🌻 - Satu

288 155 86
                                    

Aneh tapi menjanjikan..

Kau seperti luka yang berbalut senyuman..

Itu mengartikan sebuah rasa menerima pemberian tuhan..

***

Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta
09.45

Amel memeluk erat sosok wanita di hadapannya. Juga seorang pria yang tengah tersenyum haru dan menahan setetes air yang hendak mengalir di pipi pria itu.

Dalam hati, si gadis lantunkan beribu do'a. Berharap apa yang ia hadapi karena Allah, bisa memberikan secercah harapan untuk Surga kedua sosok di hadapannya.

"Daaah! jangan lupa kirim uang ma! "

"Eh, dasar kamu.. bukannya minta di doa' in kek, malah minta uang dulu," ledek mama.

Amel tertawa kecil,
"Hehe.. jangan jarang - jarang jenguk, ntar kangen sama Amel, berat lho!"

"Iya, jenguk 3 taun sekali yah, jauh," papa malah bercanda.

Amel menatap kesal, nyengir ke papa. Melambaikan tangan lalu melangkah pergi menuju jembatan penghubung ke pesawat.

Gadis usia 16 tahun itu begitu yakin dengan pilihannya. Hidup di Pondok Pesantren itu memang tak semudah yang ia pikirkan, juga tak se-mengerikan yang orang lain katakan.

Bukan jodoh yang ia cari nanti, bukan pula prestasi yang akan ia pamerkan di suatu saat nanti, atau hanya sekedar mencari pengalaman pribadi. Beberapa kali Amel menguatkan niat, tentunya hanya karena Allah dan meluruskan jalan Hijrahnya.

Meluruskan? Ya, tentunya karena ia tahu. Pada dasarnya bukanlah gadis Sehebat Siti Khadijah, bukan se Manis dan lemah lembut Aisyah, bukan pula se - tegar Maryam.

Karena Gue bukan cewe feminim. ujarnya.

Memakai hijab saja baru dari ia berusia 13, kelas satu SMP. Bagaimana tidak? Amel dulunya gadis dengan sebutan tomboy.

Bukan kesambet apa gitu dia jadi tobat, tapi karena keyakinan Amel sendiri yang ingin menjadi wanita se hebat Umi nya.

Di balik sifat cerewet Zahra, dia itu wanita yang lemah lembut, sayang suami pastinya, juga seorang dokter kandungan di Rumah Sakit kota Bandung.

Cita - cita Zahra yang menjadi dokter supaya ia sendiri dapat menolong orang, tentunya supaya keluarga dari orang itu bahagia dengan kelahiran anak mereka. Atas kehendak Allah, dari bantuan Azzahra.

Yah, se enggak nya gue juga pengin nerusin perjuangan Umi.

~●~

"Mari, saya antar nona," ucap supir taxi pesanan papa. Bapak tua dengan logat Malaysia dan sikap sopan yang ia lakukan.

Dengan hati - hati supir itu mengangkat lalu
koper besar Amel lalu meletakkannya di bagasi mobil.

"Berapa lama perjalanan, pak cik?," tanya Amel begitu supir itu memasuki mobil.

"Tak lama sangat, sepuluh menit pun sampai," jawabnya.

Amel menahan tawa. Ia belum terbiasa dengan Logat bicara orang Malaysia.

10 menit. Iya, beneran 10 menit mereka sampai di depan pintu besar pondok pesantren. Pesantren Modern yang dibangun megah, kokoh dan masih terlihat baru. Tentu saja! ini adalah pembukaan pertama Pesantren yang di bangun pemerintah komunitas islam Malaysia, Indonesia dan berbagai negara islam lainnya.

Internasional Boarding School Al-Islamiy, Malaysia. Dengan bangga Amel melangkahkan kaki keluar dari mobil taxi.

"Terimakasih.. " Senyumnya terlontar begitu tahu papa sudah membayar bapak itu sebelumnya. Lewat Online pastinya.

Tangan kirinya menarik pelan koper besar, tangan kanannya memegang handphone, Amel terus melangkah masuk sambil menggendong tas ransel pastelnya.

Langkahnya terhenti. Begitu megah bangunan asrama dihadapannya, ia terdiam, bersyukur Allah mengabulkan permohonannya agar selamat sampai tujuan. Ia hiraukan ramai orang di sekitarnya.

Hingga tiba - tiba datang seorang gadis dengan senyum lebar manisnya. Menyadarkan Amel dari lamunan yang sedari tadi ia lakukan.

"Mewah yah? aing mah bersyukur pisan,"

eh..?

Amel tertawa lepas, "Lu orang Indo?," tanyanya.

"Sunda, Alhamdulillah.. "

"Sama aja," Amel mendatarkan raut wajahnya.

Gadis itu mengulurkan tangan kanannya,
"Ina Azzuri," ucapnya setengah tersenyum menyebutkan namanya.

Amel balas mengulurkan tangan setelah menaruh handphone nya di saku gamis Abu yang ia kenakan.

"Amelia Shara."












Siapa sangka? itu adalah awal dari sekian banyak rintangan yang akan mereka hadapi bersama. Dan berujung menjadi sebuah memori yang sulit tuk di lupakan.

⚠️️ WARNING ! ! ⚠️️
Don't Be a Silence Readers. Ayo Jangan lupa kasih rate bintang di pojok bawah;'), Next terus yaa.. comment juga tuh.. jangan dilupain, hehe. ¦|Thank you! 😘✨.

Ahlan Wa Sahlan, Santri!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang