2

1.5K 131 4
                                    

Seokjin duduk di samping ranjang rumah sakit itu sejak setengah jam yang lalu. Menemani perempuan yang baru ia kenal di bandara akibat bencana yang menimpa nya. Tadi, setelah Seokjin menggenggam jemari mungil Jimin untuk sekedar menguatkan, perempuan itu pingsan seketika.

Ceklek

"Kelelahan, kak. Kandungan nya masih muda, rentan"terang Taehyung yang masuk ke dalam ruangan dengan Jungkook dalam gendongan nya.
"Bagaimana kau mengenal Jimin?"tanya Seokjin.
"Kami senasib, kak. Asal kami sama, rumah kami sama"

Seokjin menatap Taehyung tak percaya.

"Jadi-"
"Ya, aku mengenal nya sejak kecil. Tapi semenjak tiga tahun lalu, kami kehilangan kontak karna ponsel dan laptop ku hilang dan semua data ku ikut hilang. Aku coba cari keberadaan nya bahkan pulang tapi tak ada yang tau alamat pasti nya. Aku hanya dengar dia sudah menikah dan mencoba mengundang ku tapi aku sudah pindah ke Daegu"
"Dan kalian baru bertemu hari ini?"tanya Seokjin.
"Ya, karna peristiwa ini. Tidak tau harus bersyukur atau sedih"

Suara sepatu Jungkook memecahkan keheningan beberapa menit lalu. Bocah itu kini duduk di pangkuan sang ibu, manik bulat nya menatap penuh tanya pada sosok yang tengah tertidur damai itu.

"My, eung?"tanya Jungkook dengan jari yang menunjuk pada Jimin.
"Namanya Jimin imo, sayang. Sekarang jadi imo nya Kookoo juga"kata Seokjin mencoba memberi pengertian pada putra nya.
"Momo?"
"Hm? Ah, iya, Jimin momo"

Dengan begitu Jungkook mencondongkan tubuh nya mendekat pada Jimin lalu menepuk punggung tangan Jimin perlahan di sertai senyum lebar nya.

"Bangun, Jimin. Kami ada untuk mu"bisik Seokjin lirih.
.
.
.
Mata sipit itu terbuka perlahan, berkedip beberapa kali mencoba menyesuaikan dengan cahaya lampu yang terlalu terang. Jimin merasa tangan nya hangat dan mendapati sosok kecil tengah tidur dalam dekapan nya dengan tangan yang saling bertaut.

Anak siapa ini? - PJM.

"Jimin? Akhirnya sadar juga, maaf Kookoo membuat mu sesak ya?"
"Ah, tidak apa. Jangan di angkat  biar tidur saja"cegah Jimin saat sosok mungil dalam dekapan nya hendak di angkat.
"Kenalkan, aku Seokjin dan ini putra ku, Jungkook. Panggil saja Kookoo"

Jimin mengangguk lalu tersenyum saat menatap bocah dalam pelukan nya itu.

"Kakak yang tadi di bandara kan?"tanya Jimin lirih.
"Iya. Kami, eum kami juga menunggu kabar dari kepala keluarga kami"jelas Seokjin menahan tangis.

Tidak bisa di tahan lagi, dua perempuan itu akhirnya menangis bersama karna mengingat sang belahan jiwa yang masih belum jelas kabar nya.

"Aku beruntung punya Kookoo di samping ku"bisik Seokjin.
"Ya. Kakak beruntung, tidak seperti aku. Sekarang aku sendiri. Lagi"
"Tidak, ada kami. Kookoo senang saat aku bilang kau imo nya. Jadikan Kookoo kekuatan mu juga, Ji. Kita bisa bersandar satu sama lain"ucap Seokjin sembari menggenggam tangan Jimin erat.

Jimin terlihat ragu.

"Kita mungkin hanya orang asing, tapi sejak melihat mu aku tau kita bisa kuat jika bersama. Kita tunggu mereka pulang, Ji"
"Mereka pasti pulang kan, kak?"
"Ya. Mereka harus pulang"

Jungkook terbangun setelah acara menangis mereka selesai, bocah itu enggan lepas dari Jimin sejak membuka mata nya tadi. Kadang mengusap pipi gembil Jimin yang serupa milik nya, kadang mencolek-colek tangan Jimin, kadang juga tidur di atas perut Jimin. Menggemaskan sekali.

"Kookoo tidak pernah akrab dengan orang asing secepat ini"kata Seokjin yang baru kembali dari membeli makanan dan melihat putra nya tengah mengusap-usap wajah Jimin.
"Benarkah? Tapi Kookoo lucu sekali, kak. Dia terus memanggil ku momo sejak tadi"
"Iya, karna dia tau kau imo nya"
"Hehehe, Kookoo"

Come back home, dad. Please? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang