3

1.3K 121 7
                                    

Ayo sini mana yang penasaran sama suami nya Diminie
Bilang apa sama ai?







Disini mulai menceritakan Jimin. Huruf cetak miring itu flashback ya.



Mengenai Jimin, mungkin perlu di ceritakan bagaimana kehidupan gadis cantik itu sejak awal. Jimin hanya lah gadis biasa yang kebetulan sangat pintar. Sekolah dan kuliah nya di biayai oleh beasiswa. Menyelesaikan kuliah lalu bekerja sebagai staff keuangan pada salah satu perusahaan besar benar-benar merubah kehidupan Jimin. Terlebih ia juga bertemu cinta pertama nya disana, belahan jiwa nya, suami nya. Min Yoongi.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"Kak Jimin sudah lama sekali tidak kemari. Sibuk kerja ya?"tanya salah seorang bocah yang langsung menghampiri Jimin saat gadis itu baru saja tiba di rumah nya. Rumah mereka. Panti asuhan.
"Iya, maaf ya sayang. Kakak kan harus bekerja supaya bisa beli crayon baru untuk kalian semua. Coba lihat apa yang kakak bawa~"

Bocah-bocah disana menjerit kesenangan kala mendapati di belakang Jimin ada kotak besar berisi berbagai macam alat lukis dan menggambar.

"Bilang apa pada kak Jimin?"tanya seorang pengasuh disana.
"Terima kasih, kak Jimin. Kami sayang kak Jimin"

Jimin tersenyum lebar kala satu per satu anak disana memberi nya pelukan tanda terima kasih kadang di tambah kecupan di pipi nya juga. Jimin bahagia.

"Kau membawa terlalu banyak, Ji. Bahan makanan yang kau bawa juga banyak, jangan boros. Kau juga harus memikirkan dirimu sendiri"ujar seorang pengasuh, panggil saja bibi Song.
"Jimin masih ada sisa, bu. Gaji Jimin lebih dari cukup. Jimin juga di fasilitasi rumah kecil mulai bulan kemarin"
"Jadi sudah pindah ke rumah nya?"
"Sudah. Sibuk sekali, jadi tidak sempat kemari"
"Syukurlah kalau begitu, jangan sampai kau lupa membahagiakan dirimu sendiri. Kami mampu hidup dengan donatur yang lebih dari cukup"
"Bahagia nya Jimin disini, bu. Lagipula Jimin mau membalas kebaikan ibu yang bersedia merawat Jimin sampai Jimin bisa hidup sendiri"ucap Jimin tulus.
"Terima kasih, nak. Anak baik ini, semoga hidup mu selalu bahagia"
"Terima kasih doanya ya, bu"Jimin memeluk pengasuh nya itu dengan erat.
"Bagaimana dengan Taehyung? Sudah ada kabar?"

Gelengan Jimin berikan di tambah dengan lengkungan bibir yang terlihat sedih.

"Semuanya tidak aktif, bu. Nomor ponsel, social media, email"
"Semoga tidak terjadi apa-apa, dia pasti akan menghubungi mu jika sempat"
"Tapi sudah hampir setahun, bu. Apa jangan-jangan ponselnya hilang? Atau kecopetan?"
"Hussh, doa kan yang baik-baik saja untuk saudara mu Jimin"
"Iya, iya. Jimin hanya khawatir"

Lama Jimin berada di sana, bertukar cerita dengan pengasuh sekaligus pemilik panti itu.

"Oh, ingat dengan donatur yang ibu bilang itu?"tanya bibi Song.
"Yang ibu bilang baik sekali itu? Yang selalu mencukupi kebutuhan panti?"
"Iya, yang itu. Biasa nya dia akan kemari sebulan sekali di minggu kedua"
"Hari ini minggu kedua"ucap Jimin.
"Iya, mungkin dia tidak datang. Tapi uang sudah masuk dan kebutuhan lain juga sudah datang"ungkap bibi Song.
"Sedang sibuk mungkin, bu"
"Sepertinya. Dia masih muda, sayang. Baik sekali dan sangat akrab dengan anak-anak"

Jimin tersenyum, membayangkan bagaimana rupa si dermawan yang tak pernah telat memberi bantuan pada panti asuhan sejak Jimin masih kecil.

"Ia meneruskan perusahaan orang tua nya yang meninggal 2 tahun lalu. Kau sudah tinggal di asrama universitas mu"
"Iya, Jimin ingat. Ibu pernah cerita dulu"

Come back home, dad. Please? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang