ucap Caca.
"Loh, mau kemana ca ? Lu udah selesai makannya ?" Tanyaku.
"Udah, gue mau ke tenda dulu. Ada yang ketinggalan" Caca beranjak menuju tenda, meninggalkanku dengan Virli.
Aku merasa heran dengan sikap Caca akhir-akhir ini. Dia selalu menghindar, tiba-tiba menjauh. Aneh sekali, padahal aku pengen cerita tentang drama korea yang baru aja selesai aku tonton kemarin. Caca dan aku memang penggemar drama dan film korea, dulu sewaktu smp sehabis pulang sekolah kita selalu ke mall hanya untuk membeli CD drakor terbaru. Atau mungkin aku yang selalu mengunjungi Caca di hari minggu, untuk menghabiskan waktu seharian di kamar ditemani drama-drama yang sudah kita beli. Kalau aku mengingat itu rasanya ingin kembali ke zaman dimana aku san Caca bisa sebegitu dekatnya.
Tak lama datang perempuan berambut sebahu menghampiri Rey, dia membawa botol tupperwer berwarna biru, lalu memberikannya kepada Rey. Aku terkejut melihat kedekatan mereka. Aku terdiam beberapa saat, dan mulai mencerna adegan yang baru saja terjadi di depan mata kepala ku. Aku melihat Rey tersenyum saat perempuan itu memberikannya minum. Aduh, ada apa denganku. Mendadak selera makanku menjadi tidak nafsu. Aku bertanya-tanya dalam hati siapa perempuan itu ? Apa mungkin pacarnya Rey ?
"Sayang kamu kenapa ? Sakit ?" Tanya Virli. Dia memegangi jidatku, untuk memastikan kalau aku baik-baik saja.
"Ah, eng, engga ko. Aku oke."
"Kalo ada apa-apa bilang ya, aku ga mau kamu kenapa-napa" ucap Virli.
"Siap bos" ucapku. Sembari menghormat ke arah Virli. Dia tersenyum melihat tingkahku yang kekanak-kanakan.
Aku kembali memandangi Rey, ada rasa tak senang ketika aku melihat kedekatan mereka. Apa ini wajar ? Rasanya aku ga suka, apa aku cemburu ? Ah tidak mungkin, pasti salah. Ini cuma perasaan biasa aja.
Apa aku cemburu ? Tidak, tidak
Hanya saja aku tak suka jika senyuman itu kamu bagi untuk yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something
Teen FictionAku menyukaimu ? aku juga masih ragu dengan pernyataan itu. entahlah, yang jelas semenjak pulang dari pendakian itu aku merasa ada sesuatu yang berbeda dari dirimu, sesuatu yang tidak dimiliki orang lain. ucapanmu, perkataanmu masih saja terngiang...