Chapter 3: The Boy Who Lost

566 110 9
                                    

'Harry Potter'

Itulah nama yang paling sering dibicarakan hampir seluruh penyihir di Inggris selama hampir 3 bulan terakhir. Bukan hanya di Inggris sebenarnya, namun juga beberapa komunitas sihir yang tak luput dari kisah kehebatan anak laki-laki yang mendapat julukan 'The Boy Who Lived' itu.

Memang semenjak tantangan terakhir di Triwizard turnamen, penyihir berkacamata itu tidak dapat diketahui keberadaannya. Bahkan para burung hantu dari Kementrian Sihir saja tidak dapat menemukan keberadaannya.

Mengikuti kabar kebangkitan Sang Pangeran Kegelapan, Harry Potter dikabarkan telah tewas saat ritual kebangkitan pemimpin dark side itu. Banyak yang menyayangkan kematian sosok penyihir remaja itu. Dan tentu saja beredarnya rumor semacam itu mengakibatkan kepanikan dalam komunitas dunia sihir yang tiap hari kian menjadi saja. Siapa yang akan melawan Sang Pangeran Kegelapan kalau bukan anak itu?

Ironis memang.

Bagaimana bisa mereka menaruh beban kepada seorang bocah remaja yang bahkan orang dewasa saja enggan untuk menanggungnya?

Tapi itulah kenyataan di balik kisahnya, kisah yang nampak manis nan megah di luar, namun gelap dan busuk di dalamnya.

♤♤♤


Hogwarts Express telah berangkat sejak beberapa jam yang lalu. Dan di sinilah ia, seorang remaja laki-laki yang duduk sendirian di salah satu kompartemen kereta itu. Ia nampak asyik dengan dunianya sendiri, memberikan kesan otherworldly bagi siapapun yang melihatnya. Bagaimana tidak, tubuh mungil nan ramping dengan postur duduk yang sempurna, paras manis cenderung cantik miliknya, ditambah sepasang manik emerald yang kini nampak sayu dengan pandangan tak fokus mengarah keluar jendela. Semua itu memberikan kesan seakan ia bukan dari dunia ini. Seakan dengan satu kedipan matamu saja, semua keindahan itu dapat langsung lenyap. Seperti ilusi, yang indah namun tak nyata.

Bibir ranum kemerahan miliknya mengulas senyum tipis tatkala mendengar suara pintu kompartemen dibuka secara kasar diikuti beberapa suara familiar yang meneriakan namanya dari kejauhan.

"Dasar tidak sopan," bisiknya pelan. "Mereka masih saja belum berubah."

Sepasang mata indah itu kini nampak terfokus ke arah pintu kompartemennya sendiri. Kedua tangannya kini memasang kacamata bulat dengan bingkai emas miliknya, menambah kesan elegan sosok remaja itu.

"Yah, lagipula mereka tidak akan menemukanku..."

'Harry Potter!'

"... Untuk saat ini setidaknya."

Ssiiiinnnngggg...

Bertepatan dengan itu, suara peluit panjang Hogwarts Express berbunyi, menandakan kedatangan mereka di tempat tujuan.

♤♤♤

Dengan langkah kecil namun stabil, sosok mungil itu berjalan ke arah satu-satunya kereta yang belum berangkat ke Hogwarts. Dengan hati-hati ia naik ke atas kereta itu, agaknya takut mengganggu sosok gadis berambut pirang yang sejak tadi nampak asyik dengan bacaannya.

"Halo, Lune."

Sosok itu berbisik pelan dengan sebuah senyum tipis terukir di paras ayu itu.

Merasa terpanggil, sang gadis blonde itu nampak menutup majalah di tangannya kemudian memusatkan atensinya pada sosok di hadapannya.

Taurus WarriorsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang