02

92 16 0
                                    

1 tahun yang lalu, 31 Desember 2018.

Aku sedang berada dalam toko kue untuk membeli sekotak cheesecake. Gerimis masih terus turun diluar sana, terbukti dari dinding kaca yang terlihat semakin keruh bahkan dari dalam toko. Udara dingin menusuk ke kulit membuat penghangat ruangan seolah-olah tak berguna.

Suasana toko ini cukup ramai jika kau tanya pendapatku. Ada dua orang yang datang lebih dulu jadi aku harus mengantri sebelum mendapatkan giliranku.

”Kak Chan.... masih lama kah??” cowok di sampingku sudah mulai merengek padahal kami bahkan belum mengantri selama lima menit.

“Sabar min, namanya juga ngantri,” dengan setengah hati kucoba menenangkannya.

“Hmph...” cowok itu menggembungkan pipi, “kalo gitu aku akan tunggu diluar.”

“Loh? Kenapa?? Bukannya enak disini. Diluar turun salju tuh,” kataku sambil mengusap pucuk kepalanya.

“Nggak ah, disini rame. Aku mau tunggu diluar aja,” dia menepis tanganku sebelum berjalan keluar.

“Ya udah. Hati-hati!!” seruku.

“Aku bukan anak kecil lagi weekk,” namun dia malah membalasku dengan menjulurkan lidahnya.

“Haahh....,” aku menghela nafas pasrah ‘badan doang dewasa, sifatnya masih kayak anak TK.'

Jadi disinilah aku, mengantri sendirian di dalam toko kue yang semakin ramai. Waktu terus berlalu, sekitar sepuluh menit dan cheesecake pesananku akhirnya datang.

“Terima kasih pesanannya, silahkan datang kembali” ucap penjaga toko ramah yang aku balas dengan senyum setelah menyodorkan sejumlah uang.

Sebelum keluar toko aku berhenti sejenak untuk memasukkan beberapa uang kembalian. Dan saat itu....

BRAAKK.

Terdengar suara benturan yang cukup keras dari luar toko.

'Seungmin!!’

tanpa berpikir panjang, aku segera berlari keluar untuk memastikan apa yang sebenarnya terjadi. Pengunjung toko yang lain juga ikut berhamburan keluar. Mereka dengan sigap mengerumuni mobil sedan yang menabrak lampu jalan beberapa saat lalu. Dan waktu itu, aku melihat pemandangan paling mengerikan dalam hidupku.

“SEUNGMINN!!!!”

Kim Seungmin, orang yang kucintai. Sekarang tergeletak tak berdaya dengan darah mengalir membasahi aspal. Seluruh ragaku seolah terkoyak. Aku seketika berlari menghampirinya. Memeluk tubuh ringkih itu dengan air mata menetes keatas pipinya. Ditengah hiruk pikuk kendaraan dan lautan manusia, aku sempat mendengar Seungmin mengumamkan suatu hal.

“Ma-af,” katanya sebelum benar-benar terkulai tak berdaya.

Hembusan nafas terakhir yang menelusup ke telinga waktu itu. Menyadarkanku akan bau amis darah yang telah menyatu dengan tubuh. 

Mobil ambulance datang tak lama kemudian. Tapi itu semua sia-sia. Tabrakan tadi terlalu keras dan Seungmin tak mampu menahan benturannya.

Hanya karena kesalahan kecil, satu nyawa telah tersia-siakan. Kelalaian bodoh yang aku lakukan, membuatku kehilangan orang tersayang.

Andai saja waktu itu aku tak membiarkanmu sendiri. Kau pasti tak akan pergi kan?

*****

Chap 2 fin~~

THANKS FOR READING 😘 😘

PAGI TANPAMU [CHANMIN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang