HATI YANG BIMBANG

239 23 0
                                    

"Pokoknya aku tidak mau pindah sekolah. Titik! " katanya sambil membalikkan badan membelakangi sang lawan bicara.

"Ayolah Ino hime. Inikan demi masa depanmu. Kau akan aman sa... "

"Lagi-lagi itu masalahnya!"

Belum selesai wanita paruh baya itu berbicara,  Ino langsung menghentikan ucapannya. Badannya berbalik ke depan dan tangannya menunjuk ke wajah wanita itu.

"Demi masa depan. Demi masa depan. Apa kaasan tega membiarkan anak kaasan ini menderita hiks..hiks.. Kaasan jahat!!. Seharusnya aku ikut mati saja kalau akan berkhir seperti ini"

Plakk...

Suara tamparan yang keras menggema di ruangan itu. Mendarat mulus di pipi Ino. Mengagetkan kedua makhluk yang sedari tadi berdebat.

"Kaa.. Kasaan. Kenapa menamparku?  Hiks.. Hiks.. A.. Aku benci kasaan!! "

Sang anak yang kaget mendapat tamparan dari sang kaasan, menangis masuk ke kamarnya. Meninggalkan seorang wanita yang dipanggil kaasan tadi seorang diri.

Dilihatnya tangan yang tadi menampar hime sama nya. Tangan itu masih bergetar. Tangan itu masih panas dan berwarna merah. Bukti kalau tamparan tadi benar-benar sangat keras. Sungguh, dia menyesal sekarang.

"Hiks.. Maafkan aku Inoichi sama. Tangan ini sudah berani menampar pipi anak kesayanganmu. Hiks...hiks.. Maaf. Maaf...maaf..hiks.. Hiks. "

Sambil menangis wanita itu memukulkan tangan yang telah digunakannya untuk menampar tadi ke lantai. Terus dan terus. Hingga tangan itu memerah.

"Nyonya!! Tolong hentikan. Anda akan menyakiti diri anda sendiri nyonya"

Seorang asisten yang entah datang dari mana dengan cepat menghentikan tindakan atasannya. Tangannya berusaha meraih tangan yang memerah itu. Menggenggamnya erat.

"Hiks.. Hiks.. Aku sudah keterlaluan Sizune. Aku telah menampar anak kesayangan Inoichi sama. Aku salah hiks.. Hiks.. "

Dug.. Dug.. Dug..

Meskipun tindakannya sudah dilarang oleh pembantunya, sang nyonya besar tidak berhenti memukulkan tangannya ke lantai. Sekarang sudah terlihat kalau tangannya itu mengeluarkan darah.

Grebb...

Cupp..

"Engh.. Emmm.. Enghh.."

Tiba-tiba sebuah ciuman mendarat di  bibir sang atasan. Pelakunya adalah sang bawahan. Dengan penuh kasih dilumatnya bibir atasan yang berwarna merah itu.  Ditekannya kepala belakang sang atasan untuk menghindari sang atasan kabur. Semakin ditekan maka semakin dalam pula lumatannya. Shizune menggigit bibir sang atasan. Membuat bibir itu terbuka lebar. Dengan segera dimasukkannya lidah tanpa tulang itu ke dalam mulut sang atasan. Mengobrak-abrik isi dalam mulut. Menjamah setiap deretan gigi dan langit- langit mulut.

"Enghh.. Engh.. Emmm.. "

Sang atasan mengerang perlahan oleh ulah sang bawahan. Lidah Shizune bergerak secara aktif. Melilit lidah sang atasan menggigitnya dan menariknya keluar mulut. Setelah keluar dari mulut lidah itu ia kulum mirip seperti permen di dalam mulutnya sendiri.

'Oh.. Manis' .
Greebb..

Shizune menginginkan lebih. Tangannya yang bebas sekarang sudah bertengger di dada milik atasan. Merematnya pelan. Sementara mulutnya masih mengulum lidah sang atasan di atas sana.

Karena perlakuan Shizune yang panas membuat sang atasan melemas. Tenaganya seakan ditarik keluar bersama lidahnya yang dikulum paksa. Udara.. Dia butuh udara.

"Akhh... "

Sang meremat dada Shizune keras. Udara lebih penting untuknya saat ini daripada nafsu.

"Hah.. Hah.. Hah.. Apa.. Apa yang kau lakukan Sizune" tanyanya ketakutan.

Shizune memandang atasan. Nafsunya sudah diujung vagina. Ingin segera menghabisi atasannya ini saat ini juga. Tapi untuk sekarang nafsu itu harus ditekannya. Karena dapat dilihat dengan matanya sendiri sang atasan ketakutan dan cemas oleh tingkahnya baru saja.

"Tenanglah nona Shion. Jangan memukulkan tangan anda ke lantai lagi. Hatiku sakit melihat nyonya seperti ini"

Dengan senyum diwajah Shizune memberi penjelasan.

Cup.. Cup.. Cup...

Sizune bersimpuh di depan Shion dan menciumi tangannya yang terluka. Setiap kecupan lembut dia curahkan. Bermaksut untuk menghibur sang nyonya besar dan meyakinkannya kalau masih ada orang yang sangat mencintainya dan akan terluka jika melihat dirinya terluka.

"Nyonya Shion, sudah saatnya nyonya menjelaskan kepada hime sama kejadian sebenarnya. Kejadian yang menimpa tousan dan kaasan nya. Hime sama sudah dewasa nyonya. Dia akan bisa mengerti dan mencerna dengan baik setiap penjelasan nyonya. Kumohon... Agar kesalah pahaman ini terpecahkan"

Dengan sabar Shizune menasehati atasannya. Berharap sang atasan luluh.

"Kau benar Shizune. Aku akan menjelaskannya" kata Shion mantap.

Shizune tersenyum mendengar perkataan Shion. Dia hanya mengangguk sebagai pembenaran akan tindakan yang akan dilakukan oleh Shion.

Silahkan tinggalkan jejak bila suka.


Terimakasih


TRUE LOVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang