1

26 5 1
                                    

Ketukan pintu sebanyak tiga kali, tidak membuatku segera beranjak membukanya. Aku malah semakin memeluk erat bantal ku. Rasanya enggan berpisah dengan kasur yang selalu memberi kenyamanan, kehangatan dan kedamaian.

"Busettt." Aku terlonjak kaget ketika ketukan itu berubah menjadi lebih keras dan terdengar buru-buru.
Mau tidak mau aku berdiri malas-malasan menuju pintu.

Ceklek

Aku memutar bola mata kesal melihat Dion berdiri dihadapanku sambil berkacak pinggang.

"Udah bangun?" Ucap nya dengan sinis.

"Belum, ini gue lagi mimpi"

Pletak

Nah ini dia, kebiasaan yang tidak ku sukai dari Dion. Suka menyentil dahi ku sesuka hati.
Aku menggerutu dalam hati, tanganku bergerak mengelus dahiku yang mungkin sudah memerah. Lalu mataku beralih menatapnya dengan tajam.

"Awas lo, nanti ku aduin sama mami," ucapku sengit.

Dion malah terkekeh "dasar anak mami," ejeknya dan lagi-lagi tangan kurang ajarnya itu kembali menyentil dahiku.

Aku merenggut di tempat kemudian bersiap untuk berteriak memanggil ratu hutan. Ehh maksud ku memanggil Mami.
Tapi belum sempat aku berteriak , tangan Dion sudah membekap mulutku.

"Nggk usah manggil security, mending lo pergi mandi dan siap-siap ke sekolah." Dion melepas tangannya dari mulutku dan mendorong ku masuk ke kamar.

Baru saja ingin menyela, tapi Dion kembali berucap "mandi nya jangan kelamaan, ntar telat baru tau rasa." Itu peringatan terakhir sebelum Dion meninggalkan kamarku.

Dengan malas aku berjalan ke kamar mandi dan mulai melakukan ritual pagi sambil bersenandung ria di dalam kamar mandi.

💙💙💙💙💙

Kaki ku berjalan menuruni tangga sambil menenteng tas di tangan kanan dan kunci motor di tangan kiri.
Dari tempat ku berdiri, aku bisa melihat mami, papi, dan Dion sedang sarapan.
Dengan langkah santai aku menghampiri mereka.

"Selamat pagi Ratu," ucapku kemudian memberi kecupan di pipi Mami.

"Pagi juga sayang"

"Pagi pahlawanku yang ganteng." Kini aku beralih mencium pipi papi, kemudian duduk di samping Dion.

Papi hanya tersenyum membalas sapaan ku.

"Lo nggk nyapa gue?" Dion melirikku tidak suka.

Aku menghela nafas "malas," ucapku lalu memakan roti yang sudah diberi selai oleh mami.

"Jangan gitu dek sama kakaknya," tegur mami yang sedang mengolesi roti ditangannya.

"Tuh dengar kata mami, jangan gitu sama gue." Dion mengangkat dagunya bangga. Baru aja di belain gitu, udah naik tuh lehernya sejengkal.

Aku mendelik tidak suka.

"Jangan gitu muka nya, tambah jelek tau."

"Jangan ngomong gitu kak, nggk baik," Tegur mami ke Dion.

"Rasain," bisik ku pada Dion lalu tersenyum penuh kemenangan.

"Udah-udah, kalian makan aja. Ntar telat." Papi berucap sambil menarik kursi untuk mundur.

"Berantem nya nanti dilanjut setelah kalian pulang sekolah," lanjutnya kemudian mencium kening mami.

"Papi berangkat dulu, kalian jangan nakal di sekolah. Belajarnya yang rajin!" Nah ini adalah makanan setiap pagi selain roti dan segelas susu. Makanan yang tidak mengenyangkan.

Dua HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang