Anak Baru dari Surabaya

24 2 1
                                    

{Buku Diary Sella}

Hai, namaku Marsella, lebih tepatnya Marsella Ferdiandra Putri. Lahir di Yogyakarta, 7 Maret 2004. Aku bersekolah di SMA Negeri 3 yang berjarak 1 km dari rumahku. Anak X IPA 2 nomor absen 20 yang punya hobby nulis puisi. Kata temanku, aku perlu pasangan biar nggak galau mulu, hehe iya aku suka banget nulis tentang orang yang sedang patah hati, itu juga karena aku belum bisa move on dari mantanku, Andakara Diaz. Andai saja ada laki-laki terpilih yang bisa buatku melupakannya.
-Sella

.

kringg.. kringg..

Suara alarm terdengar sangat keras dari dalam kamarku, jam telah menunjukkan pukul 06.00 pertanda waktu sekolah telah tiba.

"ah berisik banget sih, masih ngantuk juga," kataku dengan raut wajah kesal.

Terdengar suara dari luar kamarku yang tak lain itu adalah suara mami.

"Bangun, La. Udah siang nanti telat," perkataan mami membuatku tambah kesal.

"Iyaa, Mi. Ini mandi," dengan cepat aku ambil handuk dan seragam sekolah kemudian masuk ke kamar mandi.

Selesai mandi dan berpakaian, aku menyiapkan barang yang harus dibawa ke sekolah. Tiba-tiba terdapat suara seseorang yang sedang asik mengobrol dengan mamiku. Aku penasaran dan cepat bergegas turun ke bawah sambil membawa tas. Ternyata itu suara Dina, teman baikku.

"Oh, kamu. Aku kira siapa, Din."

"Ayo cepet, kata Karel semua siswa X IPA 2 harus masuk kelas sebelum jam 7."

"Ah elah, ya udah aku sarapan di kelas aja nanti. Kamu yang bawa mobil ya!"

"Iya udah gampang."

"Bentar aku pamit nyokap dulu, tunggu di luar."

Setelah pamit, aku dan Dina langsung berangkat ke sekolah. 15 menit perjalanan, akhirnya sampai di sekolah. Terlihat masih banyak siswa yang duduk di halaman depan.

"Aku masih kagak ngerti kenapa disuruh masuk kelas sebelum jam 7. Padahal anak-anak lain masih banyak yang main," kataku.

"Iya nih aneh."

Aku dan Dina langsung cepat bergegas masuk kelas. Ternyata, semua siswa kelasku sudah pada duduk tenang menunggu guru yang akan masuk, mungkin.

"Rel, maksudnya apa sih. Kenapa kelas kita doang yang disuruh masuk duluan," tanya Dina pada Karel.

"Iya, aku belum sempet sarapan juga. Laper banget," kataku.

"Sst.. Mau ada murid baru, dari Surabaya. Ganteng katanya. lumayan buat kamu," jawab Karel sambil melirik dan tersenyum sedikit kepadaku.

Jujur saja aku masih tak peduli mengenai kabar tentang anak baru yang akan masuk ke kelasku. Yang aku pikirkan adalah perutku yang terus mengeluarkan suara memalukan karena belum sempat ku isi dengan sandwich bikinan mami. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 07.30 tapi murid baru itu belum juga masuk kelas. Bahkan, sampai ada pengumuman jam kosong pelajaran ke 1,2,3 saja ia tetap tidak datang.

"Kamu bohong ya, Rel. Mana murid barunya."

"Sabar, Din. Aku juga nggak tau di mana emang aku siapanya."

"Ah bilang aja kamu cuma mau nyontek PR ku kan. Somplak."

"Mana ada, coba noh tanya Rani."

"Sini biar aku aja yang tanya," kataku.

"Punten semua, emang kelas kita mau ada anak baru ya?"

Semua siswa terdiam sejenak sambil menatapku yang berdiri di depan kelas.

"Anak baru masuk IPA 1," kata salah satu temanku.

"Oh IPA 1," kataku berbicara dengan nada yang agak meninggi.

Karel yang mendengar jawaban itu langsung terlihat malu dan bingung. Sumpah aku kesal dengannya waktu itu karena dia telah membuatku gagal sarapan. Karena jam kosong memakan waktu 3 jam pelajaran, aku, Dina, dan Karel memutuskan untuk ke kantin. Di sana terlihat dua anak IPA 1 yang sedang membeli sebungkus roti.

"Siapa tu, anak IPA 1," kata Karel.

"Celina sama Mala, liat pake mata makanya," jawabku.

"Na, ngapain kalian di sini. Bukannya udah masuk jam pelajaran?" tanya Dina.

"Kosong, guru pada rapat semua sampe jam pelajaran ketiga. Ini aku beli roti buat anak baru. Ganteng banget sumprit nggak bohong. Awalnya sih mau aku jodohin sama Sella tapi cool banget, nggak jadi deh."

"Oh nggak, makasih. Aku lagi nggak mau yang namanya pacar-pacaran. Masih trauma."

"Masih trauma sih masih trauma. Nggak mau apa kamu coba deket sama dia, La?" kata Mala.

"Ih aku mah berani sumpah nggak bakal jatuh cinta sama murid baru itu."

Aku langsung meninggalkan kantin dan pergi ke kamar mandi sambil menahan tangis. Tak ada selera untuk makan. Teman-temanku membuat aku kembali mengingat mantanku. Bukannya aku tak mau membuka hati untuk yang lain, tapi rasa sayangku masih sepenuhnya untuk Diaz.

Princess Koala & Prince PopcornTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang