MENGINAP DI GUBUG JONO

41.7K 389 18
                                    

"Sial! Bocor lagi.... " Aan menendang ban motor depannya.

Aw! Dia meringis dan melepas motornya yang langsung terjun bebas. Gedubrak! Lalu sepi lagi. Ya tentu saja. Jam 00.00 sudah lewat beberapa saat lalu. Bukan karena iba dia mengangkat motornya lalu menuntunnya lagi. Dia masih mengenakan jas almamater warna biru. Tubuhnya mulai berkeringat meskipun udara sedang sejuk. Untung saja tidak hujan seperti beberapa malam sebelumnya.

Di ujung jalan sana seingat Aan ada bengkel kecil yang mungkin mengangani tambal ban. Ada dua pilihan pulang dan tidur tambal besok atau tambal sekarang dan berkurang waktu tidur. Aan memilih alternatif kedua karena besok pagi juga ada janjian. Daripada terlambat lebih baik ditambal sekarang sekalian. Aan dalam hati berharap semoga tukang tambal bannya cekatan.

"Permisiii... ada orang?"

Di gubug itu mungkin ada orang karena masih terlihat kelap-kelip cahaya televisi meskipun tak terdengar suaranya. Aan menduga si pemilik tambal ban belum tidur. Mendengar ada yang memanggil, si tukang tambal ban mematikan suara tv dan keluar dari gubugnya.

"Kenapa, Mas?" sewaktu tukang tambal ban keluar sambil membetulkan sarungnya.

"Ini mas ban depan bocor sepertinya... tolong ya mas..."

"Oh ya sebentar ya..." lalu dia masuk lagi dan menyalakan lampu gubugnya.


Kini Aan bisa mengintip ke dalam gubug dari sela-sela jendela yang tidak rapat. Si tukang tambal ban... astaga sedang menonton bokep rupanya. Ah dia pasti horny berat. Pemandangan lain yang mengejutkan adalah dia membuka sarung dan kaosnya. Bertelanjang. Sayang tidak menghadap ke arah Aan mengintip. Tapi badan dan bodinya menggairahkan kekar dan kencang. Lalu si tukang tambal ban mengambil baju yang agak kumal yang di gantung dekat tempat tidur.

Dia mengenakan baju bengkel. Mas tambal ban keluar. Aan segera bersikap biasa, seakan menunggu lama. Tukang itu keluar dari pintu dengan pakaian bengkelnya yang agak kumal sambil membawa kotak kunci ban.

"Depan ya Mas?" tanyanya sambil menyalakan lampu neon menerangi tempat kerjanya.

"Iya mas..."

Aan mengamati, ganteng juga tukang tambal ban ini kalau diperhatikan. Ya, dipoles sedikit saja mungkin bisa jadi model. Perawakannya tinggi dan matanya tajam serta alisnya tebal. Sebentar saja dia bekerja sudah ditemukan kebocoran itu.

"Kena paku ini..." ditunjukkan paku yang masih menembus ban luar.

Paku berkarat itu dicabut dengan menggunakan tang catut. Lalu diletakkan di tanganku yang  menengadah.

"Bisa ditambal, Mas?" Aan berharap supaya biaya yang dikeluarkannya tidak terlalu besar.

Setelah memeriksa sebentar, tukang tambal ban itu menunjukkan satu sobekan dekat pentil. Cukup besar.

"Harus ganti..."

"Aduh. Tapi saya tidak bawa uang.."

'Dasar mahasiswa kere..' mungkin begitu pikir tukang tambal ban cakep ini. Tapi Aan berpikir lain. Dia berharap bisa mengulur waktu dan berkenalan dengan tukang tambal ban cakep dan kesepian ini.... Kulitnya bersih (kan malam dan tidak terkena oli) warnanya kulitnya bukan hitam tapi kekuningan karena matahari, kuning sehat lah.. bukan penyakit.

TUKANG TAMBAL BAN MACHO DAN BIRAHITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang