Rose kini sedang menatap cerminan dirinya yang sudah rapih mengenakan seragam sekolah di kaca rias kamarnya.
"Hmm.. yang mana ya?" Rose bergumam.
Ia bergumam sendiri sambil menimbang – nimbang antara Saint Laurent Venice Sneakers atau Adidas Stan Smith Comfort yang akan ia kenakan pada hari pertamanya sebagai siswi tingkat Senior di sekolah. Pada saat yang bersamaan, asisten rumah tanga kediaman Park, bernama Bi Nani, muncul di depan kamarnya.
"Nah pas nih ada Bibi. Bi, pilihin yang mana? Yang kanan atau kiri?" Tanya Rose.
Bibi kebingungan, kok kayaknya sama aja. "Yang kanan deh, Non."
"Okay, Saint Laurent it is!"
"Non, udah ditungguin itu di meja makan. Katanya mau berangkat bareng Bapak?"
"Oh iya, oke ini aku bentar lagi keluar."
**
Setelah sampai di meja makan, Rose hanya melihat Mami dan kakak perempuannya, Wendy.
"Papi udah berangkat?"
"Makanya kamu kalau siap – siap jangan kelamaan. Papimu itu ada meeting pagi, sebelum ke Dubai makanya harus berangkat cepet" Maminya menjawab, sambil menyeruput Chamomile Tea di cangkirnya.
"Ya makanya itu, aku tau Papi mau ke Dubai sebulan, jadi aku mau berangkat bareng." Jawab Rose.
"Udah kamu bareng aku aja sekalian ke kantor, aku bawa mobil kok." Wendy berusaha menenangkan adiknya.
"Beneran? Kok tumben gak bareng Kak Mark?" Tanya Rose ketus.
Masalahnya, menjelang pernikahan Kakak semata wayangnya yang akan di laksanakan dua bulan lagi, Kakaknya itu selalu berangkat dan pulang bareng dengan calon suaminya itu ke kantor.
"Mark lagi di Singapore, pulangnya baru hari Jumat." Wendy menjawab sambil membereskan tasnya, setelah melihat jam sudah menunjukkan pukul 7 kurang 15 menit yang artinya harus segera berangkat.
"Ayo nanti keburu macet, just grab the sandwich and eat on the way. Berangkat dulu ya Mam."
"Bye Mam, see you later." Kata Rose sambil mengecup Maminya setelah mengambil sepotong Tuna Panini Sandwich.
"Iya, hati – hati ya. Wendy jangan lupa nanti sore fitting baju akad, jangan telat."
"Iya Mam, aku usahain sebelum jam 5 udah sampe ke tempat Mami ya."
Tentu saja sebagai seorang Fashion Designer, Maminya Rose ini akan mendesain semua wardrobe pernikahan Wendy dan Mark.
**
Sebenernya perjalanan dari Kediaman Park gak terlalu jauh ke sekolah Rose, hanya butuh waktu sekitar 15-20 menit.
"Kok tumben mau pagi banget berangkatnya? Biasanya juga kalo sendiri mepet jam 9 berangkatnya."
"Yaa selain mau nganterin kamu.. There's a presentation I need to prepare and discuss with my boss. Dia biasanya dateng lebih pagi. Biar enak aja diskusinya masih fresh.
"Oooh.. nanti fitting di boutique Mami yang mana? Jam berapa?"
"Yang di Senayan kayak biasa, janjiannya sih jam 5 tapi ya harus dateng lebih awal. Gak enak kalo pada nungguin"
"Izin dari kantor dong Kak?"
"Iyah, I have a meeting after lunch. Paling nanti kelar meeting langsung kesana."
Lalu hening. Beberapa lama kemudian ponsel Wendy berdering, ia mengangkatnya dan menggunakan earphone.
Rose sebenernya mengharapkan bahwa kakaknya itu mengajaknya ke sesi fitting baju di boutique Maminya. Wendy knows how much she always love visiting her Mom's boutiques and playing with the dresses since she was a little kid. Tapi Rose terlalu gengsi untuk meminta, alhasil dia diem aja sepanjang sisa perjalanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Elite 10 | 97line
FanfictionIf you thought their lives was all about diamonds, champagne, and shiny cars then you're wrong.