Freya membuka kedua kelopak matanya—mengerjap beberapa kali mencoba mengumpulkan kesadarannya. Ia kembali mendapati dirinya berada di dalam kamar dengan ukuran kecil yang didominasi dengan warna putih. Freya buru-buru bangkit dari tidurnya menatap ke sekeliling. Ia masih berada di dalam kamar Louise. Kamarnya terlihat begitu sederhana, hanya ada satu tempat tidur yang dikhususkan untuk satu orang, nakas yang terletak disebelah ranjang dan lemari yang ukurannya tidak terlalu besar. Tidak ada jendela di dalam kamar itu, seakan benar-benar tertutup rapat.
Kedua alis gadis itu bertaut mencoba mengingat adanya eksistensi kamar ini di dalam rumahnya. Ia belum pernah menginjakkan kakinya didalam kamar Louise, bahkan tidak mengetahui bahwa pengasuhnya ternyata memiliki kamar. Ia sudah sering membersihkan bagian-bagian rumahnya dan tahu betul bahwa pengasuhnya tidak memiliki ruangan khusus untuk dirinya sendiri.
Freya turun dari kasur dan melangkah keluar dari kamar tersebut. Sejenak ia tertegun mendapati lorong yang tidak terlalu panjang yang menghubungkan kamar dengan tangga menuju keatas. Perasaan dejavu kembali melandanya. Jangan bilang ini didalam pohon, batin Freya. Seingatnya ruangan di dalam pohon tersebut tidak sesempit ini.
Ia segera melangkahkan kakinya menaiki anak tangga meninggalkan ruang bawah tanah misterius tersebut. Freya kembali tertegun mendapati pemandangan di hadapannya. Tangga yang ia naiki ternyata membawanya ke dalam rumah kacanya. Satu-satunya tempat yang tidak pernah ia masukki di dalam rumah ini. Pantas saja ia merasa sangat asing dengan kamar Louise. Ternyata pengasuhnya memiliki kamar rahasia di dalam rumah kaca ini. Rumah kaca yang dibangun oleh Louise.
Freya melirik sekilas ruangan di dalam ruang kaca yang selama ini sudah membuatnya sangat penasaran. Selama ini ia hanya dapat memandangi dari luar, menerka-nerka tanpa tahu dengan pasti apa isi dalamnya. Dinding-dinding kacanya di jalari oleh tanaman menjalar dan hanya menyisakan bagian atap untuk dimasukki oleh sinar mentari. Ia benar-benar terperangah dengan pemandangan di dalam rumah kaca tersebut. Berbagai tanaman unik dan eksotis berjejer seakan sedang memamerkan keindahannya. Rumah kaca ini seperti bagian lain yang tidak terjamah olehnya namun berada tepat di dalam rumahnya. Seperti memiliki rumah di dalam rumah.
“Kau sudah bangun?” pertanyaan retorik menyapa rugu gadis itu, membuatnya seketika menoleh kearah sumber suara. Louise sedang duduk sambil menyilangkan kedua kakinya menyesap teh hangatnya di salah satu sudut rumah kaca. Ia duduk diantara bunga-bunga mawar merah yang menjalar di sana sini. Kulitnya yang putih dengan setelan kemeja putih berkilau ditimpa sinar matahari pagi dan terlihat begitu kontras dengan manik matanya yang berwarna merah. Freya bersumpah ia seperti melihat patung mahakarya yang terpahat begitu sempurna yang diletakkan diantara bunga mawar merah. Terasa begitu indah dan menyilaukan.
Untuk beberapa saat Freya seakan kehilangan kendali atas pikirannya, menatap Louise dengan mata yang kelewat lebar dan mulut menganga. Ia bahkan lupa untuk bernafas dan berdiri dalam keadaan stagnan. Hingga Louise kembali menatapnya dengan tatapan heran.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Manny Is A Witch (Completed)
RomanceFreya gadis kecil yg membebaskan sang penyihir. Louise yang sudah dikurung ratusan tahun di sebuah pohon kini bebas dan mengejar gadis kecil tersebut. Entah mengapa ia begitu terobsesi pada Freya...terobsesi untuk menghancurkan gadis itu Cover Desig...