Bagian 5 "gubuk mbah"

378 15 0
                                    

di depan gubuknya itu
akupun mengucap salam, dan ada balasan dari dalam gubuk tersebut yang menyilahkan untuk masuk ke dalam
Aku menemui kakek" tua dengan blangkon yg mengikat di kepalanya, sembari itu beliau menyuruhku untuk duduk di amben (tempat duduk/ranjang dari anyaman bambu)
beliau menyuguhkan kopi hitam kepadaku, tapi masih ada keraguan untuk meminum kopi tersebut
seakan-akan beliau tau apa yang ada dalam isi pikiranku dan langsung berkata
"tidak usah takut ngger, itu kopi biasa, silahkan diminum"

Ngger itu kata panggilan untuk anak muda jawa, sama artinya dengan le, Nang
Tapi untuk ngger, itu sudah jarang di pakai untuk kalangan kakek atau nenek untuk memanggil cucunya, kata itu sudah cukup terlalu kuno terdengar untuk generasi milenial seperti sekarang

Aku meminumnya, memang tidak ada rasa aneh, namun disitu perasaanku lebih tenang dan letihku menjadi berkurang
tak lama setelah itu, kakek tersebut bertanya kepadaku
"Ngger dari bawah kesini mau cari apa?, mau minta kaya? Mau hidup abadi?"

Mendengar pertanyaan itu aku kaget bukan main
"aku hanya menuju puncak Mbah bersama teman-teman, namun di perjalan kami terpisah"
si kakek tersebut menyauti jawabanku
"teman-teman mu masih aman, yang perlu kamu khawatirkan itu dirimu sendiri"
perkataan si kakek membuatku semakin bingung, perasaan ku mulai tidak enak, jantung berdetak semakin kencang

si kakek berkata lagi kepadaku
"nenek tua yang kamu temui di tepian jurang itu penunggu daerah tersebut, suka mencelakai, untung saja kamu masih selamat"
Aku hanya mengiyakan perkataan beliau

Kemudian aku izin undur diri untuk kembali mencari teman-temanku
jam tanganku masih tidak bergerak, dan saat aku keluar dari gubuk, kakek tersebut berkata kepadaku
"Ngger, memangnya kamu tau jalan menuju teman-temanmu?"
"bismillah kek" jawabku singkat
beliau hanya tersenyum, menandakan aku sudah boleh diizinkan pergi

sepanjang jalan sudah aku telusuri, namun jalan yang aku lewati menuju gubuk kakek tersebut seperti hilang ditelan bumi
Semenjak aku memutuskan untuk mencari Wulan dan Ridwan, waktu yang aku lalui kurang lebih sudah 3 jam, namun anehnya, tidak ada tanda" akan datangnya fajar
mungkin karena memang cuacanya sangat mendung dan berkabut

masih saja ku telusuri jalan
dan tak lama setelah itu, aku menemui batu dan pohon besar yang saling berhadapan, aku masih kurang tau itu pohon apa, yang jelas pohon itu sangatlah besar

Pendakian mencekam gunung XTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang