Halte

8 2 0
                                    


Sore hari, banyak sekali murid yang berhamburan kemana – mana ada yang langsung pulang untuk beristirahat sambil menunggu weekend dan ada juga yang langsung nongkrong ke kafe sembari memerhatikan jalanan yang kian ramai karena orang – orang yang pulang bekerja.

Disinilah, Arsenio di halte bis sambil menunggu perempuan yang sudah berhasil menempati hatinya selama setahun ini. Ia menoleh sembari mengecek jam tangannya. Ia tahu jelas, perempuan yang ia tunggu akan muncul sebentar lagi. Dugaannya benar, Bulan dengan ikatan rambut kudanya sedang menuju halte bis.

Bulan yang menyadari dengan keberadaan Arsenio segera menyapanya dengan senyuman khasnya dan kedua matanya yang membentuk eyesmie setiap ia tersenyum menjadi daya pikatnya di mata Arsenio. Pria itu hanya membalas sapaannya dengan melambaikan tangannya walaupun dengan kaku.

"Arsen,tumben enggak bawa motor?"Bulan mencoba basa – basi karena ia merasa kalau hanya diam saja, suasananya bakal awkward. Ya walaupun, kenyataannya memang sudah awkward sih. Bulan juga hanya sebatas mengenal pria di sampingnya cuma sebagai ketua OSIS.

"Motor lagi di bengkel." Bulan hanya mengangguk. Padahal kenyataannya, satu jam yang lalu...

"El,bawa motor gue."Elvano yang saat itu sedang menyusun bukunya, hanya melongo bingung dengan Arsenio.

"Heh, jerapah! Lo kira gue enggak bawa motor apa? Masa gue tenteng sih motor lo dengan motor gue? Suruh, Azzam ajalah." Arsenio menggeleng.

"Azzam enggak bisa bawa motor gue, ada urusan sama keluarganya." Elvano memutar bola matanya kesal dan kembali menatap sahabatnya tersebut.

"Bucin boleh, tapi berani juga dong! Lo ajak pulang lah si Bulan, mumpung hemat ongkos naik bis juga." Elvano sudah siap menenteng tasnya dan bangkit dari kursinya, diikuti Arsenio.

Mereka sudah berada di tempat parkiran. "El!" panggilnya.

Elvano menoleh dan reflek menangkap apa yang di lempar Arsenio. Pria itu membuka kepalan tangannya sebuah kunci. Arsenio sudah buru – buru kabur.

"ANJINGGGGG!!!! ARSEN, GUE ENGGAK MAU BAWA MOTOR LO BANGSATTTT!!!!!"

Begitulah,ceritanya mengapa Arsenio berada ditempatnya sekarang ini. Bis lalu datang menghampiri keberadaan halte mereka, dan segera saja mereka memasuki bis tersebut.Arsen dan Bulan lalu menduduki tempat yang kosong. Bis sekarang agak lenggang, mereka sembari menuju tujuan hanya duduk terdiam. Bulan yang sibuk dengan acara menatap luar, dengan Arsen yang sedang sibuk dengan ponselnya.

Benar,apa yang dibilang Elvano dan Lucas bahwa sahabat mereka yaitu Arsenio sangatlah kaku. Sudah tahu berada di hadapan gebetan, bukannya di petrusin malah sibuk memainkan ponselnya.

Pasalnya, itu yang kita lihat. Hati orang siapa yang tahu? Kenyataannya, Arsen sedang berusaha menetralkan degup jantungnya. Jangan salah, pria dingin nan kaku juga berhak memiliki perasaan manusiawi seperti ini. Kaku sih, tetapi kalau kalian melihat lebih lekat lagi Arsenio sedang menggenggam ponselnya erat – erat.

Canggung sekali. batin Bulan. Ia juga merasakan kembali rasa canggung karena ia belum mengenal dekat dengan yang duduk di sampingnya ini. Lalu, Bulan meyakinkan diri untuk keluar dari posisi canggung ini.

"Arsen?"Pria itu menoleh kepadanya.

"Hmm?"

"Rumah lo di daerah mana?" Arsen sembari kembali mengantongkan ponselnya, ia kembali menatap Bulan. "Cluster Ambarukmo."

Bulan sontak membulatkan kedua matanya. "Loh? Se-perumahan? Gue juga tinggal disana, Sen!"

"Oh ya?" Bulan mengangguk antusias. Senyuman sudah seperti mentari menurut Arsenio. Mungkin, bila Elvano bisa mendengar suara batin Arsenio pastinya ia akan tertawa dengan terbahak – bahak.

Halah calon bucin.

Mereka berdua sudah berada di daerah perumahan, berjalan bersama sembari melanjutkan obrolan. Tidak terlalu canggung, seperti awal mereka berbicara. Sekarang, semesta sudah mulai membuat mereka saling berdekatan.

Belum menjadi hak milik loh. Arsenio harus lebih berusaha lagi.

Bulan berhenti berjalan, diikuti Arsenio yang ikut berhenti melangkah. Bulan dengan senyumannya yang membuat matanya berbentuk eye smile membuat kembali Arsenio sibuk dengan pikirannya.

Manis.

Arsenio terperanjat, sesaat ada tangan yang sedang melambai di depan wajahnya.

"Hello, Sen? Rumah gue disini."

"O-oh i-iya."kikuk Arsenio yang membuat ia sadar bahwa sedari tadi ia melamun.

"Gue duluan ya? Rumah lo dimana?"

"Tinggal 3 gang lagi."jawabnya.

"Deket rumah gue dong. Ya udah ya, gue duluan. Makasih, Sen!" Arsenio mengangguk.

Lalu, ia melihat Bulan yang sudah memunggunginya. Ah, dia baru ingat.

"Bulan!" Perempuan itu membalikkan tubuhnya menatap seseorang yang kembali memanggilnya.

"Kenapa, Sen?"Arsenio tersenyum.

"Berangkat dan pulang sama gue yuk?"

***

Sedangkan, Elvano.

"HEALAH,GUE MALAH LIHAT ORANG PDKT, BUSEEET!"Elvano yang sudah berada di rumah sahabat bangsatnya.

Iya, rumah Arsenio berada di ujung masuk gang, jelas Elvano yang sedang duduk manis sembari menunggu sang empunya harus melihat adegan tersebut. 


Jangan lupa vote dan komentarnya ya!!!

Relya

MiliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang