Part 2 (Sekarat)

3 0 0
                                    

Dan

Pertama kali yang dilihatnya adalah

Wanita paruh baya dengan perut buncitnya itu telah terkapar,

Gadis kecil itu benar benar terkejut, siapa yang tidak terkejut ketika melihat ibu nya sendiri telah lemah tak berdaya dihadapannya.

" I.....I....I..Ibu" suara nya bergetar sama seperti tubuhnya dengan air matanya tak bisa terbendung lagi, tubuh gadis kecil benar benar lemas.

Ia pun perlahan mencoba melangkahkan kakinya yang rasanya sangat berat seperti ada yang menariknya dari belakang namun ia tetap melangkahkan kakinya dan  menutup setengah wajahnya.

Setelah berada disamping ibunya yang terkapar , ia mengangkat kepala ibunya itu ke paha kecilnya, ia menghentikan tangisannya karena gadis kecil itu tidak mau terlihat lemah dihadapan ibunya yang sekarat.

"Bu....liatkan...Mara gak nangis, Mara gak cengeng lagi, Ibu bangga sama Mara?, ibu jawab Mara bu...." ucapnya dengan senyum terpaksa sambil memandangi wajah ibu nya.

"Dek Samudra, apa adek denger teteh disini" ucapnya lagi sambil menempelkan telinganya di perut ibunya.

"Ibu benci sama Mara?Ibu marah sama Mara?Ibu gamau liat Mara lagi makanya ibu tidur sepulas ini" pertanyaan anak kecil itu.

"Mara tadi gak keluar kamar Bu, kenapa Ibu tetep marah ke Mara, kenapa ibu tetep tidur, bukannya ibu sendiri tadi yang bilang ibu bakal bangga kalau Mara gak keluar kamar dan gak ketemu ayah" ucapan gadis kecil itu disertai air mata nya yang terus menerus mengalir.

Sepertinya gadis kecil itu belum mengetahui bahwa kondisi ibunya sedang sekarat, ia hanya mengira bahwa ibunya sedang tertidur pulas karena kesal dengannya.

" Ibu bangun bu, Mara janji Mara gaakan banyak jajan, Mara janji bisa jadi juara kelas, Mara janji bakal lebih rajin bantu ibu jualan kue, Mara janji kalau Dek Samudra udah lahir Mara bakal jagain dengan baik dan Mara janji....." ucapannya terpotong, gadis kecil itu seperti sedang memikirkan sesuatu dikepalanya.

"Mara janji...gaakan ketemu ayah lagi, apa ibu masih marah sama Mara?" pertanyaan polos yang diucapkan gadis berumur tujuh tahun itu sambil mencoba menggerak gerakan badan ibu nya agar bangun.

Entah apakah ini sebuah keajaiban tiba tiba wanita yang sedang sekarat itu membuka matanya.

"Ibu.......ibu udah bangun, Mara seneng banget Ibu ternyata gak marah sama Mara" tutur kebahagian gadis kecil itu sambil memeluk ibunya yang kepalanya berada di atas pahanya,

"M.....Ma....ma.....ra" tutur wanita paruh baya itu yg terlihat menahan kesakitan

" Ya bu" gadis kecil itu melepaskan pelukannya

"Apa....Mara...mau...bu...at...ibu...ba...ngga se....ka...li...lagi" ucapan yang seperti pertanyaan yang berasal dari mulut wanita paruh baya itu

"Ibu nanya ke Mara, kalau ibu bakal ngasih perintah lagi yang buat ibu bangga sama Mara ?" pertanyaan polos gadis kecil itu dan dibalas anggukan wanita paruh baya tersebut,

"Mara pasti akan nurutin semua perintah Ibu yang buat Ibu bangga, gimana bu?"

"Mar....a....ha....rus....bi..sa...ja...ga..in...Mas...Hafiz...sam...a...ka...ya...i...bu...jaga...in...Ma...ra"

"Kenapa bu? Mas Hafiz kan sudah besar?"

wanita paruh baya itu tidak menjawabnya

"yaudah kalau ibu gamau jawab, Mara tau ibu kelelahan, ya kan bu?"

"Ma...af...i...bu....gak...bis...a...jaga....Mara...lag...i....maka...sih....udah....jad...i...an...ak...yang.....ba...ik....sel...a...ma...in..i"

"Kenapa gak bisa bu?"

"As..ha...du...al...a....i..la...ha...ila...llah...wa..as...ha...du....an...a....mu...ha...mad...an....rasul...ullah..."

"IBU"

__________________________________________
TINGGALKAN JEJAK YA
biar penulis amatiran seperti saya ini, senang.

cukup itu yang membuat saya senang :)
VOTE bila suka
KRITIK,SARAN bila kurang suka

Gomawo.

Hidup Itu Rumit?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang