Althea

78 6 2
                                    

Sudah hampir 3 jam Althea dan Alin berjalan dalam kegelapan hutan warna-warni, Alin yang sedari tadi penasaran akan tujuan mereka tak berani untuk bertanya, pasalnya ia tadi telah bertanya tapi dijawab dengan bentakan oleh Althea.

"Alin" panggilan Althea membuat Alin tersentak

"Ya" alin menjawab singkat

"Ada yang ingin aku bicarakan" Althea berkata lirih sembari menghentikan jalannya lalu duduk dibawah akar salah satu pohon.Alin hanya mengikuti apa yang Althea lakukan.

"Kau mau mendengarkan ceritaku?" Tanya Althea

"Bukankah ada yang ingin kau bicarakan? Kenapa malah ingin bercerita?" Bingung Alin

"Kau mau tidak?" Paksa Althea

"Ah ya, cerita saja" lirih Alin

"Tapi kau harus berjanji, selama aku bercerita kau tidak boleh memotongnya" ucap Althea sembari menoleh kearah Alin

"Walaupun ada yang ingin aku tanyakan?" Tanya Alin

"Ya" jawab Althea mantap

"Baiklah" Alin menganggukkan kepalanya, tanda ia setuju.

"Cerita ini.... Cerita hidupku Alin. Akan ku mulai ceritanya" ucap Althea dengan nada sedih, sembari mengawali ceritanya.

Flashback on

Sebuah kota metropolitan di Galaxy Andromeda. Semua hal di kota ini berbau modern dan canggih. Para penduduk mempunyai IQ diatas rata-rata, mereka semua ahli teknologi, transportasi dan kontruksi. Bahasa yang mereka gunakan juga bahasa modern. Hal yang berbau kuno tak akan pernah ditemukan ditempat ini. Kota ini bernama Noir.

Disebuah rumah yang menjulang tinggi, seorang gadis kecil tengah menangis meraung-raung di kamarnya. Berapa luka lebam terlihat disekujur tubuhnya. Gadis kecil itu bernama Althea.

"Hiks... Kenapa ayah sangat jahat, hiks... Aku cuma mau bermain dengan kucing" ucap Althea di tengah isakannya.

"Tidak ada kucing di kota ini Althea!. Jangan menyusahkan Ayah!!. Seharusnya kamu bermain dengan teknologi bukan hal kuno macam itu!!!. Bentakan ayahnya membuat Althea semakin gemetar, ia tak berani menatap ayahnya. Tapi ia ingin menyuarakan pendapatnya.

"Kita hidup berdampingan dengan alam ayah! Hiks... Seharusnya kita juga menghargai alam. Alam tidak kuno! Alam yang membawa kita pada kecanggihan ini! Hiks" Althea balas membentak ayahnya bersama air mata yang makin deras mengucur.

"Ah benarkah?.... Baiklah kalo gitu, gimana kalo Althea ayah ajak ketempat yang banyak alamnya?" Tanya ayah Althea lembut, tetapi dengan tatapan mata yang tajam.

"Maksud ayah apa?" Althea merasa ada yang janggal dengan sikap ayahnya yang terlalu tiba-tiba.

"Ayo ikut ayah, kita bakal liat alam bebas" suara ayahnya masih lembut tapi cekalan di tangan Althea menandakan bahwa ayahnya berada di puncak emosi.

Althea berusaha memberontak. Ia takut ayahnya akan melakukan hal yang buruk padanya. Althea menjerit meminta pertolongan ibu dan kakaknya, sayangnya bukan pertolongan yang ia dapatkan melainkan tatapan sinis dan meremehkan.

Kini Althea telah berada didalam mobil keluarganya dengan keadaan kaki dan tangan terikat. Ia masih memberontak, sayangnya Althea hanyalah gadis kecil yang lemah.

Mobil yang tak memiliki roda, tak menapaki tanah serta berbentuk kotak melaju dengan kecepatan tinggi. Meninggalkan kota idaman di Galaxy Andromeda.

Andai penduduk di wilayah lain tau, kota yang selalu mereka puja hanyalah kota dengan sekumpulan orang egois. Mereka tak memperdulikan hati. Hanya kekayaan, jabatan dan ketenaran yang mereka tuju. Kota ini bagaikan kota dengan robot berambisi.

Kecepatan mobil mulai menurun, Althea mengedarkan pandangan ke sekelilingnya 'Hutan warna-warni' batin Althea.

Tubuh Althea di paksa keluar dari mobil lalu dihempaskan. Althea menjerit ketika ayahnya melayangkan beberapa pukulan ke tubuh mungilnya.

"Berhenti teriak anak tak tau diri! Tinggal saja disini!. Kamu cuma nyusahin ayah!! Malu-maluin punya anak kayak kamu! Bukannya pinter teknologi malah suka sama yang kuno!" Teriakan ayah Althea berdengung di hutan warna-warni. Tangannya tak berhenti memukuli tubuh ringkih anaknya.

Althea sakit. Terlalu sakit dengan semua hal yang dideritanya. Ia tak bisa berbuat apa-apa, tubuh kekar ayahnya tentu bukan tandingan tubuh mungil Althea. Yang Althea lakukan hanya menangis meraung-raung dan memohon ayahnya berhenti memukulinya.

Akhirnya harapan Althea terwujud. Ayahnya menuju mobil dan menjalankannya dengan kecepatan tinggi dengan wajah memerah. Meninggalkan Althea yang meringkuk di bawah akar salah satu pohon.

Ayah Althea meninggalkannya bukan karena ia sudah puas melampiaskan emosinya apalagi merasa bersalah. Ia meninggalkan Althea karena takut ada penduduk yang melihat aksinya dan membuat reputasinya menurun.

Althea meremas dadanya. Pukulan yang ia terima tak seberapa dengan sakit di hatinya. Perkataan terakhir Ayahnya terus beralun di otaknya.

"mulai hari ini, kamu tinggal disini. Jangan pernah pulang! Dan aku gak sudi punya anak kayak kamu!"

Tatapan tajam mengintimidasi milik ayahnya tergambar jelas dalam ingatannya. Perlahan kesadaran Althea menghilang.

"Ayah... Ah kau bukan ayahku lagi ya" Althea terkekeh seolah yang ia ucapkan mempunyai makna lucu.

"Aku janji bakal buktiin kesemua orang, kalo alam teknologi tercanggih yang pernah ada" ucapan penuh tekad Althea mengiringi kesadarannya yang hilang sepenuhnya.

Flashback off

Helaan nafas berat terdengar dari mulut Althea. Rasa sesak memenuhi hatinya. Setiap kali mengenang kejadian pahit yang ia alami, rasa sakit yang di berikan keluarganya masih terasa jelas.

"Kau... Jika kau ingin menangis, menangislah Althea" lirih Alin. Alin tak pernah mengalami sakit yang Althea alami. Tapi ia tau pasti, sakit itu masih membekas dalam diri Althea.

"Tak akan. Aku sudah lelah menangis selama ini" Althea melemparkan senyumnya pada Alin, mencoba meyakinkannya bahwa ia baik-baik saja.

"Lagi pula aku menceritakan kisahku bukan untuk kau kasihani" sambung Althea

"Lhada telah diserang, dan aku yakin Noir lah yang menyerangnya. Sejak dulu penduduk Noir memang tak pernah suka dengan Lhada. Mereka menganggap Lhada tempat yang sama sekali tak berguna. Mereka ingin menggunakan Lhada untuk membangun peradaban baru. Untungnya mereka tak pernah bisa mengalahkan Lhada, baru kali ini serangan mereka berhasil. Tapi aku yakin serangan tadi masih bisa penduduk Lhada atasi" ucap Althea

"Kupikir Lhada tidak kuno, teknologi kalian juga sangat canggih" Alin heran dengan informasi baru yang ia dapatkan

"Aku pun berfikir demikian. Tapi sayangnya bagi penduduk Noir hal yang modern tidak berasal dari alam" lirih Alin pelan

"Tidak ada hal yang tidak berasal dari alam! Bahkan manusia pun berasal dari alam!" Tegas Alin. Alin tak sependapat dengan pemikiran penduduk Noir

"Aku tau kau akan mengerti" Althea tersenyum tulus pada Alin

"Istirahatnya cukup. Bersiap-siap Alin! Kita akan menjajah Noir" ucap Althea menggebu-gebu

"Apa?!"

🌠🌠🌠

Jangan lupa tinggalkan jejak:)

Salam
Tiara Berliani.

Galaxy AndromedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang