[1] PERMULAAN

285 35 8
                                    

Part ini dipublish pada tanggal 8 Mei 2020 pukul 01.03 am. Adakah sosok penunggu di dunia oren ini? 

Sepertinya kali ini harus ada sedikit perjuangan sekedar membuatmu menetap untuk bertahan

***

Senin. Permulaan kata yang sederhana untuk mengawali cerita ini. Hari ini, seperti biasa VHS atau biasa dikenal dengan Venus High School, akan mengadakan upacara bendera. Semua siswa sudah berbaris rapi. Sedangkan Kanaya, gadis itu rupanya masih berada di kelas untuk membantu Mega mencari topinya.

"Wah anying, topi gue ketinggalan beneran Nay," ujar Mega histeris. Gadis itu begitu panik mencari topinya, sampai mengeluarkan semua isi tasnya dengan cepat.

"Lo pake topi gue aja deh," usul Kanaya merasa iba.

"Terus lo pakai apa?" tanya Mega dengan tampang bersalah.

"Gue udah biasa dihukum Me, lagian lo kan anak OSIS, jadi lo pasti lebih butuh topinya," ucap Kanaya dengan senyum tulus. Kanaya memang sebaik itu. Bahkan di kelasnya, dia sampai mendapat julukan sebagai manusia berhati dewi. Mega bukan orang pertama yang Kanaya tolong.

"Astaga Nay, gue nggak enak sumpah. Lo selalu bantuin gue, sedangkan gue nggak pernah bantu lo apa-apa,"

"Lo jadi temen gue aja udah lebih dari cukup kok," balas Kanaya dengan kekehan kecil. "Yaudah yuk, udah mau dimulai kayaknya,"

Mereka sontak berlari ke arah halaman sekolah untuk mengikuti upacara. Kanaya tak masalah jika dirinya harus berdiri menghadap ke arah matahari asalkan jabatan Mega sebagai anggota OSIS tidak dipertaruhkan.

Namun setelah dia hampir sampai di barisan siswa pelanggar, langkahnya seketika terhenti. Anggota geng sekolah yang paling ditakuti sedang berdiri disana. Siapa lagi kalau bukan Savegas. Bahkan sosok yang akhir-akhir ini mengganggu Kanaya, sedang menatap ke arahnya lekat. Marvel Geraldin. Sosok pentolan sekolah yang paling gadis itu hindari.

"Woi ada calonnya Pak Bos," pekik Beni membuat segerombolan Savegas langsung menatap ke arah Kanaya dengan raut muka kaget.

Kanaya benar-benar merasa sial. Kakinya sampai kaku untuk digerakkan. Jika saja dirinya salah ambil langkah, habislah riwayatnya.

"Jangan diliatin! dia takut sama lo pada," ujar Marvel penuh peringatan seraya berjalan menghampiri Kanaya.

Langkah kaki Kanaya sontak mundur saat Marvel sudah berada di hadapan gadis itu. "Ngapain disini?" tanyanya lembut.

"Ma-maaf Kak, saya...." ucapan Kanaya terpotong karena Marvel dengan tiba-tiba langsung menarik tangannya. Saat cowok itu menarik tangannya, lagi dan lagi tubuh Kanaya seketika jadi tak terkendali. Gadis itu bisa dibilang menderita Andropobhia, yaitu rasa saat melihat sosok cowok di sekitarnya.

Marvel tidak bodoh. Cowok itu tau jelas kenapa Kanaya menghampiri barisan siswa pelanggar. Tanpa gadis itu menjawab, Marvel sudah cukup pintar untuk mengetahui alasannya.

"Jangan takut, mereka jinak kok. Lo berdiri disamping gue aja, oke?" bisik Marvel tepat di telinga gadis itu. Kanaya memilih diam saja. Gadis itu sungguh merasa tidak nyaman berada di barisan ini.

"Ojo ngonolah Pak Bos, lama-lama baper engko," celetuk Putra yang berada tepat di belakang Kanaya. Putra adalah salah satu anggota Savegas yang memiliki darah keturunan keraton. Namanya saja, Putra Raden Notonegoro. Jangan heran kalau logat Putra kental akan bahasa Jawa. Mereka biasa memanggil Putra dengan sebutan Ndoro.

"Yoi, Man," timpal Satya dengan tawa khasnya. Satya Mahendra kali ini adalah putra pemilik pabrik rokok terbesar se Indonesia. Cowok itu juga sering menraktir teman-temannya dengan rokok yang diproduksi oleh pabrik ayahnya.

Marvel mengabaikan celotehan mereka. Cowok itu lebih memilih memperhatikan Kanaya dengan ujung matanya. Lagi-lagi, kepala gadis itu tertunduk. Kedua tangannya mengepal erat seolah melampiaskan rasa takutnya.

"Besok-besok, jangan sampai lupa bawa topi," ucap Marvel mampu membuat Kanaya menoleh ke arahnya. Hanya sekilas, beberapa detik kemudian gadis itu langsung menunduk lagi.

"Berat banget ya kepala lo sampai nunduk terus gitu?" tanya Marvel masih belum menyerah mengajak Kanaya berbicara.

"Mataharinya panas Kak," jawab Kanaya lirih hampir tak terdengar. Kanaya berharap Marvel akan berhenti mengganggunya. Namun, yang terjadi malah hal sebaliknya.

"Gas, pindah samping gue sini," ujar Marvel ke arah Bagas yang kini berada tepat dibelakangnya. Bagas yang mengerti akan maksud Marvel, langsung pindah ke samping cowok itu dan Kanaya langsung ditarik Marvel untuk menempati tempat Bagas sebelumnya.

Kanaya benar-benar terkejut dengan keadaannya saat ini. Dirinya sekarang berada di tengah-tengah anggota Savegas yang mengelilinginya. Perasaannya jadi semakin tak karuan. Jantungnya terus berdegup kencang.

"Udah nggak kepanasan kan?" Marvel menoleh seraya memposisikan bayangannya agar mampu menutupi kepala Kanaya. Gadis itu memang mungil. Pantas saja Marvel dengan mudah melindungi Kanaya dari panasnya sinar matahari.

Lagi dan lagi, Kanaya memilih diam. Semua teman Marvel sedang mati-matian menahan tawanya. Baru kali ini secara live mereka melihat penolakan sosok Marvel oleh adik kelasnya sendiri. Andaikan saat ini sedang tidak upacara, Beni pasti sudah merekam momen langka ini dengan kamera yang barusan dia beli kemarin.

***

Nyatanya, setelah upacara bendera selesai Marvel masih juga mengganggu hidup Kanaya. Gadis itu benar-benar merasa risih, namun Marvel malah bersikap acuh.

"Gue anterin ke kelas ya?" Marvel tidak memberi penawaran, malah cowok itu sudah menarik tangan Kanaya begitu saja. Jelas saja Kanaya langsung menarik tangannya.

"Nggak usah Kak, Saya bisa pergi sendiri," ujar Kanaya menolak halus. Marvel malah terkekeh. Kanaya adalah gadis paling kaku yang pernah dirinya temui.

"Udahlah Pak Bos, Enengnya nggak mau tuh. Mending sama Mas Putra aja yuk Neng Nay?" ajak Putra seakan menantang nyali.

"Ndoro Putra yang terhormat, lo mau cari mati ya?" balas Beni dengan tawa kecil saat melihat raut wajah Marvel yang menatap ke arah Putra tajam.

"Permisi Kak," Kanaya memutuskan pergi. Sialnya, Marvel malah menahan lengannya. Kesialan pagi ini terjadi gara-gara topi Mega yang ketinggalan. Ingatkan Kanaya untuk berterima kasih pada topi itu suatu saat nanti.

"Gue anterin," ucap Marvel mutlak. Marvel langsung menarik tangan gadis itu. Lebih tepatnya mencengkram erat pergelangan tangan Kanaya agar tidak mudah dilepaskan seperti tadi. Marvel berjalan lebih dulu, sedangkan Kanaya di belakang dengan tangan mereka yang saling bertaut.

"Kak, sampai sini aja," langkah kaki Kanaya tiba-tiba berhenti. Dia merasa tidak nyaman saat semua orang menatap ke arahnya. Lebih tepatnya memperhatikan tangan Marvel yang menarik tangannya.

Marvel membalikkan tubuhnya. Jengah sebenarnya menghadapi gadis rumit seperti Kanaya ini. Baru berjalan sebentar saja, gadis itu sudah berhenti. Tapi, bukan Marvel namanya jika dia akan menyerah secepat itu. "Kenapa sih? Kelas lo masih jauh," protes Marvel sedikit kesal. Semua ilmu keplayboyannya seketika luntur jika berhadapan dengan Kanaya.

"Sa-saya bisa pergi sendiri Kak, mending Kak Marvel balik aja ke kelas," jawab Kanaya kikuk tanpa berani menatap ke arah sorot mata Marvel yang tajam.

"Tapi saya nggak mau balik, maunya nganterin Adek Kanaya. Gimana dong?" balas Marvel mengikuti gaya bicara Kanaya yang formal. 

 T B C

WAAAH PARAHH

Aku besok masih PAT Online malah nulis Marvel :D pintar kali kau nak

SABAR YA GAESS SAMPAI KAMIS DOANG. TERUS AKU BAKAL RAJIN UP LAGI..

clarisacndr

Manusia paling julid seantero hutan sabana

MARVELTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang