One shoot story

SUNRISE

Ia adalah langit biru yang aku miliki,Semua ada dalam hatiku.
Tidak ada gunanya memanggil lagi
Apapun yang aku lakukan, tidak ada gunanya lagi.

Kau bahkan tidak bergerak sedikitpun, hanya untuk melihatku yang diam termenung menunggu akan kehadiranmu.

Tepat hari ini usiamu bertambah, tepat juga di hari ini kau menceritakan segala mimpi yang kau miliki, tepat hari ini kita lalui bersama, dalam suka maupun duka.

Lupakan, berhentilah...
Bangunlah dari mimpi mu, Jangan berpura-pura kau tidak tahu apa.
Akan ku ingat kau dalam kenangan walaupun hati ini terasa sangat menyakitkan, akan ku bayar semua usaha yang kau lakukan selama ini, tetaplah bersinar walau aku berada jauh dari mu.

Tetaplah jadi matahari yang selalu menyinari bumi dan hatiku.
Dari awal akupun ingin merasakan apa yang kau rasakan, apa yang kau pendam selama ini, ingin ku ajak kau berlari keluar dari kegelapan, agar kau bisa bersinar terang di atas sana.

Tapi terlambat, kau membuat ku jatuh ke dasar jurang yang sangat dalam, melihatmu tak berdaya.
Seakan meruntuhkan semua pertahanan yang ku miliki.

Meninggalkan kenangan manis yang selama ini kita punya.
Di bawah sini aku hanya bisa melihat mu tanpa menyentuhmu, seakan jika ku mendekat kau akan menghilang dari pandangan ku.

"New kamu tahu tidak aku ingin jadi matahari."
"Kenapa harus matahari".
"Karena aku ingin selalu menyinari bumi dan langit, termasuk dirimu", ucap Tay dengan senyum manisnya.

Dan itulah kalimat terakhir yang kau ucapkan sebelum kau benar-benar pergi meninggalkanku.

'Puuk..!'

Sebuah tepukan seakan menarikku kembali ke dunia ini, dunia yang mungkin sudah tak seindah saat bersama mu.

"Pa, ngapain bengong ayo kita rayain ulang tahun ayah".

Hanya senyum yang aku berikan untuk menjawabnya.Ku pandangi foto pernikahan ku dengannya.

"Tay kau kan selalu ada di hatiku sekarang maupun selamanya, selamat ulang tahun my sun".

Ku langkahkan kakiku menuju tempat di mana kami merayakan ulang tahunnya.

" Terimakasih karena kau memberi ku harta yg sangat berharga.Tunggu aku di sana, karena kita pasti akan bertemu lagi, berpegangan tangan dan tak akan terlepas lagi."

Vihofams