Happy readingggg
Enjoy!
Hari ini adalah hari penerimaan mahasiswa baru di universitas besar Kota Bandung. Spanduk-spanduk bertuliskan 'Selamat Datang Mahasiswa/i di Semester Baru' terpasang di area depan universitas. Di gerbang banyak mobil orang tua calon mahasiswa/i, mengantarkan anaknya pada hari pertama mereka.
"Aku sekarang tahu bagaimana perasaan senior kita dulu. Membiarkan orang tua mahasiswa datang mengantarkan anaknya itu bukan ide bagus. Ini sangat ramai," kata seorang gadis berambut ikal, di tangannya terdapat brosur promosi kegiatan kampus.
"Untung saja halaman depan kampus kita luas. Kalau tidak––entahlah aku tak mau membayangkan nya," kata gadis di sebelahnya. Memberikan brosur kepada mahasiswa baru yang malu-malu mendekati mereka.
Gadis berambut ikal, Nancy Sephera Oumar, mengipas-ngipas dirinya dengan brosur. Ini belum mendekati tengah hari namun akibat banyaknya orang di sekitar membuat suhu naik drastis.
"Um, permisi. Apa saja yang kita lakukan di club seni?" tanya seorang pria, sudah jelas dia mahasiswa baru.
Nancy yang sudah kesal, mendengar pertanyaan tak bermutu ini mencengkram erat brosur, tanda kesal merah muncul di dahinya.
Padahal jelas-jelas tertera di brosur tentang club seni, di mulai dari penjelasan sampai kegiatan-kegiatan di dalamnya. Nancy yakin pria ini hanya ingin mengobrol dengan dia dan Kahli, sahabatnya. Salahkan pesona mereka yang membuat bocah-bocah bau kencur ini tertarik. Nancy tak berminat menjalin hubungan dengan yang lebih muda.
Saat Nancy akan menjawab, Kahli dengan cepat menyela. "Tentu saja di club seni kami @ # $ & % ..." Kahli sudah tahu tabiat sahabatnya ini. Dia tak mau Nancy menyemprotkan gas air mata pada bocah imut ini.
Nancy memutar matanya. Ah, aku ingin ke kafetaria. Aku haus! Aku lapar!
Sebenarnya, tumpukan brosur yang pertama mereka ambil sudah habis terbagikan. Namun, ketua club merasa antusias dengan cepatnya brosur-brosur itu pergi dan memberikan lagi setumpuk brosur pada mereka.
Semua orang tua dan mahasiswa baru ini sudah mendapatkan brosur club seni! Siapa lagi yang menginginkan nya!
Menjelang siang para mahasiswa baru itu di giring menuju ruang aula kampus. Orang tua murid dengan berat hati memeluk anaknya dan pulang. Dengan kepergian nya orang-orang ini, dada Nancy bisa bernafas lega. Sisa brosur habis dengan cepat berkat ide-sialan-Kahli. Sepuluh brosur di hargai dengan berfoto bersama Nancy!
Terima kasih monyet kau memang sahabat baikku, dalam hati cakar Nancy menggaruk kesal. Jika bukan karena hukuman jika membuang brosur, Nancy tak sudi melakukan ini.
"Ah, lelahnya!" Nancy merenggangkan tubuhnya. "Lii, aku akan ke kafetaria, kau mau ikut?"
Kahli menggeleng, "Tidak. Memangnya kau tak akan ikut ke aula?"
"Ck, ayolah aku baru saja terbebas dari panas orang-orang tadi dan sekarang kau mengajakku terjebak di sana lagi?" Nancy mengeluh dalam hati mengingat penampilannya siang nanti.
Kahli terbahak. Melihat penampilan sahabatnya, penampilan Nancy sudah berantakan, apa lagi rambutnya, dan keringat dimana-mana. Nancy itu tak tahan dengan cuaca panas, padahal kota mereka itu termasuk kota yang sejuk. Kahli membayangkan jika Nancy tinggal di ibu kota. Dia terbahak lagi.
"Baiklah, baiklah. Setelah selesai bisa traktir aku jus lemon dan bawa ke ruang club?"
"Tentu saja!"
"Kalau begitu, bye-bye!"
"Bye-bye!" Nancy langsung berlari ke kafetaria di gedung samping. Sebenarnya ada juga kafetaria di gedung utama, tapi pemandangan nya tak seindah kafetaria gedung samping.
Nancy memesan semangkuk ramen dengan tambahan dua sosis ham besar dan jus lemon dingin. Dia membawa nampan dan duduk di dekat jendela kafetaria, sambil memandangi bunga-bunga di taman Nancy makan.
Selesai makan Nancy bersandar pada kursi. Tiba-tiba ponsel di sakunya berbunyi.
Alice: [Nancy apa kau sudah tahu bahwa akan ada reuni sekolah dasar?]
Nancy mengerutkan kening. Sejak mereka lulus sekolah dasar, hubungan Nancy dan teman-temannya merenggang. Mereka jarang menghubungi nya seperti ini.
Nancy melamun. Sekolah dasar ... ya. Ingatan Nancy akan masa kecilnya samar-samar. Dia ingat saat kecil dia sangat nakal, membuat kepala orang tuanya berputar 360 derajat. Ya, itu berubah sejak masuk sekolah menengah dan sejak bersahabat dengan Kahli-yang sudah menjejali nya dengan novel-novel romance.
Nancy: [Tidak, aku baru tahu darimu.]
Balasan dengan cepat datang.
Alice: [Apakah kau akan datang?]
Nancy: [Aku tidak tahu. Aku sangat sibuk dengan kegiatan kampusku.]
Alice: [Oh, ayolah! Sudah lama sejak kita semua terakhir bertemu. Apa kau tak bisa meluangkan waktu? Acaranya di mulai sebulan lagi.]
Nancy: [Aku belum tahu jadwalku kedepannya. Jika luang aku akan datang.]
Alice: [Itu bagus! Aku tunggu!]
Alice senang, setidaknya Nancy tak menolak untuk tidak datang.
Di kantornya, Alice menopang pipi, pikirannya sedang membuat skenario-skenario lucu saat Nancy bertemu dengan 'pria itu'.
"Ehm, boss?"
Alice tersadar karena panggilan sekretaris nya. "Ya, sekretaris Arthur?"
"Apa anda baik-baik saja? Anda tersenyum-senyum sendiri. Saya takut anda ..." Sekretaris Arthur tentu tak berani melanjutkan kalimatnya.
Alice tertawa. "Itu, kau tak perlu khawatir. Aku hanya sedang membayangkan scene romance sebuah film."
"Ah?" Sekretaris Arthur tertegun lalu matanya menerjap-nerjap mengerti. Ah, boss juga seorang gadis pecinta genre romance. "Kalau begitu, boss, anda ingin minum apa?"
Alice tersenyum. "Bisakah kau belikan aku ice cream?"
"Ah, tentu saja! Saya akan segera mendapatkan nya!"
Stay tune! Gonna post the chapters soon...Don't forget to vote and comments
KAMU SEDANG MEMBACA
The Disease Called Love
RomanceDulu, ada bocah gendut yang menjadi bahan bully murid-murid di sekolah dasar. Nancy sesekali melempar ejekan--walau tak separah dan sesering teman-temannya. Lulus sekolah dasar, Nancy tak melihat rupa bocah itu. Sampai... Beberapa tahun kemudian...