JDJ#2

24 5 0
                                    


(2)

Yang namanya memang sudah ditakdirkan, tidak akan bisa berubah sekalipun manusia sudah merencanakan.

👣

Sudah lebih dari 1 jam Vio menunggu Rigel. Setiap semenit sekali, matanya tidak absen melirik pergelangan tangannya. Dan untuk kesekian kalinya, Vio mendengus kasar.

Pandangannya mengedar. Berharap ada Rigel yang muncul dan segera mengantarkannya pulang. Tapi nihil, yang matanya tangkap hanya beberapa orang yang tidak Vio kenal.

10 panggilan belum satupun yang Rigel angkat. Dan itu sangat membuat gadis berambut sebahu itu kesal. Dari kejauhan, tampak cowo dengan penampilan urakan dan rahang yang sedikit membiru berjalan ke arahnya. Vio pura-pura tidak melihat dan fokus pada ponselnya.

"Woy." Cowo itu berucap setelah sebelumnya berdehem.

Tidak ada sahutan sama sekali dari Vio. Karena ia hapal suara ini, suara cowo yang tadi siang beradu bogem dengan kakaknya, sekaligus yang kakaknya benci.

"Lo Vio adeknya Rigel kan?."

Sekali lagi cowo itu berdehem lebih keras dari sebelumnya. Dan lagi-lagi Vio hanya diam tanpa menoleh.

"Ga kakak ga adeknya. Sama-sama bikin gue naik darah". Cowo itu bergumam pelan. Tanpa diduga, cowo itu menarik paksa Vio yang sedang duduk. Hampir saja Vio hilang keseimbangan jika saja cowo itu tidak menggenggam tangannya.

"Lo apa-apaan si?!." Setengah berteriak, Vio menatap nyalang cowo dihadapannya. Sedangkan cowo itu menunduk, menatap manik mata Vio yang sedikit membuatnya terpana.

"Apanya yang apa? Apa?."

"Lepasin tangan gue." Menyentak tangannya, tapi usahanya nihil. Cowo itu tetap menggenggam tangannya erat. Seakan tidak ada hari esok.

"Gue lagi ga mau bercanda, Kak Anta." Dengan pandangan lelah, Vio berucap. Anta sedikit melebarkan senyumannya. Lebih tepatnya senyuman pongah.

"Siapa yang ngajak lo becandaan?."

Vio mengembuskan nafas kasar. Setelah melihat sikap Anta beberapa menit ini, Vio sudah  bisa memastikan. Anta ini termasuk cowok yang tidak mau dibantah dan keras kepala. Mata Vio mengedar, tetap tidak ada tanda-tanda Rigel. Dengan akal yang tersisa, Vio tersenyum. Berteriak sembari melambaikan tangannya.

"Kak Rigel!."

"Lo pikir gue bisa dibegoin?." Anta tersenyum mengejek. Dengan wajah datar, Vio membatin, 'Ni orang minta di tampol ya'.

"Kenapa lo?" Anta bertanya karena melihat ekspresi wajah Vio yang aneh.

"Lo suka sama gue ya kak?." Tanya Vio spontan. Disaat keadaan sedang genting, entah kenapa mulutnya malah mengatakan hal yang tidak masuk diakal.

"Apa?!." Anta berteriak nyaring. Vio hampir tertawa melihat wajah Anta. Baru kali ini ia melihat Anta dengan wajah super bloon. Jika saja Rigel melihat ini, mungkin ia akan mengejek Anta dan terjadilah baku hantam yang kedua kalinya untuk hari ini.

"Yang bener aja. Gue? Antares Prayoga suka sama cewe macem lo? Pd banget lo jadi cewek." Anta tertawa garing. Wajahnya dipenuhi dengan ketidakpercayaan.

"Kalo gitu bisa ga lepasin tangan kak Anta dari cewek macem gue?." Tanya Vio. Dagunya terarah pada genggaman Anta yang erat. Dengan gerakan cepat seakan tersadar dengan apa yang baru dilakukannya, Anta melepas tangan Vio dan mundur beberapa langkah.

Anta berdehem canggung. Matanya mengedar dan mendapati wajah marah Rigel dari kejauhan. Anta tersenyum penuh arti.

"See you again, Kalviona." Setelah mengatakan kalimat itu, Anta mengacak rambut Vio. Sang empu melongo kaget.

"Apaan si tu cowok. Garing banget sumpah."

Rigel datang dengan wajah khawatir. "Vi, lo ga diapa-apain kan sama Anta?."

"Emang dia bisa apa sama gue? Cabut yuk. Capek gue nungguin lo." Vio menjawab seadanya.

Untuk kali ini, Vio akan diam dengan kelakuan Anta. Tapi jika nanti Anta melakukan hal yang sama, mungkin wajah Anta tidak akan berbentuk sama lagi. Dan Vio yakini setelah itu, tidak akan ada lain kali kesempatan Anta untuk mengganggunya.

👣

10 September 2018

Jejak Dan JarakTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang