COKY

16 6 4
                                    

Setelah makan malam dan menunaikan Sholat Isya Ibra dan Shea berpamitan untuk kembali ke Apartemen. Menghampiri Ibu Fatima yang sedang membersihkan meja makan dibantu oleh Mba Atun.

"Bu, Ibra sama cici mau pulang dulu. Katanya cici cape pengen pulang." Ibra dan Shea berdiri di dekat meja makan, menunggu Ibu Fatima menjawab. Berhenti dari aktivitasnya Bu Fatima menghampiri dua orang kakak beradik tersebut.

"Kenapa nggak nginap aja? Kamar kalian dibersihkan setiap hari kok." Tanya Ibu Fatima. Ibra bingung menjawab pertanyaan tersebut karena sedari tadi yang ngebet pulang itu Shea. Ibra menoleh menatap Shea supaya adiknya itu menjawab. Tapi bukanya menjawab terjadilah aksi tatap-tatapan hingga orang di depan mereka terkikik geli melihat hal tersebut.

"Kok malah tatap-tatapan si kan Ibu lagi nanya." Tersadar akan aksi mereka yang terlihat konyol, akhirnya Shea menjawab pertanyaan Ibu.

"Cici kangen tidur di kamar cici yang di Apartemen Bu." Jawab Shea.

"Tinggal jawab jujur gitu aja susah banget kalian. Ibu nggak akan maksa kalian buat nginap. Tapi Ibu akan dengan senang hati kalau kalian mau nginap disini. Udah lama kita nggak kumpul kaya dulu." Merasa tidak enak kepada Ibu Fatima yang sangat menyayangi mereka, Ibra mengambil alih untuk menjawab.

"Gimana kalau minggu besok Bu, kebetulan Ibra hari Sabtu nggak ada janji. Ibu jangan sedih gitu dong." Jawab Ibra

"Boleh tuh bu minggu depan." Tambah Shea supaya Ibu tersenyum.

"Janji ya bang kamu tuh yang selalu sibuk, sekali-kali kamu luangin waktu buat keluarga. Cici juga udah pulang jadi bisa lengkap nanti."

"Iya Bu Ibra usahain, kalau gitu kita pulang dulu ya bu." Mereka berdua mencium tangan dan kening Ibu, kebiasaan mereka dari dulu. Saat giliran Shea Ibu menatapnya terlebih dahulu dan mengusap rambut perempuan yang sudah ia anggap sebagai anaknya itu.

"Cici udah gede ya, tambah cantik kaya bunda. Inget ya ci, kalau butuh apa-apa panggil saudara-saudaramu dan ibumu ini. Ibu dan mereka bakal seneng kok kalo direpotin sama cici, jadi jangan malu dan ngrasa nggak enak sama kita karena itu udah kewajiban kita sebagai keluarga kamu." Ucap Ibu yang membuat mata Shea berkaca-kaca.

"Iya bu."

Merka berdua pergi menuju ruang keluarga teman saudara-saudaranya sedang berkumpul. "Gue sama cici mau pulang dulu." Pamit Ibra.

"Kok pulang si?" Tanya Adam.

"Udah malem cici cape, oh ya kalo kalian pengen main dateng aja ke Apart, sekalian nemenin cici kalau gue lagi kerja. Tapi nggak hari ini. Pamit dulu semuanya."

"Ati-ati."

"Ci jangan lupa janji lo." Teriak Adam yang membuat semua orang menoleh ke arah mereka dan bertanya-tanya.

"Janji apa A?" Tanya Bita. "Rahasia dong." Membuat semua orang yang mendengarnya memutar bola mata.

matahari

"Istirahat yang cukup ya ci, jangan lupa berdoa sebelum tidur." Ucap Ibra kepada Shea sambil mengusap
rambutnya.

"Beres-beresnya besok aja. Abang nggak mau kamu sakit karena kecapean." Tambah Ibra dan menarik selimut agar Shea tidak merasa kedinginan.

"Iya. Tapi bang nggak papa kok kalo cici sakit, nantikan ada abang yang ngobatin. Abang pasti nemenin cici tidur, bikinin cici bubur, crita-crita yang lucu-lucu dan... crita tentang bunda kaya dulu. Jadi nggak papa deh kalau cici sakit udah lama juga nggak sakit hehehe." Ibra terkejut mendengar jawaban Shea.

Shea kecil sangat manja kepada Ibra. Berkurang, bahkan tidak lagi ketika Shea pergi ke Jogja. Shea sering melarangnya ketika ingin datang berkunjung dengan alasan nggak usah bang nanti cape di perjalanan, Shea udah besar kepengen mandiri. Bahkan, Shea yang mandiri tidak pernah memberi tahu Ibra ketika dirinya sakit, jika bukan pihak sekolah yang memberi tahu Ibra ketika Shea demam parah waktu kelas 11, Ibra tidak akan pernah tau kalau adiknya pernah sakit disana.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MATAHARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang