Chapter 1 - First Problem

16 3 3
                                    

Selamat berjuang, adik kecilku.
Karena, besok kamu akan berjuang sendirian

Matahari sudah mulai menyembunyikan dirinya dan langit berangsur gelap. Namun, dua insan yang sedang duduk di rooftop seakan tidak mau beranjak dari sana.

"Kakak yakin kamu bisa beradaptasi disana tanpa kakak disamping kamu"kata Kai pada Kaila dan perempuan cantik yang duduk disebelahnya hanya menjawab dengan dengusan napas yang berat.

"Kamu tau kehidupan disana jauh lebih baik daripada kamu harus tinggal disini. Mungkin kamu bakal bilang kami semua egois, tapi ini semua demi kebaikan dan keamananmu"ujar Kai sambil memandang ke arah langit yang sudah gelap gulita.

"Kak, Kaila selalu percaya sama kakak, bunda, dan ayah. Tapi, kenapa harus seperti ini?. Kaila gak mau pisah lagi dari kalian dan menjalani kehidupan dan kepribadian yang berbeda seperti dulu"kata Kaila sambil menundukkan kepalanya dan perlahan-lahan air matanya keluar begitu saja.

Melihat keadaan sang adik seperti ini, Kai langsung memeluk Kaila seerat mungkin seakan dia akan kehilangan adiknya saat itu juga.  Kaila mulai menangis sejadi-jadinya sambil menggenggam erat baju sang kakak.

"Kakak yakin kamu pasti bisa, dek. Karena Kaila anak yang cantik dan pemberani dari keluarga Alexis"bisik Kai sambil mengelus rambut sang adik yang masih menangis di pelukannya.

🍁🍁🍁

Jarum pendek telah menunjukkan pukul 9 malam. Saat ini, Kaila telah sampai di kota kelahirannya setelah tiga tahun lamanya dia tidak pernah lagi menginjakkan kaki di kota ini. Disinilah tempat dia lahir dan bersandiwara dengan baik.

Suasana kota terlihat begitu lengah dan hanya terlihat beberapa toko yang masih buka. Semuanya masih tampak sama dan tidak ada yang berubah.

"Nona muda, ini berkas tentang informasi yang nona inginkan. Apakah nona yakin mau melanjutkan studi disana?"tanya Clara, asisten pribadi Kaila sekaligus informan terbaiknya.

"Saya yakin. Walaupun saya tau, keponakan kesayangan ayah yang paling saya benci juga belajar disana. Terima kasih sudah mengurus semuanya dengan baik, Clara"kata Kaila sambil tersenyum puas.

"Sama-sama, nona muda. Kalau begitu, sebaiknya nona muda segera istirahat karena nona muda harus berangkat pagi besok. Selamat malam"kata Clara dan Kaila menganggukkan kepalanya.

Setelah kepergian Clara, Kaila bukannya istirahat melainkan kembali membaca berkas tentang universitas yang akan dia datangi besok. Alasan Kaila memilih universitas tersebut karena tempat studi itu paling memprioritaskan kejujuran dan kedisiplinan di kalangan mahasiswanya, sehingga bisa dikatakan universitas itu adalah universitas paling bersih di kota ini.

Beberapa menit kemudian, Kaila memutuskan untuk tidur dan meletakkan berkasnya didalam laci. Baru saja Kaila beranjak dari kursi, ada sebuah panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal.

"Halo..."

"Halo, sepupuku yang cantik. Kenapa kamu belum tidur?  Aku kira kamu sudah tidur... "

"Ternyata lo..., ada urusan apa lo nelpon gue?"

"Bahasa kamu gak pernah berubah ya.., padahal om Alex bilang kamu anaknya baik dan sopan loh...."

"Gue memang baik dan sopan, tapi gue gak akan pernah baik sama lo. Jadi, kita imbang kan? Dan lebih baik lo tidur sekarang"

Kaila langsung menutup sambungan itu secara sepihak. Queensya Lilyan Edicson, sepupu yang paling dia benci itu baru saja menelponnya dan untung saja Kaila masih dalam keadaan sadar walaupun sudah begitu mengantuk. Sebelum tidur Kaila berdoa kepada Tuhan agar sepupunya itu tidak berbuat ulah di hari pertama kedatangannya.

🍁🍁🍁

Terima kasih telah membaca karya pertamaku....
Silahkan vote dan comment...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 21, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Just a nerdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang