Chapter 3

62 6 1
                                    


   "Mar, kantin cus" ajak oliv pada Mara.

   "Ya ayok" Mara berdiri. Oliv menggandeng tangan Mara keluar kelas.

   "Waah, ribut-ribut apa tuh?" Oliv berhenti sembari menatap keramaian di persimpangan koridor sana. Mara menatap sekilas kemudian berlalu.

   "Lagi praktek parade kali" jawab Mara asal. Tak terdengar jawaban dari Oliv.

   "Liv...? Oliv?" Mara memastikan sebentar, kemudian berbalik.

   "Liv, ga penting amat deh, sumpah" Mara menarik tangan Oliv menjauhi tempatnya semula menatap kerumunan itu.

   "Katanya lo mau ke kantin, malah liatin pawai ga jelas gitu, keburu bel gimana?"

   "Maap maap, tapi tadi itu cowo ganteng bangeet, gue aja ampe ga ngedip liatnya. Dan lo tau ga?? Dia juga natap gue O My Gosh..." Oliv menaruh tangan di dada seolah jantungnya akan meledak. "Ya ampun copot jantung gue" Mara mendengus pelan. Oliv nyengir kuda. Ia sadar Mara sudah bosan melihat tingkahnya yang gila cogan. 

"Udah ayok buruaan" Mara mengamit lengan Oliv. Mara mah kalo lagi laper garang. Batin Oliv

   "Lo mo mesan apa lo bro" ujar manusia di depan barisan Mara dan Oliv.

   "Gue bakso plus air putih aja bro" jawab yang ditanya.
Loh... ko suaranya terdengar familiar ya? Batin Mara. Au ah, laper.

   "Mar, lo mau mesan apa? Biar gue yang pesen sebagai bayaran lo ngecover gue telat tadi, lo nyari meja aja" ucap Oliv sesaat tiba giliran mereka. Mara beralasan Oliv sedang di toilet saat Pak Bowo mengabsen, sehingga saat oliv masuk kelas Pak Bowo mengizinkannya masuk begitu saja. Tentu saja tasnya sudah dioper lewat jendela saat Pak Bowo tidak melihat dibantu teman-teman.

   "Oh, gue nasgor ama es lemon kek biasa aja" jawab Mara.

   "Okeh" Oliv menyatukan jempol dan telunjuk.

   "Ya udah gue cari meja dulu." Oliv mengangguk mengucapkan pesanan kepada ibu kantin.
Mara mengedarkan pandangan mencari meja yang kosong, kemudian berjalan menuju di meja dekat jendela. Bosan menatap keluar jendela, Mara memainkan ponselnya.

   Ada notif friend request? Tumben. Mara membuka aplikasi Facebook nya. Ada permintaan pertemanan dari orang yang tak ia kenal. Felix Radhitya? Siapa?

   Mara melihat profil orang itu. Gambar cowok yang membelakangi kamera dengan latar belakang pemandangan sunset di pantai.

   "Gue boleh numpang duduk sini bentar nggak?" sapa seseorang.

   Melihat Mara yang tak kunjung merespon, cowok itu memilih duduk seraya bergumam, "Diem berarti iya"

   "MAR, gue kambek nih, ni pesenan...." teriak Oliv terhenti.

   "Ngapain sih lo teriak-teriak, gue gak budeg kali Liv" Mara mendongak menatap Oliv. Oliv nyengir dan duduk di samping Mara. Menggeser pesanan Mara ke si empunya.

   "Makasih Oliv Manis" Mara tersenyum manis. Manis yang lebih manis dari manisan paling manis dari yang manis-manis. Yang sekejap membekukan manusia yang menatapnya. Eeaaa.

   Mara menyeruput lemon tea nya dan mulai menyantap nasi goreng dengan telur setengah matang favoritnya.

Mar

   Notifikasi WhatsApp Mara berdenting pelan. Mara merogoh saku. Oliv?? Mara mengernyit bingung.

Knapa Liv?

Yng di depan l siapa?

   Mara mengangkat wajah menatap cowok di hadapannya. Buset pirang. Batinnya. Cowo itu tengah menatap teman-temannya di meja seberang dengan mata birunya. Mara sama sekali tidak tau siapa cowok itu dan sejak kapan dia ada di situ.

Gw g tw

   Balasnya cepat.
Mendapati dirinya tengah ditatap, cowok itu tersenyum, "Nama lo Mara kan? Emm... gue boleh minta nomor lo ga?" tanya cowok di hadapan Mara. Bahasa Indonesianya lancar, berarti bukan bule. Eh kok dia tau nama gue? 

   Melihat wajah bingung Mara, cowok itu tersenyum menyodorkan hpnya.

   "G-gue?" Mara menunjuk dirinya.
Cowo itu menatap Mara sebentar lalu mengangguk mantap. Mara menatap Oliv, gue harus gimana, maksud tatapannya. Yang ditatap mengangguk-angguk sumringah.

    Dengan ragu Mara mengambil hp cowok itu. Mengetikkan nomornya.
"Thanks, gue cabut duluan ya" cowok itu bangkit. Mara mengangguk, tersenyum canggung. Cowok itu balas tersenyum menawan, berjalan ke meja seberang.

***

   "Sumpah, dia siapa lo, Ra?" tanya Oliv setibanya di kelas. Menekankan kata 'dia' pada kalimat barusan. Seisi kelas menoleh menatap Mara.

  "Dia?"
"Dia siapa?"
   "Mara lagi deket ama seseorang?"
"Mara punya cowo nih?"
Teman-teman Mara gaduh berbisik.

   "Gue juga ga tau dia siapa" ucap Mara penuh penekanan, mendaratkan pantatnya di kursinya.

   "Dia natapin lo loh dari tadi, dari kita ngantri sampe lo makan tadi, Mar, lo yakin ga tau dia siapa?"

   "Hah? Serius lo?"
"Yeee, dua-rius malah, Ra, orang dianya mencolok gitu, rambut pirang, ganteng lagi. Yakin lo ga kenal?"

   Mara mengeluarkan buku pelajaran ke atas meja. Ia memilih tak menjawab, karna jika ia merespon, Oliv takkan berhenti bertanya. Dan karena ia juga sama sekali tidak tau siapa pria itu.

***

*Note: maaf ya updatenya telat banget, soalnya lagi masa-masa ujian akhir. Enjoy your reading guys~

Mara ZeandryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang