"Una! Ayo kita makan ice cream lagi." Paksanya pada gadis mungil itu. Terlihat raut wajah aluna yang murung.
"Una gamau beli ice cream lagi! Uang una udah abis sama aka!" Ketusnya. Bocah kecil itu tertawa lebar.
"Yaudah sekarang aka yang beliin una, mau gak? Kita beli sebanyak banyaknya."
Aluna tersenyum sumringah. "Serius??". Raka mengangguk sambil menggandeng tangan mungil aluna.
"Tapi una janji, jangan tinggalin aka sampe nanti kita udah besar, okey?" Mendengar kata kata itu, aluna kembali murung.
Aluna menggeleng pelan. "Nggak okey." Jawabnya.
Raka memanyunkan bibirnya. Mengeratkan genggaman tangannya pada aluna. "Una gaboleh ninggalin aka! Aka janji kok, aka bisa beliin apa aja buat una".
"Aka bisa beliin boneka kesukaan una. Aka kan orang kaya, nanti kita beli baju yang bagus. Biar mamah sama papah seneng ngeliat aka sama una nggak berantem lagi" lanjutnya.
Aluna malah terisak. Anak kecil memang mudah menangis. "Una gaakan berantem lagi kok sama aka, una kan baik udah beliin aka ice cream yang banyak".
Raka tetap cemberut. Ia memandang kearah langit, lalu kemudian tersenyum. "Una kalau udah SMA mau ngapain? Aka kalau udah besar nanti, mau jadi jagoan. Biar aka bisa lindungin mama sama papa dari orang jahat.". Jelasnya.
Aluna tersenyum imut ditengah isaknya, lalu ikut menatap kearah langit yang sudah senja. "Kalau udah besar nanti, aluna mau balik lagi kesini, aluna mau sekolah bareng sama aka".
Raka menatap wajah cantik aluna. "Aluna mau jadi jagoan sama kaya aka?". Mendengarnya aluna langsung mengangguk.
"Aluna sama aka bakal jadi jagoan kalau udah besar, janji ya?". Raka mengangguk lalu mengangkat jari kelingkingnya yang mungil.
"Jangan lupain aka ya, nanti kalau udah besar una harus janji bakal ketemu terus sekolah bareng sama aka! Una harus bilang sama tante deva." Aluna mengangguk.
Hari sudah mulai senja, terpaan angin mulai mengibaskan rambut panjang aluna. Mereka berdua berjalan dipinggir kendaraan yang sedang berlalu lalang.
Tangan aluna yang tidak terlepas dari genggaman raka, sambil sedikit berloncat loncat mereka berjalan menyusuri kota jakarta.
"Yuk kita coba nyebrang" ajak raka pada aluna. Dengan polosnya aluna malah mengangguk dan berjalan dengan enteng ditengah tengah kendaraan.
Raka yang mengikuti langkah kaki aluna dibelakang melihat sebuah mobil melaju kencang menuju arah aluna.
Raka terdiam memandangi mobil itu yang sudah jelas aluna akan tertabrak.
Aluna sempat menengok kearah raka sambil tersenyum. Dan Dua detik setelah kejadian itu.
Brak!!
"UNAAAAAAA"
Raka terbangun dari tidurnya. Ia menghembuskan nafasnya berkali kali. Keringat mengucur ditubuhnya.
Ia melihat jam dinding. Pukul 02:00 malam. Raka menghela nafas gusar. Mengusap wajahnya kasar.
Mimpi itu terulang lagi lagi dan lagi. Hati raka cukup teriris setiap kali ia memimpikannya.
"Gue kangen lo na". Lirihnya.
✋✋✋✋✋
"Una, obatnya jangan lupa dibawa ya sayang". Mendengarnya aluna langsung berdecak kesal.
"Udah berapa kali sih aku bilang sama mama?! Jangan panggil aku una ma! Itu nama panggilan khusus!".
Deva menatap wajah teduh aluna. Deva yakin aluna sangat merindukan sosok sahabat kecilnya yang selalu menemaninya.
"Yaudah, ambil nih obatnya". Ujar deva dengan nada yang lembut. Aluna menunduk. "Maaf ma, aku kelewatan".
Deva mengusap rambut panjang aluna. "Gapapa, yaudah berangkat sana, pak ujang udah nungguin loh".
Aluna mengangguk lalu menyalimi deva. Ia berjalan menuju luar gerbang. Melihat pak ujang sedang menyisir rambutnya dengan kaca kecil yang dipegangnya.
Melihat aluna menghampirinya, pak ujang berdiri tegak sambil memasukan sisir serta kacanya pada kantongnya.
"Eh neng, hayu atuh berangkat". Aluna hanya mengangguk singkat sebagai jawaban.
Sepanjang perjalanan aluna terus terdiam. Sudah hampir 3 tahun aluna disini. Tetapi aluna belum menemukan sosok yang ia rindukan.
Aluna merindukannya. Sangat sangat merindukannya. Bertahun lamanya aluna tidak pernah bertegur sapa pada sahabatnya itu.
Saat itu kondisi aluna sangat kritis. Ginjal nya sudah rusak. Ia sudah memasuki penyakit ginjal kronis. Setiap minggunya Aluna harus menjalani hemodialisis.
Obatnya sangat banyak. Aluna tersenyum lirih sambil wajahnya menatap jendela.
Gue kembali ka, gue ga mati. Gue kembali buat lo. Gue udah bisa mewujudkan harapan gue ka, gue udah jadi jagoan disekolah. Gue harap kemauan lo terwujud ka, gue sayang lo. Gue rindu lo ka. Batinnya.
Aluna menghembuskan nafasnya. Ginjal nya semakin hari semakin parah. Ia berharap sebelum aluna benar benar pergi meninggalkan dunia. Aluna ingin bertemu sosok sahabatnya itu.
Aluna hanya ingin melihat wajah tampannya saat sudah besar. Dan bercerita seperti dulu. Hanya itu alasan aluna kembali ke kota jakarta.
《》《》《》
Finish.
Wkwkwk, maapin ya baru segini. Jangan lupa vomment buat author yg cans ini y:v. Awokwok.
Lopyu readersss
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Boy VS Bad Girl
Teen FictionSangat mudah bagi Raka untuk mengahancurkan setiap masalah yang ada. Ya, seorang bad boy yang memiliki postur tubuh tegap, tinggi, wajahnya yang tampan, hidung mancung, serta bibirnya yang sangat merah. Tidak diragukan lagi, Raka adalah jagoan sekol...