DONOR SPERMA

60K 293 7
                                    

Tak sengaja aku bertemu dengan sahabatku di sebuah pujasera sewaktu aku mengadakan kunjungan kerja ke kota itu. Andru nama sahabat sewaktu kami kuliah di Jogja dahulu. Semenjak awal kuliah kami selalu satu kos. Aku ingat selain satu kos kami juga sering nonton bokep bersama (maklum anak kos). Kadang di kamarnya terkadang di kamarku. Tidak ada hal macam-macam yang terjadi kala itu.

Aku pun kenal dengan pacar-pacar Andru. Dia aktif di organisasi kemahasiswaan dan banyak dikelilingi cewek-cewek. Sudah gitu dia juga jago ngewe. Banyak cewek yang dengan sukarela ditidurinya. Aku tahu setiap yang dekat dengan dia. Termasuk salah satu pacar yang sempat diputus dan akhirnya jadi istrinya sekarang.

"Eric ya? kamu Eric kan?" Andru mengulurkan tangan di pujasera itu.

Aku kaget dan heran. Seingatku aku tidak memiliki kerabat di kota ini. Tapi mukanya juga tidak asing buatku. Aku coba mengamatinya sekali lagi. Ganglion di otakku meloncatkan bunga api listrik dari sel abu satu ke yang lain. Mencari koneksi antara data-data yang teramati dan sebuah nama.

Aku ulurkan tanganku. Otakku tetap bekerja.

"Aku Andru teman kosmu... di Jogja"

Kata itu bagaikan shortcut sehingga aku langsung menemukan file yang tepat. Di dalam folder Andru ada file bokep, kos, bokep, angkringan, bokep, pinjam motor, bokep, komputer, bokep, tidur, bokep, lalu bokep lagi dan bokep lagi.

Aku tersenyum melihat daftar file di otak ku itu. Ya, Andru kecanduan bokep.

"Ahh ya... Andru bokep... hahahah ha ha haha...."

Bokep itu yang membuat Andru bernapsu tinggi. Bahkan pernah sehari sampai 3 cewek berbeda yang ditiduri. Setiap habis menonton bokep pasti keesokan hari atau malamnya akan ada cewek yang diajak tidur di kamarnya. Andru dengan mudah mendapat cewek yang mau dipakai. Itulah beruntungnya punya wajah ganteng dan aktif di organisasi.

"Ancur kamu Ric, masa itu yang kamu ingat."

Di Pujasera itu kami bercerita hampir satu jam tanpa terasa. Andru menceritakan perkawian dengan Rida Bon Bon yang berlangsung hampir 7 tahun dan belum mendapat keturunan. Ya dia dipanggil Bon Bon bukan karena gendut. Dia tinggi dan punya tubuh yang bagus seperti model.

"Kalau Bon Bon, emmm sori... istrimu -maksudku- kerja apa?" aku harus menaruh hormat pada si Bon Bon karena Andru.

"Dia sekretaris bos pabrik teh."

"Mungkin kalian terlalu lelah sehingga belum ada keturunan."

"Kehidupan sex kami oke dan bergairah saja, kok" ujar Andru tanpa sungkan membuka rahasia rumah tangganya.

Keduanya juga sudah diperiksa dokter berkali-kali. Tidak ada gangguan dan tidak ada sakit. Hanya butuh istirahat begitu saran dokter. Mereka juga menolak mengikuti program bayi tabung dengan alasan tidak terjangkau biayanya. Beberapa pengobatan alternatif, makanan, dan jamu sudah dicoba juga.

"Senjatamu sudah tumpul mungkin, Ndru. Keseringan dipakai waktu jaman kuliah..."

Cerocosanku ditimpali Andru dengan serius. Muka dan sikap yang serius.

"Kami sempat terpikir kalau saja ada teman yang mau mendonorkan spermanya..."

Ekspresinya sedih dan lelah. Ya, keinginan punya anak mungkin telah menekan mereka. Semakin tertekan semakin tidak datang juga bayi yang diinginkan.

Aku mulai berpikiran macam-macam.

Besok sorenya Andru meneleponku dan memintaku untuk mampir ke rumah sebelum aku kembali lagi ke kotaku. Dia mendesakku supaya menginap di rumahnya. Aku menolak halus untuk menginap tetapi aku menyanggupi untuk datang dan makan malam bersama mereka.

AKU, SAHABATKU, DAN ISTRINYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang