[Ilsan, 2048]
Halo, disini Jeon Yuno berbicara.
Kau tidak sedang salah baca. Iya ini Jeon Yuno yang terakhir kali kalian jumpai, masih berusia 6 tahun. Putra tertua keluarga Jeon saat ini —atau mungkin aku harus bilang putra semata wayang dari keluarga Jeon? Mengingat Papaku tidak akan lagi menikah dengan siapapun, sepertinya.
Jeon Jungkook adalah papaku, dan Jeon Yuna adalah mamaku. Aku lahir dan besar dikeluarga motherless. Mama sudah tiada saat ini (atau lebih tepatnya mamaku pergi ke sisi tuhan ketika beliau sedang bertaruh nyawa agar aku dan adikku bisa melihat dunia ini dengan mata kepala kami sendiri).
Aku memang tak pernah melihat secara langsung rupa mama, pun begitu halnya dengan adikku. Tapi kami berdua, lebih dari siapapun, sangat tahu betapa besar kasihnya pada kami, bahkan sebelum kami officially lahir. Sepucuk surat dan selembar foto mama dengan aku dan adik kembarku di dalam rahimnya yang kami temukan di hari kepindahan kami sudah cukup membuat aku dan Hana mengerti, kalau hidup kami dipenuhi dengan cinta dari mama.
9 tahun lalu kami pindah dari kediaman kami di Seoul ke Ilsan, tempat mama dilahirkan dan dibesarkan.
Papa bilang kalau papa ingin kami hidup jauh dari media dan dibesarkan tanpa embel-embel anak Jeon Jungkook yang membebani pundak kami. Orang tua yang baik sekali, bukan?
Iya aku mengakuinya. Bahkan dengan adik kembarku yang annoyingly loud saja, Beliau masih tetap sabar dan mengurus kami sebagai seorang single-father. Pernah sekali ada secuil keinginan dalam diriku untuk papa mencari kebahagiaan baru, dan menanggalkan status duda nya. Tetapi setelah kejadian hari ini aku sadar betapa bodoh nya aku melupakan, kalau kebahagiaan papa adalah mama dan aku juga adikku.
?
Kau bertanya kejadian apa yang membuatku teringat kembali? Tenang saja. Akan kuceritakan detailnya dari sudut pandang yang lebih luas dari ini.
—
Monday is indeed a monstrous day.
Setelah belajar di sekolah selama full 9 jam, sepasang kembar Jeon masih harus menyelesaikan pekerjaan rumah yang tak sedikit.
"Capeknyaaa!" Jeon Hana menaruh tasnya di samping sofa ruang tamu dan langsung melemparkan dirinya ke atas sofa, berbaring tengkurap sambil menghela nafasnya keras-keras.
Jeon Yuno hanya mendelik melihat kelakuan kembarannya itu. Tak laju membuat dirinya langsung menegur adiknya itu sih, soalnya Ia bukan tipe orang yang suka dipusingkan oleh urusan orang lain meskipun itu adalah kembarannya sendiri.
Tapi Ia juga tidak langsung melepas pakaiannya, melainkan ikut duduk berselonjor di karpet bulu yang berada tepat disamping sofa. Tugas yang bukan main banyaknya dan sebuah sticky note di meja makan yang ditulis papa mereka (memberitahu kalau beliau sedang ada job dan mungkin akan pulang larut, dan mengingatkan Hana dan dirinya bahwa beliau menyiapkan makanan untuk makan malam mereka yang diletakkan di dalam kulkas dan harus dihangatkan) membuat Ia tak ingin menatap meja belajarnya untuk sejenak.
Diantara banyak tugas itu satu hal yang rada mengganggu pikiran Yuno adalah tugas literatur mereka, yang adalah sebuah project bertema keluarga.
Apa yang harus Ia buat..?
Capek berpikir, Ia pun bertanya pada Hana, "Oi. Sudah kepikiran bakal membuat apa untuk tugas literatur?"
".. sudah sih. Kau?"
Yuno menggelengkan kepalanya sedikit. Ergh. Mata pelajaran satu itu bahkan lebih menyebalkan daripada anaknya Om Jimin yang super berisik.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Letter for You (Yukook)
Short StorySebuah surat dari Jungkook kepada Yuna yang dirindukannya.