Prolog

24 3 1
                                    

“Nee, bagaimana kabarmu? Kau tahu, aku sangat ingin bicara denganmu.”

“…..”

"Kau tahu, aku rindu suara berisikmu.”

“…..”

“Aku rindu tawamu, juga kelakuan konyolmu, juga tingkah keanak-kanakanmu, bahkan aku rindu wajah sendumu itu. Aku merindukanmu….”

“…..”

“Nee, sampai kapan kita akan tetap seperti ini?”

“…..”

“Tidakkah kau lelah?”

“…..”

“Bicaralah.. walau hanya satu kata, bicaralah."

"Walau hanya berkata tidak seperti hari itu, bicaralah."

"Walau hanya...."

"Aku mohon...."

"Beri aku jawaban.” Lelaki bersurai coklat itu menghela napas panjang lantas terdiam.

Langit yang mendung  mulai mencurahkan segala bebannya. Lelaki berparas elok yang tampak rapi itu tertunduk lesu. Ia sama sekali tidak peduli tetes hujan yang semakin menderas membuat setelan Blazernya menjadi basah. Bahkan sebuah gulungan yang menjadi tanda kelulusannya dari SMA sama sekali tak menarik perhatian.

Penampilan yang tadinya rapi perlahan berubah, senada dengan cuaca yang mendadak sendu. Hatinya kini berkecamuk bak badai yang menghadang lautan tenang.

***

Seorang gadis berparas manis memasuki ruang kelas bersama seorang guru yang diketahui akan menjadi wali kelasnya tahun ini. Setelah melalui perdebatan panjang, akhirnya ia diperbolehkan ‘pulang’ meski harus tinggal hanya bersama sang kakak. Semasa kecil dia pernah menghabiskan waktu di kota ini, kota kelahirannya. Saking lamanya tidak pulang, dia sampai lupa jalan ke rumah dari halte bis.

Manik biru itu memandang anggota kelas yang akan menjadi teman barunya. Tampak di netranya bahwa kelas itu sangat ribut dengan beberapa siswa yang duduk berkelompok—mengobrol. Gadis bersurai perak ini kembali menunduk sejenak saat kakinya melangkah memasuki ruang kelas bersama seorang guru perempuan berambut coklat dan berperawakan kecil yang sedari tadi di ekorinya.

“Menarik.” Gadis itu membatin. Sementara  guru yang bersamanya mulai naik pitam melihat kelakuan muridnya.

“Hei, kalian! Mentang-mentang tidak ada guru kalian berlaku seenaknya! Cepat duduk di bangku kalian masing-masing!” Guru yang diketahui bernama Azumi itu langsung menyemburkan amarah meski baru saja memasuki ruang kelas bersama seorang anak baru. Para murid terutama yang duduk dibelakang langsung bubar setelah menyadari kedatangan guru kecil mereka yang pemarah.

“Ternyata tubuh dan amarahnya bertolak belakang. Owh, sepertinya aku dapat guru galak kali ini.” Gadis ini kembali membatin.

“Cepat! Aku tidak akan menunggu kalian untuk memulai pelajaran pagi ini.” Azumi-sensei lagi-lagi menyalak garang.

“Baiklah, pagi ini kita kedatangan murid baru.” Azumi-sensei berujar sembari menuliskan nama gadis bersurai perak  yang sedari tadi mengekor dibelakangnya.

“Perkenalkan dirimu.” Titahnya.
Gadis itu mengedarkan pandangan ke setiap sudut kelas sembari tersenyum. Tidak ragu sedikit pun, dia mulai memperkenalkan diri.

“Akiyama Yuuhi. Salam kenal." Gadis perak itu tersenyum lantas membungkuk pelan.

*
*
*

Konnichiwa minna!!
Yaahhooo... Author balik lagi dengan cerita baru😁

Semoga pada suka ya(≧▽≦)
Dan jangan lupa tinggalkan jejak😉


Utsukushii HigekiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang