Malam itu juga Ghaitz terdiam, beberapa hari ini dia tidak mau makan, minum, dan bersosialisasi di luar kamarnya. Ghaitz pergi keluar hanya untuk bersekolah. Dia merasa sudah cukup di dalan kamarnya sudah ada kamar mandi, dia tak perlu repot-repot keluar untuk mandi dan mengambil wudhu.
"Ghaitza, makan sayang kamu puasa tapi nggak mau sahur dan nggak mau makan?" ucap Mama Ghaitz sambil mengetuk pintu
Ghaitz tau itu mamanya, tapi dia tidak nafsu makan. Bahkan untuk tersenyum pun sulit baginya. Semua ini terjadi semenjak ia mendengar obrolan Refanka dengan Fandi seminggu yang lalu. Obrolan itu selalu terngiang-ngiang dalam otak Ghaitz.
- Flashback -
"Hey bro gimana lo sama Ghaitz?" tanya Fandi
"Everything it's ok, baik-baik aja," jawab Refanka santai
"Tanding basket brani gak lawan gw?" tantang Fandi, Fandi yg notabene nya kapten tim basket sekolah
"Yang menang dapetin Ghaitz deh, dan lo harus serahin Ghaitz ke gw kalo lo kalah!!" lanjut Fandi
"OK SIAPA TAKUT?!" jawab Refanka lantang
Ah tentu saja Refanka kalah, pro player seperti Fandi belum bisa terkalahkan di sekolahnya.
"Ghaitz sekarang milik gw" bisik Fandi ke telinga Refanka dengan menunjukkan smirk smile nya
---
"Ah bodoh, emang gw barang bisa dituker sama permainan? Emg gw doorprize? Bahkan cowo yang udah gw percaya buat jagain gw, malah sama aja:) bukannya ngebela dengan nolak kalo gw taruhannya kek." ucap Ghaitz perlahan, menahan tangisnya. Dia akan kehilangan Refanka karena tingkah konyol Refanka sendiri.
YOU ARE READING
My Heart is Ice Boy
Ficção AdolescenteRefanka Aditya Pramasya Fergiano. Ketua Osis Alaska International Senior High School, sekaligus most wanted sekolah. Yaa, walaaupun statusnya ketua Osis, Refanka ini the king of ice boy. Ia tak pernah peduli masalah perempuan yang terus mendekatinya...