Chapter 7: Detention

789 119 23
                                    

"Merepotkan."

Keluh Pansy dengan nada pelan. Di sampingnya, Harry nampak tersenyum maklum dengan Daphnee yang mengambil sikap masa bodoh atas kelakuan gadis manis itu. Theo sendiri telah bergabung bersama mereka beberapa saat lalu. Kini pemuda itu tengah memasang wajah masam di samping Pansy, kentara sekali kalau ia tak senang berada di sana. Sudah cukup ia dipanggil kemari, kini ia harus duduk di sebelah gadis itu dan mendengarkan keluh kesah tak berkesudahan darinya. Memangnya dia konsultan kehidupan? Dumelnya dalam hati.

Jika ia tak mengingat di mana mereka berada saat ini, Harry ingin tertawa saja sebenarnya. Tingkah Theo tak pernah gagal menghiburnya, apalagi kini ada Pansy yang melengkapinya. Mereka seperti Tom dan Jerry yang tak pernah berhenti berdebat. Ada saja hal-hal absurd yang mereka permasalahkan. Andai saja tidak mendapat teguran dari Professor McGonnagal tadi dan juga tatapan penuh peringatan dari Professor Snape juga, mungkin kedua remaja itu masih akan berdebat sampai sekarang, tanpa mempedulikan di mana mereka.

Bicara soal lokasi mereka, saat ini mereka tengah berada di ruang kepala sekolah Hogwarts, Albus Dumbledore. Tadi sore, begitu kelas terakhir hari ini usai, masing-masing kepala asrama menghampiri dan menuntun mereka menuju kemari. Tentu saja kalian bisa menebak alasannya bukan?

Harry sendiri dipersilahkan duduk dengan Daphnee, Pansy, dan Theo di sebuah sofa panjang di sisi ruangan. Agak terkejut sebenarnya ketika mengetahui sang kepala asrama Slytherinlah yang memperbolehkannya duduk di sana. Professor Snape sendiri nampak telah menyamankan dirinya di sebuah sofa tunggal tak jauh dari tempat mereka berada.

Di hadapannya kini juga sudah hadir beberapa anak Gryffindor yang terlibat dengan insiden pagi ini. Weasley, Granger, Thomas, dan Finnigan nampak duduk di sofa panjang, sedangkan sisanya berdiri karena sudah tidak ada ruang untuk duduk lagi. Memang banyak murid asrama Gryffindor yang melibatkan diri mereka dalam pertikaian itu. Professor McGonnagal sendiri mendudukan dirinya di sebuah sofa tunggal di hadapan Professor Snape dengan wajah menahan kekesalan yang kentara.

Dalam sejarah asrama Gryffindor mungkin ini adalah salah satu insiden perkelahian terparah, karena hampir melibatkan setengah dari penghuni asrama. Tak heran jika reaksi wanita paruh baya itu menjadi seluar biasa itu. Sebagai seorang Gryffindor dengan harga diri tinggi, kelakuan tak pantas muridnya itu mungkin sudah melukai egonya.

Tak perlu menunggu lama pintu masuk ruangan itu terbuka diikuti oleh Albus Dumbledore dan Dolores Umbridge yang nampak tidak repot-repot menyembunyikan ketidaksenangan mereka. Kedua penyihir itu segera menempatkan diri mereka di dekat meja kerja yang ada di ujung tengah ruangan.

"Selamat sore, semuanya. Biar ku tebak, semuanya sudah hadir di sini?" Tanya Dumledore dengan nada serius. Di sebelahnya Umbridge nampak sibuk mengulas senyum palsu dengan kedua matanya mengabsen satu-satu orang yang hadir di sana.

Begitu mendapat anggukan dari McGonnagal dan Snape, Dumbledore lantas berjalan ke tempat duduknya di belakang meja kerja kepala sekolah, mambuatnya langsung berhadapan dengan mereka semua karena memang posisi sofa ditata mengelilingi meja itu. Umbridge sendiri bergabung dengan kedua kepala asrama dan menempati sofa tunggal yang masih kosong.

"Kalian semua sudah mengetahui dengan benar bukan mengapa kepala asrama kalian mengantar kalian kemari?" Dumbledore kembali bertanya kali ini dengan ekpresi yang agak tidak mengenakan.

"Tentu saja kami tahu, untuk apa Anda bertanya lagi?!" Dengus Ronald Weasley kesal. Ia masih belum bisa melupakan kekesalannya perihal pagi tadi, dan kini ia harus dihadapkan dengan sidang tak jelas begini. Jawaban tak sopan itu diikuti anggukan penuh persetujuan dari anak-anak Gryffindor di sana.

Hal itu kontras dengan keempat remaja di hadapan gerombolan itu yang tak repot menyembunyikan ekspresi sinis mereka. Mereka ini tak menyadari kesalahan mereka atau bagaimana? Bahkan Professor Snape sudah menunjukkan ekpresi masam akibat kelakuan tak tahu diri itu.

Taurus WarriorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang