3) Alfian Okta

1.2K 115 1
                                    

“Jawab, Fi, lo ada hubungan apa sama Riska?” tanya Kevin serius.

Seluruh teman Alfian sudah mulai berspekulasi. Alfian ini tidak pernah terlihat bertegur sapa dengan gadis tadi. Lalu bagaimana bisa ia nampak akrab dengan Riska yang sedingin Antartika itu?

Yah.. walaupun si Riska tadi cuma ngomong seadanya, tapi tetap saja gadis itu merespon setiap ditanyai sesuatu.

“Nggak seperti yang kalian pikirin. Nanti gue kasih tau,” balas Alfian merasa berat mengatakan hal yang sebenarnya.

“Ayolah, Fi. Kita sahabat lo, kan? Kita juga nggak akan larang lo semisal lo ada apa-apa sama ketua OSIS sekolah kita,” ujar Arvi meyakinkan.

Alfian terdiam. Ia menghela napas panjang. “Riska.. dia saudara gue.”

“Hah?!” pekik Arvi dan Rendi refleks.

Raka mengerutkan keningnya. “Bukannya lo anak tunggal, Fi?”

“Maksud lo saudara sepupu?” tebak Kevin.

Alfian menggeleng. “Dia.. saudara gue. Saudara seayah beda ibu,” katanya pelan.

Seketika suasana di depan rumah Kevin menjadi hening.

Alfian terkekeh pelan. “Gue janji sama Riska buat nggak cerita sama siapa pun. Dia nggak mau nama baik Papa jadi.. kalian paham, lah, maksud gue.”

Sorry, gue nggak ada maksud buat nyembunyiin. Tapi, emang gue agak berat buat bilang ke kalian dan gue juga udah janji sama Riska.” Alfian mengubah mimik wajahnya cepat. Ia tersenyum lebar seperti biasa. “Tapi, menurut gue kalian berhak tau juga, sih. Toh, kita juga udah tau aib masing-masing, kan? Nanti biar gue bilang ke Riska buat minta ijin. Jadi, santai aja.”

Raka menepuk bahu Alfian dua kali. “Its okay. Gue ngerti maksud lo.” Ia menimbang sesuatu, lalu berkata, “Kalo gitu gue butuh bantuan lo, bisa?”

Alfian menatap Raka bingung. “Bantuan apa? Tumben amat lo.”

“Bantu gue deketin saudara lo.”

Hah? Alfian tercengang.

To the point sekali anak ini!

☘️☘️☘️

Riska kembali ke rumah ketika hari menjelang sore, bahkan langit hampir gelap. Setelah mengurus masalah Alfian, ia memutuskan untuk bersantai di kamarnya saja. Mengerjakan tugas atau proposal mungkin(?)

Yah.. serajin itu MC kita ini.

Brak brak brakk..

Atensi Riska seketika teralihkan pada seseorang yang menggedor-gedor pintu di lantai dua. Ia mendongak dengan kening mengerut.

Ada apa di atas?

“Lia, buka pintunya!”

“Suara Papa...” Riska menaiki tangga dengan cepat. Ia melihat sang papa sedang berusaha mendobrak pintu kamar mamanya. Lalu di belakang papanya, ada seorang wanita yang berdiri dengan muka gelisah. “Mama kenapa, Pa?”

“Dari pagi, Mama kamu nggak mau keluar, Ris. Papa khawatir sama Mama kamu,” terang Arif, papa Riska dan Alfian. Nampak jelas guratan khawatir di wajah tuanya.

“Didobrak aja, Pa.” Riska mendekati papanya dan mencoba membuka pintu.

Tok tokk..

“Ma, ini Riska. Buka pintunya.”

Tok tokk.. ceklekk..

“Ma, buka pintunya.”

Usai mencoba beberapa kali dan tidak berhasil, Riska mundur beberapa langkah untuk mengambil ancang-ancang.

My CoolGirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang